Pin It

TASIK – Sejatinya Yani Rohayani, guru honor di SDN Gobras III, Tamansari, Kota Tasik masih sakit. Tapi demi menjadi PNS, dia yang terkena typus dan demam berdarah ini tetap mengikuti ujian, kemarin (3/11). Meskipun harus duduk di kursi roda dengan muka pucat."Saya baru keluar dari rumah sakit karena typus dan DBD (demam berdarah dengeu).

Harusnya istirahat, karena kesehatan menurut dokter saya belum stabil. Tapi kalau saya tidak ikut tes, pengorbanan saya selama jadi honorer sia-sia nanti," ungkap dia usai mengumpulkan lembar jawaban (3/11) di kompleks SMA Muhammadiyah, Jalan Rumah Sakit, Kota Tasikmalaya.Usai mengumpulkan lembar soal, dua perempuan muda, yang tak lain, anak dan kerabatnya masuk ke ruang 01, tempat Yani ujian.

Dua orang yang sebelumnya mengantar Yani dengan angkutan umum itu pun kemudian menyuapi Yani dengan bubur dan memberi minum obat.

Yani sendiri tampak kelelahan. Wajahnya masih sedikit pucat. Dia baru selesai mengerjakan sekitar 40 soal dari 180. Kebanyakan soal tak bisa diisinya pada tes sesi pertama. Lantaran waktu sudah habis."Saat pembekalan kemarin (di STIA Kawalu) saya sakit. Dirawat. Kemarin pulang. Demi tes saya paksakan keluar, meski pakai kursi roda. Kan yang kena typus nggak boleh panas-panasan sebetulnya," tuturnya.

Dia yang sudah 12 tahun mengajar sebagai guru honor tetap ngotot menjadi PNS. Apalagi mengorbankan kesehatannya.Seharusnya Yani masih istirahat dan tidak boleh kemana-mana. Karena penyakit typus yang dideritanya, belum sembuh. "Kepala saya masih pusing sebetulnya. Tapi mau bagaimana lagi. Ini jalan satu-satunya, demi masa depan saya," ungkap wanita kelahiran Tasikmalaya ini.

Sementara itu sejumlah peserta tes CPNS dari 631 honorer kategori II Kota Tasik mengeluh sulitnya soal. Banyak dari mereka yang tidak mampu mengisi soal hingga tuntas. Bahkan waktu lebih dulu habis ketimbang mereka menuntaskan jawaban. Mereka kelimpungan mengisi soal-soal wawasan kebangsaan.Usai tes, mereka tampak putus asa. Karena tidak semua soal mampu dikerjakan. "Susah. Sangat susah. Ah saya mah bagaimana takdir saja. Mudah-mudahan ada rezekinya," ungkap Ida Darliah (45).

Demikian halnya Tatang Setiawan (45). Sekitar 30 soal tidak mampu dia selesaikan, lantaran bel tanda habisnya waktu telah berbunyi. Hampir semua materi dianggap sulit. Diantaranya kemampuan dasar, wawasan kebangsaan dan soal matematika."Waktu tinggal 10 menit lagi tadi teh. Saya masih 30 soal lagi belum dikerjakan. Pusing. Tapi paling sulit itu matematika," kata dia sambil mengusap kening.

Peserta lainnya, Uan Suhendar (44) berharap bisa lolos. Meski soal-soal yang dikerjakan saat tes baginya cukup sulit. Harapannya, ketika lolos menjadi PNS adalah peningkatan pendapatan. Demi meningkatkan taraf hidup keluarga.Dia 18 tahun mengajar dengan upah Rp 250 ribu per bulan. Dia pun berjuang keras agar bisa lolos ujian. "Ya mudah-mudahan saja, kita bisa lolos.

Da kita mah tidak pernah ngeluh dalam bekerja. (Padahal) honor nggak seberapa juga," tandasnya.Tenaga honorer di SDN Nagarasari, Burujul, Kota Tasik ini pun mengaku sering melakukan usaha sampingan. Berjualan apa saja, termasuk makanan demi menopang kehidupan keluarga. Lantaran honor yang diterimanya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan."Anak saya satu, alhamdulillah sudah lulus sekolah. Ya saya mah cari sampingan, jualan apa saja. Kalau mengandalkan honor, tidak seberapa," pungkasnya. (pee)

Sumber: http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=199080#


Cetak   E-mail