Pin It

20140305 sinovik

JAKARTA Pasare resik, atine resik, rejekine apik’. Itulah motto Pemerintah Kota Yogyakarta dalam melakukan penataan pasar tradisional. Selain tempat dan fasilitasnya diberikan secara gratis, para pedagang juga dilibatkan dalam penataan, sehingga mereka merasa handarbeni (memiliki).

 
Inovasi yang telah dilakukan di kota gudeg sebelum Jokowi melakukan relokasi PKL di Solo ini mampu menjadikan puluhan pasar tradisional yang umumnya terkesan kumuh, becek, jorok, dan tidak nyaman berubah menjadi tempat berbelanja yang nyaman, bersih, rekreatif, mudah dan murah. Tak pelak, Dinas Pengelola Pasar Pemkot Yogyakarta menjadi salah satu innovator pelayanan publik yang masuk top 99 kompetisi inovasi pelayanan publik.
 
Kepala Dinas Pengelola Pasar Kota Jogja, Maryustion Tonang mengatakan Pemkot Yogyakarta melakukan inovasi berbeda dengan daerah lain, dengan mengangkat manajemen partisipatif, yakni meningkatkan peran pedagang sendiri dalam penataan pasar. Pemkot hanya menyediakan tempat, kemudian pedagang berkomitmen menata kiosnya agar lebih baik. “Kalau di Yogja, pedagangnya mau digerakkan untuk menata secara mandiri," ujarnya saat presentasi di hadapan Tim Panel Independen di Jakarta, Rabu (05/03).
 
Untuk meningkatkan daya tarik pasar tradisional,  pasar ini mengahdirkan undian belanja berhadiah yang biasanya hanya dilakukan oleh pasar-pasar modern. Di Pasar Beringharjo misalnya,  pembeli yang berbelanja minimal Rp.40.000 akan mendapatkan 1 kupon. Hal itu berlaku untuk berbagai jenis belanjaan mulai dari pakaian, sayuran hingga kuliner. Sejumlah hadiah pun disiapkan untuk para konsumen terpilih.
 
Cara ini diharapkan dapat mendorong masyarakat kota pelajar ini untuk tetap berbelanja di pasar tradisional tanpa harus menghindari pasar-pasar modern. Bagi pengelola dan pedagang pasar tradisional hal ini juga memacu mereka untuk menampilkan wajah pasar tradisional yang bersih, nyaman dan ramah.
 
Anggota tim Panel Independen dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Indah Sukmaningsih punya pandangan bahwa pasar tradisional di Yogyakarta ini punya nasionalisme yang tinggi, ditambah dengan barang-barang yang tersedia disana murah dan dilayani dengan pedagang yang ramah.
 
Siti Zuhro Anggota tim Panel Independen dari LIPI menambahkan, loyalitas masyarakat Yogyakarta harus ditingkatkan, karena orang rindu dengan kekhasan kota ini. “Jangan diperbanyak lagi tulisan pemberitahuan dalam Bahasa Inggris, karena wisatawan tidak hanya orang asing saja,” tambahnya.
 
Selain innovator dari Pemkot Yogyakarta, terdapat enam innovator lain yang mempresentasikan inovasinya di depan Tim Panel, sehingga semuanya menjadi tujuh.  Para innovator itu antara lain Pemprov Kalimantan Timur dengan inovasinya Penerapan layanan perpustakaan berbasis tekhnologi informasi, Kabupaten Barru dengan inovasi mendukung iklim usaha yang baik melalui pelayanan perijinan terpadu satu pintu (PPTSP), Kabupaten  Pinrang dengan Perinatologi menurunkan angka kematian bayi, RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo dengan pelayanan rawat inap tanpa kelas bagi pasien miskin (keluarga miskin) dan Kota Surabaya yang menyajikan dua inovasi yaitu media center dan e-musrenbang.
 
Walikota Surabaya Tri Rismaharini, untuk yang kedua kalinya  hadir untuk menghadapi Tim panel, setelah Senin (03/03) juga tampil.  (Gin/HUMAS PANRB)