Suasana presentasi dan wawancara inovasi Pemanfaatan Daging Buah Pala Fakfak (Paman Dabula Fakfak) dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak pada Selasa (12/07).
JAKARTA – Sebanyak sembilan inovasi yang berasal dari Sulawesi dan Papua Barat menutup tahap presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2022, Selasa (12/07). Kesembilan inovasi yang tampil dihadapan Tim Penilai Independen (TPI) didominasi dari kategori Pelayanan Publik yang Inklusif dan berkeadilan, dan satu inovasi dari kategori Ketahanan Institusi Publik di Masa Pandemi dan Antisipasi di Masa Pasca-Pandemi Covid-19.
Presentasi diawali dengan inovasi Pemanfaatan Daging Buah Pala Fakfak (Paman Dabula Fakfak) dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak. Sekretaris Daerah Kabupaten Fakfak Ali Baham Temongmere menjelaskan Paman Dabula Fakfak merupakan pupuk yang dibuat dengan ditambahkan enzim yang berasal dari buah pala. Selain berfungsi sebagai biokatalis, enzim pala juga dapat berfungsi sebagai agen pestisida nabati. Enzim pala diolah dari limbah daging pala dimana pala merupakan salah satu komoditi utama terbesar di Kabupaten Fakfak.
“Dampak yang terlihat setelah adanya inovasi Paman Dabula Fakfak adalah meningkatnya pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kelompok tani dalam membuat dan mengaplikasikan inovasi ini sehingga mampu meningkatkan produksi usaha tani tanaman yang dibudidayakan,” jelasnya.
Inovasi kedua Rawat Jalan Dengan Sistem Manajemen Informasi Layanan Excellent (RAJA SMILE) dari RSUD Prof.Dr. H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng. Bupati Bantaeng Ilham Azikin menyampaikan RAJA SMILE dirancang untuk memberikan kemudahan bagi pasien dalam mendapatkan akses layanan, yang diimplementasikan melalui tiga layanan excellent yang saling terintegrasi yaitu registrasi online melalui aplikasi SIPANDAI, layanan one stop service administrasi bagi pasien BPJS, dan layanan prioritas. Hadirnya ketiga layanan ini mampu menjawab tantangan tentang pentingnya kualitas pelayanan publik yang inklusif dan berkeadilan.
Pihaknya juga menyediakan layanan pengantaran obat sampai ke rumah pasien prioritas. Layanan ini dilakukan oleh petugas farmasi dengan jam operasional dimulai pukul 13.00 setiap hari kerja, dengan area pengantaran seputar Kota Bantaeng RAJA SMILE sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas layanan, serta berhasil memangkas waktu tunggu rawat jalan. Selain itu angka keluhan mengalami penurunan yang signifikan, dan tingkat kepuasan pasien mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Masih dari Kabupaten Bantaeng, inovasi selanjutnya SASKIA Peduli Disabilitas (SASKIA PD) milik Puskesmas Baruga. Inovasi SASKIA PD merupakan upaya untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dengan mendukung pelaksanaan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas.
Bupati Bantaeng Ilham Azikin mengungkapkan inovasi dilatarbelakangi berbagai masalah, seperti persentase kontak tenaga kesehatan dengan penyandang disabilitas pada tahun 2020 sebesar 13 persen atau 14 orang dari 106 orang. Lintas sektor dan mitra usaha tidak mengetahui lokasi keberadaan penyandang disabilitas di wilayahnya, dan 86 dari 106 keluarga penyandang disabilitas belum memahami tentang penanganan dan perawatan kesehatan penyandang disabilitas.
Terobosan diawali dengan melakukan kunjungan rumah untuk menentukan lokasi keberadaan penyandang disabilitas, selanjutnya pemasangan bendera di depan rumah sebagai penanda sasaran penyandang disabilitas. “Selain itu SASKIA PD juga mengkaji kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan keluarga, serta penyandang disabilitas diberi kesempatan mengikuti pelatihan keterampilan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,” ungkapnya.
