Pin It

20220311 Pariwisata Indonesia Akan Pulih dan Bangkit Seiring Transisi Menuju Masyarakat Produktif Dan Aman COVID 19

 

JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno optimis, wisatawan asing kembali mengunjungi Indonesia. Menyusul sejumlah kebijakan terbaru Pemerintah dalam transisi menuju masyarakat produktif dan aman COVID-19. Dikatakannya, salah satu dampak akibat pandemi COVID-19 ialah penurunan kunjungan wisatawan asing dari akhir tahun 2019, dan di tahun 2021 menjadi kurang dari 6,5%.

Sandiaga memaparkannya saat menjadi pembicara dalam agenda virtual media briefing bertajuk "Deep Dive Into Safe COVID-19 Tourism" bersama Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, Kamis (10/3/2022) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

"Kami yakin perubahan kebijakan ini, khususnya di Bali, Batam dan Bintan disambut antusias wisatawan asing. Akan berhasil jika kami tetap fokus pada protokol kesehatan yang sangat ketat dan disiplin yang integrasi penerapan aplikasi PeduliLindungi," ungkap Sandiaga.

Dengan upaya bersama Pemerintah, stakeholder terkait yang bahu membahu bersama masyarakat, kini sektor pariwisata berangsur pulih dan bangkit. Ia menyebutkan, Indonesia kini diapresiasi wisatawan asing. Salah satunya karena wisatawan asing kini hanya butuh waktu 30 menit saat menjalani proses masuk di pintu kedatangan. Bahkan, kepuasan juga dirasakan dengan layanan yang diberikan pihak hotel beserta staffnya. Dan juga penanganan terus ditingkatkan terhadap visa dan fasilitas lain untuk menarik turis asing.

Lebih lanjut terkait Batam dan Bintan, Indonesia kini menerima banyak permintaan dari Singapura. Dan ini dapat dilihat sebagai peluang banyak wisatawan yang akan datang ke Batam dan Bintan. Lalu, program warm up holiday Bali cukup berhasil dengan dampak yang rendah terhadap penularan COVID-19 dengan positivity rate dibawah 0,5 persen berdasarkan tes masuk pada 22 Februari 2022. Dan tercatat kunjungan wisatawan asing hampir 1.500 yang masuk.

Saat ini, Pemerintah melalui semua Kementerian/lembaga tengah melakukan persiapan yang lebih baik terhadap kunjungan wisatawan asing yang akan berpartisipasi dalam KTT G20 dan berbagai acara internasional lainnya. Termasuk agenda United Nation Office for Disaster Risk Reduction yang direncanakan Mei mendatang.

Sandiaga menambahkan, dalam memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan asing yang berkunjung, pihaknya bekerjasama dengan stakeholder terkait, dan fasilitas yang ditawarkan telah dilengkapi sertifikasi Clean, Health, Safety and Enviroment (CHSE) dan penerapan protokol kesehatan. Sehingga wisatawan yang berlibur, dapat berkegiatan dengan aman, nyaman dan aman selama di Indonesia.

Disamping itu, dengan kondisi yang terus membaik, Sandiaga melihat potensi kenaikan kunjungan dari luar negeri tahun ini, di kisaran 1,8 hingga 3,6 juta kunjungan wisatawan asing. Lalu di tahun ini juga, ada potensi terbukanya 34 juta lapangan kerja di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif.

Agar hal tersebut dapat tercapai, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama jajaran Pemerintah lainnya, harus memprioritaskan protokol kesehatan diterapkan secara disiplin dalam sektor pariwisata Indonesia. "Serta menyiapkan basis ekonomi baru dan memastikan pemulihan ini bertahan lama dan berkelanjutan. Juga bermanfaat bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan," jelas Sandiaga.

Pada kesempatan yang sama, Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito memastikan Pemerintah telah melakukan pengamatan mendalam terhadap data COVID-19 terkini sebagai pertimbangan sebelum menerapkan kebijakan penanganan. Seperti mencermati perkembangan kasus positif, kesembuhan, kematian, tingkat keterisian rumah sakit rujukan COVID-19, dan cakupan vaksinasi tingkat nasional.

Melihat perkembangan terkini, puncak kasus akibat varian Omicron telah dilewati pada 20 Februari lalu. Kasus positif terus menurun, setelah sekitar 1 bulan meningkat tajam pada kasus mingguan yang mendekati 400 ribu kasus. "Namun hanya dalam 2 minggu, kami berhasil menurunkannya hingga hampir setengahnya, menjadi 200 ribu kasus. Jumlah ini masih tinggi, sehingga menjadi tugas bersama kita untuk memastikan kondisi kembali sebelum puncak yaitu sekitar seribu kasus per minggu," jelas Wiku.

Perkembangan baik lainnya, angka kesembuhan yang sempat turun drastis dari 96% ke 86% per 20 Februari lalu, kini meningkat lagi mencapai 90%. Sejalan itu, tingkat hunian RS Rujukan Nasional COVID-19 turun dalam 10 hari terakhir, dari 38,79% menjadi 28,20%. Meskipun begitu, ketersediaan tempat tidur rumah sakit rujukan terus ditingkatkan dan per 7 Maret lalu, sudah melebihi 94 ribu. Sementara, sepekan terakhir jumlah kasus aktif masih relatif tinggi, meski telah turun 97 ribu. Kasus aktif sendiri mengalami kenaikan selama 8 pekan, dan tercatat  data 7 Maret 2022 jumlahnya sebanyak 448.273 kasus.

Meskipun peningkatan angka kematian relatif lebih rendah jika dibandingkan kasus positif, sayangnya, tren kematian mingguan terus meningkat. Per 21 - 27 Februari, ada 1.708 kematian, dan meningkat minggu ini menjadi 2.099 kematian. Artinya, masih ada peningkatan 300 kematian dibandingkan pekan sebelumnya. "Dan dalam upaya adaptasi saat ini, pencegahan kematian harus diprioritaskan," tambah Wiku.

Lalu jika dilihat lebih mendalam, pada periode 21 Januari - 6 Maret, dari 8.230 pasien yang meninggal di rumah sakit, 51% dengan komorbid, 56% lansia, dan 70% belum divaksinasi lengkap. Terkait vaksinasi lengkap ini menjadi sangat penting melindungi kelompok rentan melalui vaksinasi lengkap. Bahkan diharapkan vaksinasi bahkan lebih dari 70 persen populasi.

Sayangnya, data vaksin Pemerintah yang diolah dunia di situs Our World in Data per 6 Maret 2022, baru 53,5% populasi dengan dosis penuh. Sementara orang dengan dosis 1 mencapai 69,48% atau hampir 70% dari jumlah penduduk. Patut disyukuri, Indonesia telah melampaui pencapaian vaksin dosis pertama di tengah pencapain dunia. Dan sangat diharapkan masyarakat memanfaatkan akses vaksin dengan sebaik-baiknya serta memastikan diri sudah menerima dosis lengkap vaksin serta booster.

"Kekebalan masyarakat yang terbentuk setelah vaksinasi juga harus terus dipantau dengan sero-survei rutin. Ingat, herd immunity akan menjaga produktivitas masyarakat di tengah masa adaptasi ini," pungkas Wiku.

[ISTA/ACU/MRH]