Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, Selasa (18/08).
BANYUASIN – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Api-Api di Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, memiliki keunggulan geoekonomi, yaitu di wilayah penghasil sawit dan karet terbesar di Indonesia. Dengan lokasi yang strategis, diharapkan KEK yang masih dalam pembangunan ini dapat meningkatkan kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB).
Peran KEK dalam program strategis juga menjadi sorotan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), khususnya dari sisi layanan pubik. "Dalam rangka revolusi perizinan, kami melakukan pendampingan untuk mempermudah perizinan dan penguatan dari sisi pelayanan publik, salah satunya yang ada di KEK Tanjung Api-Api Banyuasin,” ujar Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa, saat peninjauan KEK Api-Api, Selasa (18/08).
Selain potensi daerah di sektor agro, KEK Tanjung Api-Api juga memiliki potensi sumber daya alam gas bumi dan batu bara yang melimpah. KEK Tanjung Api-Api juga memiliki keunggulan geostrategis yaitu dekat dengan akses utama Sumatra bagian selatan ke Alur Laut Kepulauan Indonesia I dan sebagai pintu gerbang kegiatan ekspor/impor wilayah Provinsi Sumatra Selatan dan sekitarnya.
Kawasan ini memiliki luas 2.237 hektare, yang terdiri dari perkebunan sawit dan area petrokimia. Saat ini, sedang menunggu proses revisi Peraturan Pemerintah No. 51/2007 tentang Indikasi Geografis, terkait perubahan luas. Awalnya KEK Api-Api hanya memiliki luas 67 hektare.
Diah juga mendorong Pemkab Banyuasin untuk terus mengembangkan KEK dan untuk menciptakan inovasi pelayanan publik. Perlu diketahui, daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin tersebut berhasil mendapatkan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020 untuk kategori Tata Kelola Pemerintah Kabupaten.
Pemkab Banyuasin, melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menciptakan inovasi Jam Kunci di Desa Muara Sungsang Kecamatan Banyuasin II dengan jarak kurang lebih 120 kilometer dari pusat kota Banyuasin. Jam Kunci adalah singkatan dari Jemput Bola, Rekam Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) Langsung Cetak di Tempat.
Diah mengapresiasi inovasi yang telah digaungkan di Kabupaten Banyuasin. "Ini hal yang patut diapresiasi, dan kami merencanakan akan menyelenggarakan awarding Top 45 dengan protokol kesehatan," ungkap Diah.
Bupati Banyuasin Askolani mengungkapkan Jam Kunci lahir untuk memudahkan masyarakat mendapatkan KTP. "Dulu sebelum ada inovasi Jam Kunci masyarakat 30 sampai 40 persen yang mempunyai KTP. Kini 99,9 persen warga sekarang sudah memiliki KTP, dan menghemat biaya masyarakat dalam rangka berkeliling membuat KTP masyarakat,” pungkas Askolani. (don/HUMAS MENPANRB)