Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kabupaten Badung Wayan Suambara saat menerima kunjungan Tim Evaluasi dan Tim Sekretariat Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2021, di Kabupaten Badung, Jumat (19/11).
BADUNG - Aplikasi Fish-Go yang kini bertransformasi menjadi Pendeteksi Area Tangkapan Ikan Menggunakan Sistem Internet of Things atau Patriot dari Kabupaten Badung, Bali, siap dibawa tingkat internasional. Pengembangan fitur, perbaikan sistem, hingga pendampingan untuk pengajuan proposal sedang dilakukan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kabupaten Badung Wayan Suambara mengatakan, nelayan tradisonal adalah prioritas. "Kami berharap, walaupun mereka tidak berlama di laut, hasil bidikannya maksimal," ujar Suambara saat menerima kunjungan Tim Evaluasi dan Tim Sekretariat Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2021, di Kabupaten Badung, Jumat (19/11).
Ada sejumlah pengembangan dari aplikasi ini. Sebelumnya, aplikasi Fish-Go hanya memiliki fitur lokasi ikan, waktu, serta rute.
Kini fitur dalam inovasi Patriot bertambah, yakni informasi cuaca, info pasang surut, gawat darurat (SOS), tambahan informasi jenis ikan, laporan hasil tangkapan, pantauan jumlah pengguna, serta pendeteksi biomassa ikan.
Inovator juga mengembangkan alat yang dipasang pada perahu nelayan. Secara sederhana, salah satu fungsi alat itu adalah menarik perhatian ikan. Lampu yang terdapat pada pelampung alat akan menarik plankton. Plankton adalah makanan ikan kecil, dan ikan kecil adalah makanan bagi ikan yang lebih besar.
Suambara menjelaskan, fokus pemerintah tidak hanya pada penangkapan ikan. "Sekarang tidak hanya tangkap lalu jual, tapi juga diolah oleh ibu-ibu. Ada keripik ikan, namanya Krinzi, kripik ikan bergizi," jelasnya.
Di sisi lain, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) membantu dari pendampingan. Staf Ahli Kementerian PANRB bidang Politik dan Hukum M. Imanuddin menjelaskan, perairan Bali hingga Jawa Timur adalah lalu lintas ikan. "Kita diuntungkan oleh alam," ungkap Imanuddin.
Kementerian PANRB yang punya jejaring dengan berbagai pihak, akan membantu pengembangan Patriot dari segi sistem informasi. Universitas Gunadarma sebagai salah satu mitra Kementerian PANRB siap membantu dari sisi teknologi informasi.
Imanuddin menjelaskan, saat ini fokusnya adalah penyempurnaan aplikasi dan proposal pendaftaran United Nations Public Service Award (UNPSA) 2022. Inovasi dari Tanah Para Dewa ini akan didaftarkan pada kompetisi milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu paling lambat pada Desember 2021.
Pada kompetisi tingkat dunia, alat yang canggih tidak begitu penting, jika tidak berguna bagi masyarakat. "Patriot ini teknologi tepat guna. Bukan hanya nelayan, tapi juga keluarganya," jelas Imanuddin.
Made Gita Adnyana, seorang nelayan tradisonal Bali pernah merasakan sulitnya mencari ikan. Terlebih jika ada kapal besar yang beredar. Namun, aplikasi Patriot memberikan dampak positif.
Dengan pengembangan saat ini, hasil tangkapan nelayan juga meningkat. Sekarang sudah ada sekitar 1.753 pengguna aplikasi Patriot. Sementara tangkapan nelayan tradisonal, bisa mencapai sekitar 120 kilogram per hari dengan keuntungan bersih Rp370.000 per hari.
Alat ini juga mendeteksi jenis ikan, perkiraan banyaknya ikan, hingga kedalaman ikan. alat itu kami tau ketebalan ikan dibawah. "Jadi bisa kami siapkan alat penangkapnya apa. Kami bisa antisipasi. Terima kasih sudah membantu kami," ungkap Adnyana. (don/HUMAS MENPANRB)