JAKARTA – Negosiasi dagang bilateral merupakan tugas kompleks dan memerlukan strategi khusus agar target Presiden Joko Widodo melalui Kementerian Perdagangan dapat tercapai. Dari banyaknya negosiasi yang berhasil bermanfaat bagi Indonesia, Ni Made Ayu Marthini adalah sosok dibalik itu semua.
Marthini yang menjabat sebagai Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan menghadirkan konsep Negosiasi di Era 4.0 - Cepat, Tepat, dan Bermanfaat. Dengan konsep tersebut, Marthini tak hanya menjadi negosiator ulung andalan Indonesia, tapi juga turut membentuk SDM negosiator yang cakap.
Tak hanya memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni, diperlukan pula siasat tersendiri agar manfaat perundingan dapat dirasakan kedua negara, dan tentu mengikuti perkembangan zaman. "Bagi saya, keberhasilan negosiasi adalah keberhasilan bersama, dan kuncinya adalah percepatan peningkatan SDM yang cakap dan profesional. Fokus utamanya adalah pengembangan diri untuk menjadi lead negotiator yang tangguh serta membentuk SDM negosiator yang andal dan produktif," ujar perempuan asal Bali ini.
Sebagai pimpinan yang membawahi banyak ASN muda, ia menyadari kepemimpinan yang tertutup dan kaku tak lagi bisa dilakukan. Maka ia mengusung kepemimpinan yang terbuka, mau mendengar, memberi contoh, serta mendukung timnya untuk berkembang di berbagai kesempatan pelatihan.
"Dalam negosiasi, saya selalu memotivasi tim dengan moto 'tough on issue, soft on people'. Boleh keras dan tangguh untuk posisi runding, tapi tidak boleh kasar kepada orang lain atau mitra," imbuh alumni Universitas Gadjah Mada tersebut.
Menjadi seorang juru runding juga menuntutnya untuk melakukan pendekatan tak hanya persuasif, tetapi juga memiliki argumentasi dan solusi serta jejaring yang luas dengan pemangku kepentingan. Oleh karena itu, pendekatan kolaboratif menjadi salah satu langkah tepat yang selalu ia lakukan untuk merangkul pelaku usaha, mitra dagang, maupun pemangku kepentingan lainnya.
Selain konsep cepat dan tepat, ia juga menanamkan konsep bermanfaat kepada timnya. Baginya, perjanjian dagang tidak akan berarti apa-apa jika tidak diketahui dan dimanfaatkan oleh publik.
Marthini dan timnya menyusun buku pintar perjanjian dagang yang dibuat dalam bentuk cetak maupun digital. Buku tersebut berisi informasi perjanjian dagang yang dimiliki Indonesia serta manfaatnya bagi ekspor dan perekonomian Indonesia.
Informasi dalam buku tersebut disosialisasikan secara intensif dan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk APINDO, instansi pemerintah, akademisi, media massa, organisasi masyarakat, kedutaan besar mitra dagang di Indonesia, asosiasi bisnis asing, hingga jaringan diaspora Indonesia di luar negeri.
Salah satu capaian terbesar yang berhasil diraih tim Direktorat Perundingan Bilateral adalah diterbitkannya Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 7/2021 tentang Tahapan dan Tata Cara Pembuatan Perjanjian Perdagangan Internasional. "Peraturan ini menjadi landasan untuk mengatur mekanisme tahapan perundingan agar lebih sistematis sesuai prioritas RI," jelasnya.
Wabah Covid-19 pun tak lantas menghentikannya berinovasi. Ia dan timnya memanfaatkan platform digital secara maksimal melalui berbagai webinar, podcast, hingga konten Instagram yang edukatif dan interaktif.
Kecakapan Ni Made Ayu Marthini menjadi juru runding mengantarnya menjadi salah satu penerima Piala Adhigana. Ia menjadi Top 3 di kategori PPT Pratama Teladan di ajang Anugerah ASN 2021 yang diselenggarakan Kementerian PANRB.
Di bawah nakhoda Ni Made Ayu Marthini sejak 2016, Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan telah berhasil menyelesaikan tujuh perundingan dagang bilateral. Saat ini sedang berunding dengan 10 negara, dan sedang melakukan penjajakan dengan 18 negara mitra dagang. (nan/HUMAS MENPANRB)