JAKARTA – Tanaman hyloreus sp. atau buah naga tidak selalu berbuah sepanjang tahun. Petani buah naga di Banyuwangi, Jawa Timur, tidak mendapat penghasilan lebih saat bulan-bulan buah naga tidak bisa dipanen. Namun, keadaan itu berubah ketika tangan dingin Arief Setiawan menciptakan inovasi yang bisa membuat buah naga panen sepanjang tahun.
Arief, yang menjabat Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, menjelaskan produksi buah naga mencapai puncak pada saat musim panen bulan Oktober hingga April. Diluar bulan tersebut, buah naga tidak berbuah atau disebut off-season. Sistem penanaman buah naga konvensional tidak bisa memenuhi permintaan pasar selama off-season.
Sedangkan permintaan buah naga meningkat sepanjang tahun. Kondisi off-season ini dilihat Arief sebagai peluang besar bagi petani buah naga untuk meningkatkan pendapatan. “Harga jual buah naga pada masa off-season relatif lebih mahal, hingga 2-3 kali lipat dari harga normal pada musimnya,” jelas Arief.
Salah satu inovasi yang dilakukan bagi para petani buah naga adalah menstimulasi buah naga dengan memberi cahaya lampu pada malam hari, pukul 18.00 sampai dengan 05.00. Cahaya lampu yang diberikan terbukti mampu merangsang buah naga untuk berbunga walaupun pada masa off-season.
Inovasi itu ia namakan Puting Si Naga, atau Penggunaan Lampu Tingkatkan Produksi Buah Naga. Petani dapat panen buah naga sepanjang tahun dan mampu memenuhi permintaan pasar dengan harga yang lebih menguntungkan sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani semakin meningkat.
“Diharapkan pada masa off-season buah naga mampu berbuah sehingga buah naga mampu berproduksi rata-rata 35 ton per hektar setahun,” ungkap Arief. Berkat tangan dinginnya, inovasi ini meraih predikat Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021.
Produksi buah naga tahun 2020 sebesar 82.544 ton meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 19.068 ton. Di sisi lain, potensi lapangan kerja juga terbuka melalui ekspansi kebun buah naga. Inovasi Puting Si Naga memungkinkan terciptanya kesempatan bagi petani dalam mengisi ceruk pasar buah naga sepanjang tahun.
Dampak inovasi dirasakan Rukiyan, salah seorang petani buah naga. Rukiyan mengaku panen buah naga meningkat dua kali lipat yang tentu berpengaruh pada penghasilan para petani. “Pendapatan kami meningkat sekitar 500 juta rupiah per hektar per tahun,” ungkapnya.
Inovasi lain yang diciptakan Arief adalah Jagoan Tani, yang menjaring talenta terbaik Banyuwangi dalam menginisiasi inovasi pertanian. Talenta itu akan mendapat pendampingan dan stimulus modal pengembangan wirausaha sosial berbasis digital.
Jagoan Tani hadir untuk menghadirkan paras sektor pertanian yang lebih menarik, ada sentuhan inovasi dan digitalisasinya, sehingga diharapkan meningkatkan minat generasi muda melirik sektor pertanian.
Jagoan Tani merupakan new branding dari agribusiness start-up competition (ASC) yang terinspirasi oleh adaptasi era revolusi industri 4.0. Jagoan Tani merupakan penyempurnaan dari ASC yang bertransformasi menjadi lebih terintegrasi. Bukan hanya ide atau rintisan bisnis pertanian yang dikompetisikan, tapi juga ada mentoring, koneksi perbankan, serta penyediaan lahan untuk usaha.
Tentu masih banyak inovasi lain yang lahir dari pemikiran Arief. Kerja inovatif Arief mengantarnya menjadi Top 6 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Teladan dalam ajang Anugerah ASN yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) tahun 2021.
Kerja keras dan ide brilian Arief pun diakui Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani. Ipuk menilai Arief adalah sosok pekerja keras dan sangat berdedikasi atas profesinya. “Bahkan beliau juga bisa menggerakkan ASN dan masyarakat mengubah lahan tidur menjadi destinasi wisata pertanian,” ungkap Ipuk. (don/HUMAS MENPANRB)