JAKARTA – Fenomena anak putus sekolah tidak hanya menjadi masalah pendidikan, tetapi sudah menjadi masalah sosial, ekonomi, keamanan, dan ketertiban masyarakat. Di Kota Palembang, masih banyak anak usia sekolah yang berhadapan dengan hukum yang sejatinya masih membutuhkan akses pendidikan yang layak. Selain itu, angka kasus putus sekolah di Kota Palembang pada tahun 2018 masih menunjukkan jumlah yang cukup tinggi, yaitu mencapai 1.278 kasus (17 persen dari jumlah kasus yang ada di Sumatra Selatan).
Kondisi tersebut menandakan bahwa masih banyak anak yang belum terpenuhi hak pendidikannya. Berbekal segudang pengalaman di bidang pendidikan, Ahmad Zulinto tergerak untuk mempelopori program akselerasi pengentasan anak putus sekolah di Kota Palembang. Program tersebut dikemas dalam inovasi Selfi dan Poltabes.
Memberikan layanan pendidikan yang adil, merata, dan berkualitas bagi masyarakat di Indonesia, khususnya Kota Palembang menjadi cita-cita yang terus diperjuangkan Zulinto. Menurutnya, pendidikan yang berkualitas harus hadir dalam kondisi apapun, dimanapun dan kapanpun, karena hal tersebut merupakan hak bagi setiap anak.
“Apapun persoalannya, saya berkomitmen, anak yang putus sekolah harus kembali bersekolah, termasuk anak dalam penjara. Sebab anak bermasalah hukum tidak harus kehilangan hak pendidikannya, karena mereka masih harus tetap menghadapi dunia setelah keluar dari penjara,” ujar Ahmad Zulinto, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang.
*dokumentasi diambil sebelum pandemi Covid-19
Selfi adalah sekolah filial bagi anak yang berhadapan dengan hukum yang menghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas I Palembang. Sedangkan Poltabes adalah Program Pelayanan Anak Tidak Boleh Berhenti Sekolah melalui sekolah filial bagi anak jalanan dan anak putus sekolah Kota Palembang, dari jenjang SD, SMP, dan SMA.
Melalui sekolah filial, bagi anak penghuni LPKA Klas I Palembang mendapatkan pendidikan formal selayaknya sekolah reguler. Anak-anak LPKA Klas I Palembang dapat menikmati pendidikan dengan tenaga pengajar langsung dari guru sekolah induk masing-masing.
Zulinto mengungkapkan, Selfi telah dijadikan sebagai model percontohan nasional pola pendidikan anak di LPKA seluruh Indonesia. Saat ini, Selfi di LPKA Klas I Palembang telah memberi dampak nyata, baik pada Anak Binaan yang telah dapat menyelesaikan sekolah, melanjutkan ke perguruan tinggi, mengisi berbagai lapangan pekerjaan, baik di pemerintahan maupun swasta.
Bahkan ada anak lulusan sekolah filial yang menjadi ASN dan ustadz. “Mereka menjadi figur baru ditengah-tengah masyarakat walaupun mereka mantan narapidana,” imbuh pria yang juga merupakan Ketua PGRI Provinsi Sumatera Selatan ini.
Selanjutnya, inovasi Poltabes. Keunikan inovasi ini adalah melalui Dinas Pendidikan dilakukan penjemputan bagi anak putus sekolah, baik yang berada di jalanan maupun yang tersebar di lingkungan keluarga dan masyarakat untuk diajak kembali bersekolah. Juga dilakukan pemberian fasilitas pendukung secara gratis berupa seragam sekolah, tas, sepatu, buku, alat tulis, kartu gratis Trans Musi, pendampingan konselor, dan lain-lain.
*dokumentasi diambil sebelum pandemi Covid-19
Sama seperti sekolah filial bagi anak penghuni LPKA Klas I Palembang, sekolah filial bagi anak jalanan dan anak putus sekolah juga menyediakan layanan pendidikan berkualitas yang menginduk ke sekolah negeri. Di sekolah filial, anak-anak diberikan tambahan pendidikan keterampilan dan keahlian, meliputi komputer, menjahit, teknik las, kelistrikan, dan permesinan. Inovasi ini telah mampu menurunkan angka putus sekolah di Kota Palembang secara signifikan, dimana sebelumnya pada tahun 2018 berjumlah 1.278 kasus menurun menjadi 491 kasus pada tahun 2019.
Semangat dan dedikasi Zulinto dalam bekerja mendapat apresiasi dari Asisten III Sekretariat Daerah Kota Palembang Agus Kelana. Menurutnya, Zulinto merupakan sosok pemimpin yang visoner serta selalu memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di masyarakat. Senada dengan Agus, Rektor Universitas PGRI Palembang Bukman Lian mengungkapkan kekagumannya pada sosok Ahmad Zulinto yang sangat berdedikasi dalam memajukan pendidikan di Indonesia. “Beliau memang sosok pejuang pendidikan yang telah banyak berkontribusi bagi kemajuan pendidikan,” ungkapnya.
Kerja keras dan kepeduliannya bagi dunia pendidikan di Indonesia membuahkan hasil yang membanggakan. Ia terpilih menjadi Top 10 nomine Pejabat Pimpinan Tinggi (PPT) Teladan dalam ajang Anugerah ASN 2020 yang diadakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu.
Ia berharap program yang diinisiasinya dapat menjadi motivasi bagi para pegiat pendidikan di Kota Palembang untuk terus berjuang dalam memberikan layanan pendidikan inklusi bagi seluruh masyarakat menuju terwujud Palembang zero angka putus sekolah. “Dan akhirnya pendidikan yang berkualitas dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Ayo sekolah!” pungkasnya. (del/HUMAS MENPANRB)