JAKARTA – Rendahnya tingkat pendidikan di Kelurahan Klawasi, Distrik Sorong Barat, Papua Barat, berpengaruh pada angka kriminalitas yang tinggi. Masyarakat Suku Kokoda yang menempati wilayah itu masih hidup jauh berada dibawah garis kemiskinan dengan pencaharian yang tak menentu. Polri berusaha membenahi masalah tersebut dari akarnya, yakni melalui pendidikan informal.
Polres Sorong Kota menciptakan inovasi Rumah Belajar Masyarakat Kokoda Klawasi atau disebut dengan Rumbai Koteka. Bhabinkamtibmas sebagai pelaksana, menjalankan program ini dengan melihat kondisi lingkungan, karakter, dan budaya masyarakat Kokoda.
Rumah belajar ini melakukan pengenalan baca, tulis, hitung (calistung), pendidikan karakter, pelatihan, dan keterampilan. “Selain itu pembelajaran juga dilakukan dengan tarian, bernyanyi, dan olah raga yang disesuaikan dengan kultur budaya dari masyarakat Papua asli Suku Kokoda. Keunikan lainnya ialah dalam melakukan komunikasi menggunakan bahasa daerah Kokoda,” jelas Kapolda Papua Barat Irjen Tornagogo Sihombing.
Banyak anak-anak tidak mampu, putus sekolah, dan buta aksara yang terlibat beberapa jenis tindak pidana. Kondisi itu berdampak pada terciptanya konflik sosial di Kelurahan Klawasi.
Setelah Rumbai Koteka berjalan pada 2017, pengendalian sosial pada perilaku kekeransan berhasil dilakukan. Angka kriminalitas anak turun pada tahun 2017, yakni hanya 40 kasus, dan tahun 2020 kembali menurun menjadi 10 kasus.
Bhabinkamtibmas melakukan pendataan kepada anak putus sekolah, tidak mampu, dan buta aksara. “Setelah pendataan, kami membangun komunikasi dengan pemerintah daerah sebagai upaya strategis membangun rumah belajar permanen dan nonpermanen,” jelas Tornagogo.
Proses belajar dilakukan jam 08.00 hingga 09.00 WIT untuk calistung. Sementara pukul 16.00 sampai dengan 17.00 WIT untuk pendidikan karakter dan pelatihan. Rumah belajar ini dibantu oleh Yayasan Kesehatan Masyarakat dan Sekolah Mustjahidin untuk program kelas jauh. Sedangkan pengadaan pengadaan buku bacaan diperoleh dari relawan Pustaka Bergerak Indonesia.
Tahun 2021, Rumbai Koteka berkembang ke tiga lokasi di Kelurahan Klawasi dengan jumlah murid 120 orang. Metode yang dilakukan untuk pengembangan sekolah ini adalah menggunakan alat bantu buku cerita bergambar, dongeng, dan warna kesukaan untuk mengetahui karakter masing-masing anak.
Keberlanjutan Rumbai Koteka dilakukan dengan kolaborasi bersama pemda untuk menyusun aturan daerah yang mengatur pengembangan pelayanan publik bagi rumah belajar. Kepolisian setempat juga akan menggandeng Dinas Pendidikan setempat terkait alokasi angagran. Jumlah tenaga pengajar dan penambahan program pelatihan yang menunjang keterampilan masyarakat juga akan ditambah sesuai kebutuhan rumah belajar ini. (don/HUMAS MENPANRB)