Pin It
20160520 Upacara di Tarakan 3
TARAKAN - Sungguh istimewa, untuk pertama kalinya seorang menteri menjadi Inspektur Upacara di provinsi termuda di Indonesia, Kalimat Utara (Kaltara). Adalah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Yuddy Chrisnandi, yang bertindak sebagai Inspektur Upacara Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-108 tingkat Provinsi Kaltara di lapangan Kantor Walikota Tarakan. Jum'at (20/05).
 
Hadirnya Yuddy di Kaltara tidak lepas dari rangkaian kegiatan Forum Koordinasi, Komunikasi dan Konsultasi Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (FORK3PANRB) yang berlangsung Kamis kemarin. Selain membuka acara, Yuddy juga berkesempatan blusukan ke puluhan penyelenggara pelayanan publik di Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan.
 
"Saya sengaja meluangkan waktu dan memperpanjang jadwal kunjungan kerja untuk memberikan semangat serta turut memancangkan pembangunan karakter segenap Aparatur Sipil Negara dan warga masyarakat Kalimantan Utara melalui pelaksanaan Upacara Hari Kebangkitan Nasional," ujar Yuddy.
 
Yuddy berkeyakinan, dibawah kepemimpinan Gubernur Kaltara, serta dalam sokongan penuh Kabinet Kerja di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla, Kalimantan Utara secepatnya mengejar ketertinggalan dari provinsi lainnya, bahkan melampauinya.
 
"Saya yakin Kalimantan Utara dalam tempo yang tidak terlalu lama akan pesat melesat dalam berbagai sektor pembangunan, termasuk dalam bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi. Kami siap untuk memberikan bimbingan dan asistensi. Karena itu pula jadikan momentum Hari Kebangkinan Nasional ini untuk melakukan lompatan pemerintahan," kata Yuddy.
 
Sebagai Irup Harkitnas, Yuddy lebih lanjut membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika. Disampaikan, salah satu inspirasi yang bisa kita serap dari berdirinya Boedi Oetomo sebagai sebuah organisasi modern pada tahun 1908 adalah munculnya sumber daya manusia Indonesia yang terdidik memiliki jiwa nasionalisme kebangsaan, dan memiliki cita-cita mulia untuk melepaskan diri dari penjajahan.
 
"Dengan tampilnya sumber daya manusia yang unggul inilah semangat kebangkitan nasional dimulai. 
Perjuangan Boedi Oetomo yang dipimpin oleh Dokter Wahidin Soedirohoesodo dan Dokter Soetomo tersebut kemudian dilanjutkan oleh kaum muda pada tahun 1928 yang kemudian melahirkan Soempah Pemoeda. Dan melalui perjuangan yang tak kenal lelah akhirnya kita dapat memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945," tutur Yuddy.
 
Sejak diproklamirkannya kemerdekaan, kita bangsa Indonesia telah berjanji dan berketetapan hati bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam kondisi dan keadaan apapun.
 
"Menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa Indonesia secara konsisten untuk menjaga, melindungi dan memelihara tegaknya NKRI dari gangguan apapun, baik dari dalam maupun dari luar dengan cara menerapkan prinsip dan nilai-nilai nasionalime dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
 
Diungkapkan, komitmen terhadap NKRI ini penting ditegaskan kembali pada upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-108 ini mengingat setelah sekian lama berdiri sebagai bangsa, ancaman dan tantangan akan keutuhan NKRI tidak selangkah pun surut. Bahkan melalui kemajuan teknologi digital, ancaman radikalisme dan terorisme, misalnya, mendapatkan medium baru untuk penyebaran paham dan praktiknya.
 
Selain itu, kita juga menghadapi permasalahan ketahanan bangsa secara kultural. Munculnya kekerasan dan pornografi, misalnya, terutama yang terjadi pada generasi yang masih sangat belia, adalah satu dari beberapa permasalahan kultural utama bangsa ini yang akhir-akhir ini mengemuka dan memprihatinkan.
 
Potensi pergaulan dan kerja sama saling menguntungkan akibat relasi dengan dunia internasional, dituturkan juga tumbuh makin intens, tetapi juga sekaligus makin rentan terhadap penyusupan ancaman terhadap keutuhan NKRI dari luar wilayah negeri ini.
 
Tantangan-tantangan baru yang muncul di depan kita tersebut memiliki dua dimensi terpenting, yaitu kecepatan dan cakupan. "Tentu kita tidak ingin kedodoran dalam menjaga NKRI akibat terlambat mengantisipasi kecepatan dan meluasnya anasir-anasir ancaman karena tak tahu bagaimana mengambil bersikap dalam konteks dunia yang sedang berubah ini," ujar Yuddy.
 
Oleh sebab itu, pemerintah memandang penting tema "Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewujudkan Indonesia yang Bekerja Nyata, Mandiri dan Berkarakter" yang diangkat untuk peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2016 ini.
 
Dengan tema ini kita ingin menunjukkan bahwa tantangan apapun yang kita hadapi saat ini harus kita jawab dengan memfokuskan diri pada kerja nyata secara mandiri dan berkarakter.
 
Dicontohkan, Proklamator dan Presiden pertama RI, Ir Soekarno, pernah menekankan tentang pentingnya membangun karakter bangsa. Menurut Beliau "membangun suatu negara, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan, adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya, membangun jiwa bangsa. Tentu saja keahlian adalah perlu, tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar, tidak akan dapat mungkin mencapai tujuannya".
 
Persaingan kini bukan lagi muncul dari tetangga-tetangga di sekitar lingkungan kita saja. Inilah saat paling tepat bagi kita untuk bahu-membahu bersama sesama anak bangsa untuk memenangkan persaingan pada aras global, karena lawan tanding kita semakin hari semakin muncul dari seantero penjuru dunia. Karena itu, sebagai satu kesatuan, mau tak mau kita harus bangkit untuk menjadi bangsa yang kompetitif dalam persaingan pada tingkat global tersebut.
 
"Untuk saudara-saudaraku yang diberi amanat Allah untuk mengemudikan jalannya bahtera pemerintahan, saya mengajak untuk menyelenggarakan proses-proses secara lebih efisien. Mari pangkas segala proses pelayanan yang berbelit-belit dan berkepanjangan tanpa alasan yang jelas. Mari bangun proses-proses yang lebih transparan. Mari berikan layanan tepat waktu sesuai jangka waktu yang telah dijanjikan," ucap Yuddy.
 
Melalui peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini juga diharapkan dapat memperbarui semangat Trisakti, yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Jika kita konsisten, maka jalan kemandirian ini niscaya akan membawa bangsa Indonesia mengalami kebangkitan yang selanjutnya, yaitu menjadi bangsa yang lebih jaya dan kompetitif dalam kancah internasional.
 
Dipenghujung sambutan, disampaikan agar dalam memperingati hari Kebangkitan Nasional ke-108 tahun 2016 ini, kinerja kita semakin baik dan semakin dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. "Teriring salam, doa penuh harapan kiranya kita semua senantiasa diberikan kemampuan untuk mempertahankan NKRI ini sampai kapan pun, demi kejayaan bangsa Indonesia," imbuh Yuddy saat menutup sambutan Menkominfo. (HUMAS MENPANRB)