JAKARTA – Imunisasi dalam Sistem Kesehatan Nasional menjadi salah satu bentuk investasi kesehatan yang efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Namun ternyata masih ada masyarakat yang enggan untuk membawa anaknya ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi. Alasannya berbagai macam, mulai dari terpengaruh isu-isu negatif yang tidak tepat mengenai imunisasi, keterbatasan jarak, maupun keyakinan pada mitos tertentu.
Hal ini nyata terjadi di salah satu wilayah di Sumatra Barat, tepatnya di Nagari Batu Bajanjang, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Masyarakat Batu Bajanjang masih tabu dengan imunisasi. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kentalnya kepercayaan, adat, dan tradisi turun temurun. Selain itu, masyarakat masih percaya dengan adanya mitos tidak boleh membawa anak keluar rumah sebelum mengikuti Upacara Turun Mandi.
Melihat fenomena ini, Puskesmas Batu Bajanjang menggagas Wisuda Imunisasi (WISI) untuk meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) + booster pada bayi sampai berusia dua tahun. “WISI dilakukan dengan memberi penghargaan/pengakuan yang dikemas dalam bentuk wisuda dan pemberian sertifikat kepada bayi yang telah menyelesaikan IDL ditambah imunisasi booster,” jelas Bupati Solok Epyardi Asda.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka cakupan IDL di Indonesia belum maksimal. Epyardi mengungkapkan, Provinsi Sumatra Barat memiliki cakupan imunisasi cukup rendah. Kabupaten Solok di tahun 2017 memiliki cakupan imunisasi sebesar 80 persen. Sedangkan Puskesmas Batu Bajanjang tahun 2018 hanya 64,1 persen. Terpencilnya lokasi Puskesmas Batu Bajanjang dengan pemukiman warga yang dipisahkan lembah dan bukit menyebabkan sulitnya menjangkau masyarakat untuk melakukan imunisasi.
Untuk itu, inovasi WISI hadir dengan pendekatan langsung kepada orang tua yang memiliki bayi dan anak berusia dua tahun. WISI menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi orang tua yang telah mengimunisasi bayinya karena telah mendapatkan pembuktian yang jelas melalui Wisuda dan Sertifikat.
Seremonial Wisuda imunisasi diadakan di Posyandu masing-masing yang dikemas selayaknya acara prosesi Wisuda. “Sehingga dapat disaksikan orang banyak dan diharapkan dapat memicu orang tua lain untuk ikut serta mengimunisasi anaknya, yang selama ini imunisasi masih menjadi hal yang masih tabu bagi mereka,” tuturnya.
Diterangkan, sebelum adanya inovasi WISI, capaian Imunisasi Dasar lengkap (IDL) pada tahun 2018 di Puskesmas Batu Bajanjang hanya 64,1 persen. Setelah adanya gagasan ini, capaian IDL pada capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2019 meningkat menjadi 74,90 persen dan pada tahun 2020 menjadi 76 persen. “Ini artinya ada daya ungkit yang cukup signifikan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terutama pada ibu yang mempunyai bayi sampai dua tahun tentang pentingnya imunisasi bagi kesehatan anak mereka dimasa depan,” ujar Epyardi.
Inovasi Wisuda Imunisasi mudah diterapkan karena biayanya murah, menarik, sederhana, efisien serta mudah diterapkan di seluruh Puskesmas yang ada di Indonesia. Dinas kesehatan Kabupaten solok sangat mendukung inovasi ini karena fokus dalam upaya mendobrak kepercayaan, adat, dan tradisi yang membelenggu pola pikir masyarakat yang bisa merugikan pencapaian program dan kesehatan anak mereka sendiri.
“Inovasi ini tentunya turut mendukung tercapainya tujuan ke-3 Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia,” pungkas Epyardi. (del/HUMAS MENPANRB)