JAKARTA – Kurang optimalnya pengawasan gizi pada ibu hamil dan bayi balita mengakibatkan tingginya kasus gizi dan stunting di wilayah Puskesmas Andalas, Kota Padang. Di sisi lain, masih rendahnya akses kelompok berisiko ke layanan gizi, mendorong Puskesmas Andalas menginisiasi inovasi Ayo Ceting.
Menurut profil kesehatan Kota Padang tahun 2016, jumlah kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan gizi buruk paling tinggi terdapat di Puskesmas Andalas dengan 44 kasus BBLR dan 18 kasus gizi buruk, sementara pada tahun 2018 kasus stunting sebesar 26,9 persen. Ayo Ceting berperan dalam penurunan angka kejadian stunting dari 26,9 persen menjadi 12 persen.
Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya akibat kurang gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), dampak lainnya adalah penurunan kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. “Dari data yang kami temukan di lapangan, permasalahan stunting (berasal dari) permasalahan pola asuh, pola makan, dan kurangnya gizi dari para orang tua kepada anak,” ujar Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah saat diwawancarai Tim Humas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) secara virtual beberapa saat lalu.
Inovasi Ayo Ceting berawal dari inisiatif masyarakat dan dalam pelaksanaannya juga melibatkan peran aktif masyarakat. Kader berperan dalam menjaring kelompok berisiko di wilayahnya. Masyarakat dan stakeholder ikut serta dalam mendukung pembiayaan intervensi kasus gizi di wilayahnya. “Kontribusi masyarakat luar biasa, mereka secara mandiri mengumpulkan dana, membawa bahan makanan, memasak, dan makan di rumah gizi,” terangnya.
Selain itu, dengan adanya aplikasi Ayo Ceting, pencatatan data status gizi ibu hamil dan bayi balita menjadi lebih efektif dan efisien. Peran kader dioptimalkan dalam menjalankan fungsi pencarian ibu hamil dan bayi balita melalui kunjungan rumah. Kasus dengan masalah gizi dapat segera diintervensi di Rumah Gizi sehingga tidak berkelanjutan menjadi stunting.
Ayo Ceting dilaksanakan melalui tiga paket program yang mengintervensi kelompok berisiko yaitu ibu hamil dan bayi balita. Pertama, pembentukan grup WhatsApp ibu hamil sebagai media komunikasi dan diskusi mengenai kesehatan gizi kehamilan yang didampingi bidan dan dokter.
Kedua, pembentukan Rumah Gizi secara swadaya oleh masyarakat untuk mengintervensi bayi balita dengan gizi kurang dan gizi buruk agar tidak berkelanjutan menjadi stunting. Ketiga, aplikasi Ayo Ceting media edukasi digital mengenai pencegahan stunting yang didukung fitur pencatatan dan pemantauan gizi ibu hamil dan bayi/balita.
Pada awalnya, Ayo Ceting yang sudah berjalan dari Februari 2019 dilaksanakan di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah yang menjadi pilot proyek program pencegahan stunting, kemudian dikembangkan lebih luas ke kelurahan lainnya di wilayah kerja Puskemas Andalas. “Inovasi Ayo Ceting kami gunakan di seluruh puskesmas di Kota Padang, ada 23 puskesmas,” pungkas Mahyeldi. (clr/HUMAS MENPANRB)