Selanjutnya dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bone dengan Strategi Pencegahan Perkawinan Anak (SIP-PEKA). Bupati Bone Fahsar Padjalangi dalam kesempatan tersebut menjelaskan program SIP-PEKA mendukung percepatan menurunkan kasus perkawinan anak termasuk kawin siri secara terpadu dan terintegrasi.
Inovasi dimulai dengan memberikan edukasi bagi orang tua dan anak oleh Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) tingkat desa baik dilakukan rumah ke rumah, sekolah maupun di pasar. Upaya lain dengan pemberian stiker imbauan stop perkawinan anak. Setelah edukasi dilakukan monitoring dengan menggunakan botol mineral sebagai penanda rumah dengan empat warna, merah (anak tidak sekolah), biru (anak balita), hijau (anak sekolah), dan kuning (rentan tidak sekolah).
Stop perkawinan anak menjadi materi Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) disekolah SMP/MTS kelas VII dan kelas VIII dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Materi pencegahan perkawinan anak yang difasilitasi langsung oleh ustaz dan ustazah dengan menggunakan 4 modul (toolkit) yaitu pencegahan kehamilan usia dini, pencegahan perkawinan anak, manajemen kebersihan menstruasi, dan pentingnya pendidikan.
Presentasi selanjutnya dilakukan UPT Puskesmas Maiwa Kabupaten Enrekang dengan inovasi Komunitas Ibu Cerdas Cegah Stunting Desa Pariwang. Bupati Enrekang Muslimin Bando menceritakan awal mula inovasi dibangun disebabkan tingginya angka stunting di Kabupaten Enrekang dan Desa Pariwang secara khusus disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat terkait pemenuhan gizi balita. Berdasarkan kondisi tersebut maka muncul gagasan untuk membentuk komunitas ibu-ibu, yang diberi nama komunitas Ibu Cerdas Cegah Stunting. Keberadaaan komunitas ini sebagai sarana bertukar informasi dan motivasi dalam upaya menurunkan prevalensi stunting.
Inovasi dilakukan dengan integrasi dan kolaborasi program dapat diwujudkan secara terpadu dan berkesinambungan. Pendekatan pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk mengintegrasikan berbagai program pada kelompok sasaran di Desa Pariwang. Hingga tahun 2021, komunitas Ibu Cerdas Cegah Stunting beranggotakan 45 orang. Kagiatan yang dilaksanakan berupa edukasi komunitas, pendampingan ibu balita gizi kurang dan stunting, pelatihan pembuatan MP-ASI lokal, aktifitas fisik (senam), pendampingan kelompok wanita tani, dan pemanfaatan CTPS. Berdasarkan hasil pemantauan status gizi sebelum inovasi (2018) terdapat 13 balita mengalami stunting dan gizi kurang, setelah inovasi (2021) tersisa 6 balita.
Sesi pertama ditutup oleh inovasi Perahu Sehat Pulau Bahagia (PSPB) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Wakil Bupati Pangkep Syahban Sammana mengatakan PSPB merupakan upaya untuk mendekatkan layanan kesehatan di Puskesmas Sabutung. Inovasi dilaksanakan dengan mengunjungi pulau-pulau dalam wilayah kerja Puskesmas Sabutung sekali dalam sebuan. Untuk kasus emergency PSPB dapat mendatangi setaip saat pulau-pulau yang membuatuhkan penanganan emergency.
Perahu Sehat Pulau Bahagia memberikan pelayanan langsung di atas perahu atau di dermaga pulau sesuai dengan kesepakatan pemerintah desa. Pelayanan terdiri dari pelayanan poli umum, poli gigi, kesehatan ibu dan anak, konseling terpadu, serta imunisasi dan pelayanan emergency.
