YOGYAKARTA - Yogyakarta yang dikenal sebagai kota gudeg, menawarkan berbagai obyek wisata beraneka ragam yang menarik. Alun-alun Selatan yang di tengahnya berdiri dua pohon beringin, merupakan salah satu obyek wisata keluarga yang murah. Namun tampaknya bukan saja keluarga yang mengunjungi alun-alun Kidul Keratorn Yogyakarta itu. Banyak juga wisatawan mancanegara penasaran dengan kabar yang terus beredar, dan telah menjadi sebuah mitos.
Alun-alun itu merupakan halaman dari Sitihinggil Binaturetno, sebuah batu yang konon menjadi tempat duduk Panembahan Senopati. Batu itu menjadi sangat terkenal, karena digunakan untuk membenturkan kepala Mangir Wonoboyo sampai meninggal. Mangir merupakan raja di Mangiran (sekarang merupakan wilayah Kabupaten Bantul), yang tidak mau tunduk kepada Panemmbahan Senopati, raja pertama Mataram.
Untuk menundukkannya, puteri Panembahan Senopati, Tembayun dikirim untuk menjadi Ledhek (pengamen), yang selanjutnya berhasil menjadi isteri Mangir Wonoboyo. Sebagai menantu, Mangir harus bersedia sowan ke Mataram, dan saat masuk di hadapan Senopati tidak boleh membawa senjata. Saat sungkem itulah kepala Mangir dibenturkan ke batu tempat duduk sang raja. Batu itu kini dikenal dengan Sitihinggil Binaturetno.
Keberadaan batu itu sendiri tidak tampak menonjol. Justeru kini obyek wisata yang menarik adalah alun-alun dengan dua pohon beringin yang berdiri berdampingan. Konon, siapa saja yang bisa berjalan lurus di tengah-tengah kedua pohon dengan mata tertutup, maka permintaan orang itu dapat dikabulkan.
Mitos itu memang membikin orang penasaran. Tak ketinggalan Tim Liputan Mudik Layanan Publik juga mencobanya, pada Kamis (08/08). Dengan modal Rp 5.000 untuk menyewa kain penutup mata, tim bergantian mencoba peruntungan itu. Seru. Ada yang sejak awal arahnya langsung berbelok, dan akhirnya menabrak tembok yang memagari pohon beringin, ada juga yang belum sampai sudah membuka tutp matanya. Namun ada juga dua crew yang berhasil.
Wedang ronde menjadi teman setia dalam menyaksikan maraknya wisatawan yang semakin malam ramai. Mereka datang dari Yogyakarta dan sekitarnya, ada yang dari luar kota, bahkan tampak beberapa wisatawan mancanegara juga penasaran melakukan hal serupa. Terlebih Kamis kemarin merupakan hari Lebaran pertama. Setelah bersilaturahmi, mereka memanfaatkan waktu untuk mampir ke Alun-alun Kidul. “Kami dari Banjar, Kalimantan. Setelah silaturahmi dengan saudara-saudara di sekitar Yogya, kami mampir ke sini. Penasaran juga,” ujar Rahmi, seorang ibu yang bersama anak dan cucu-cucunya tengah berada di Alun-alun.
Maraknya pengunjung tidak disia-siakan oleh para pedagang. Mulai dari pedagang wedang ronde, bakso, cemilan, sampai es goreng, yang menggelar dagangannya di sekeliling alun-alun. Sebagian lainnya menjual mainan tradisional yang menarik, seperti layang-layang, parasut, dan lajn-lain.
Untuk menambah maraknya suasana, tersedia juga becak hias yang telah dimodifikasi, dengan roda empat dan dihiasi dengan lampu-lampu. Seperti sebuah mobil, tanpa mesin, penyewa dapat mengendarai (mengayuh) sendiri kendaraan yang bisa ditumpangi seluruh angggota keluarga. "Pengunjungnya makin ramai pas musim liburan ini," ujar seorang penikmat ronde yang duduk lesehan di alun-alun. (Tim Lipmudyanlik)