JAKARTA – Berbagai permasalahan sosial di Provinsi Aceh menggerakkan hati seorang aparatur sipil negara (ASN) untuk meningkatkan akses pelayanan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Aceh. Ia adalah Michael Octaviano, seorang ASN yang mengabdi di Dinas Sosial Provinsi Aceh.
Bertugas di Dinas Sosial membuat Michael melihat berbagai persoalan sosial yang nyata di masyarakat. Dirinya merasa bertanggung jawab untuk membantu meringankan masalah sosial lewat perannya sebagai ASN.
Tahun 2010 menjadi langkah awal Michael di dalam pekerjaan sosialnya dengan menahkodai Blood For Life Foundation (BFLF). Blood For Life Foundation merupakan sebuah organisasi yang bergerak secara sukarela, dengan tujuan membantu masyarakat yang membutuhkan darah, khususnya masyarakat menengah kebawah, dengan cara menjadi mediator untuk pendonor kepada masyarakat yang membutuhkan darah.
Kegiatan ini dilaksanakan secara nyata melalui gerakan Relawan Donor Darah. Relawan Donor Darah membantu kebutuhan darah untuk anak-anak talasemia, hemofilia, kanker, dan juga pasien darurat yang memerlukan prosedur operasi. “Jumlah keseluruhan pasien dari tahun 2010 hingga 2020 yang telah terbantu pemenuhan kebutuhan darah adalah kurang lebih 30.660 orang,” ungkap Michael.
Dikatakan, Relawan Donor Darah yang dibentuk BFLF telah tersebar di 23 kabupaten dan kota serta 11 provinsi di Indonesia. Selanjutnya, Michael juga membentuk Rumah Singgah BFLF.
Rumah Singgah BFLF diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu yang menderita talasemia, hemofilia, dan kanker anak untuk tinggal sementara dalam masa pengobatan atau kemoterapi siklus seminggu sekali. Untuk mendukung pelayanan sosial lainnya, disediakan pendampingan pasien dan layanan antar jemput dengan Ambulans Gratis untuk pasien kurang mampu dan juga memberikan Pinjaman Gratis Inkubator Portabel bagi bayi prematur sampai berat badan normal.
Michael Octaviano saat ini mengabdi sebagai Kepala Seksi Pengasuhan dan Perlindungan Anak UPTD Rumoh Seujahtera Aneuk Nanggroe (RSAN). Di tempat tersebut, dilakukan pengasuhan anak-anak terlantar, anak jalanan, anak korban pelecehan, korban kekerasan rumah tangga, serta anak-anak yang membutuhkan perlindungan lainnya. Sejalan dengan tugasnya, Michael kemudian menginisiasi program Peduli Yatim dan Dhuafa serta Gerakan 100 Pengusaha Anak Panti.
Gerakan 100 Pengusaha Anak Panti memberikan pelatihan bagi anak-anak panti untuk dapat membuka usaha sendiri sambil mereka melanjutkan jenjang pendidikannya. Pelatihan yang diberikan seperti kelas memasak, pangkas rambut, hidroponik, dan peternakan lele. “Di situ kita didik dan bina sehingga nantinya mereka akan menjadi anak yang berguna setelah keluar dari panti. Gerakan 100 Pengusaha Anak Panti agar mereka bisa mendapat penghidupan dan usaha ke depannya,” imbuh pria kelahiran Medan ini.
Michael, di mata Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri, adalah seorang sosok ASN yang sangat aktif dan peduli dengan masalah sosial di masyarakat. Selain tekun dalam pekerjaannya sebagai PNS di Dinas Sosial, Michael sangat aktif dalam kegiatan sosial lainnya. “Saya kira perlu muncul lebih banyak lagi Michael-Michael lainnya yang peduli pada kesejahteraan sosial masyarakat,” ujar Alhudri.
Apresiasi juga datang dari salah satu penyintas penyakit talasemia, Nuraini. Nuraini mengatakan kehadiran program bantuan layanan kesehatan yang diinisiasi Michael sangat membantunya dalam melawan penyakit kelainan darah yang dideritanya. “Beban saya menjadi ringan, karena sebelumnya saya sangat susah untuk ke rumah sakit karena biayanya mahal dan perjalanan juga mahal,” ujarnya.
Berbagai capaian Michael pada bidang sosial dan kesehatan ini mendapat penghargaan dari Menteri Sosial RI, yaitu penghargaan kepada Yayasan Blood For Life Foundation Sebagai Organisasi Sosial Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2014. Pada tahun 2020, Michael terpilih menjadi 10 terbaik kategori PNS Inspiratif dalam ajang Anugerah ASN 2020 yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB). (del/HUMAS MENPANRB)