Inovasi Gerai Perijinan (RAJIN) di Desa dan Kelurahan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pinrang membuka sesi kedua hari terakhir KIPP 2022. Bupati Pinrang Irwan Hamid mengungkapkan inovasi RAJIN diciptakan untuk membantu masyarakat pedesaan yang tinggal terpencil jauh dari kota, yang selama ini sulit mengakses perizinan usaha sebagai syarat merintis dan mengembangkan usaha UMKM. RAJIN telah menghapuskan sistem yang tidak transparan dan akuntabel. Hadirnya RAJIN, telah memangkas birokrasi perizinan yang panjang berbelit serta menjadi sumber pungli.
Rajin juga akan menghindarkan masyarakat dari risiko perjalanan jauh ke kota. Di era pandemi ini, Rajin mengurangi risiko tertular Covid-19 karena membatasi interaksi secara langsung. Melalui sistem aplikasi Android, masyarakat dapat mengajukan perizinan secara mandiri, bahkan izin dapat dicetak di rumah.
“Pelayanan sangat terbuka dan transparan, karena informasi, prosedur, dan persyaratan perizinan dapat diakses melalui website, dimana proses dan tahapan pendaftaran sampai terbitnya perizinan dapat diakses melalui tracking system,” ujarnya.
Inovasi selanjutnya adalah Masyarakat Keera Peduli Disabilitas (MASKER PELITA) dari UPTD Puskesmas Keera Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo. Dalam presentasinya Bupati Wajo Amran Mahmud menuturkan inovasi bertujuan untuk memberdayakan penyandang disabilitas, meningkatkan kepedulian masyarakat, dan khusus untuk penyandang disabilitas mental (ODGJ) agar tidak terlantar dan dapat tertangani dengan baik. Inovasi diawali dengan pemilihan kader dari anggota keluarga terdekat penyandang sebagai kader Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM). Setelah kader terpilih, maka dilakukan pelatihan oleh Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik. Selain memberikan pelatihan, tenaga kesehatan juga melakukan pembinaan terhadap kader setiap bulan.
Dalam melaksanakan pelayanan, Puskesmas Keera menggandakan buku panduan RBM dan membagikan kepada setiap tenaga kesehatan dan kader sebagai pedoman dalam memberikan tindakan kepada penyandang disabilitas. Pedoman lainnya adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi kader dan SOP bagi tenaga kesehatan. Selanjutnya adalah melakukan pelayanan kesehatan berkala kepada para penyandang disabilitas oleh tenaga kesehatan melalui kunjungan rumah. Selain itu dibuat kartu kunjungan yang ditempelkan pada setiap rumah, sebagai alat pemantauan pelayanan kepada penyandang disabilitas.
Rangkaian presentasi dan wawancara KIPP tahun 2022 ditutup oleh Inovasi Berdaya Srikandi Oleh Srikandi dari Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Kota Parepare. Wali Kota Parepare Taufan Pewe mengungkapkan inovasi ditujukan dari, oleh, dan untuk perempuan, dimana sasaran utama inovasi Berdaya Srikandi Oleh Srikandi adalah perempuan pesisir. Modelnya adalah pemberdayaan dengan pendekatan pendampingan yang bersifat edukatif, fasilitatif, dan integratif, dengan tenaga pendamping yang merupakan sarjana perempuan lokal. Tujuan utama inovasi ini adalah meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir khususnya kaum perempuan melalui kegiatan ekonomi produktif.
Inovasi yang sebelumnya masuk Top 45 KIPP 2020 ini berdampak dalam mengurangi jumlah perempuan yang sebelumnya tergolong bukan angkatan kerja kedalam kegiatan ekonomi produktif. Kemudian menekan kerawanan kemiskinan pada masyarakat pesisir khususnya pada Rumah Tangga Perikanan (RTP). Pihaknya terus meningkatkan pembaruan dari tahun ketahun seperti produk yang dihasilkan dari 11 jenis menjadi 48 jenis, dan lokasi pemasaran yang sebelumnya hanya 11 lokasi menjadi 38 lokasi. (byu/HUMAS MENPANRB)