JAKARTA – Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, yakni sepanjang 95.181 kilometer. Melihat kondisi geografis ini, Kementerian Perindustrian memanfaatkan potensi kelautan yang dimiliki Indonesia. Mereka menciptakan inovasi Ikan Dori, yang membuka peluang dan kesempatan bekerja bagi masyarakat pesisir atau yang dekat dengan sumber bahan baku kelautan.
Ikan Dori merupakan singkatan dari Inovasi Pendidikan dan Pelatihan On Site Diversifikasi Olahan Rumput Laut dan Ikan di Daerah Pesisir. Inovasi ini merupakan modifikasi dari diklat 3 in 1 yang biasanya diselenggarakan off site di Balai Diklat Industri (BDI) Makassar. Pada sistem off site ini masih banyak anak muda dan ibu muda pesisir yang sulit untuk mengikuti kegiatan karena terkendala waktu, jarak tempuh yang jauh serta terbatasnya anggaran bantuan transportasi peserta, sehingga perlu dilakukan modifikasi menjadi sistem on site.
Inovasi ini dilaksanakan sejak 2018, bekerja sama dengan beberapa pihak, antara lain pemerintah daerah, asosiasi, kelompok usaha bersama, perusahaan, dan praktisi industri. “Tujuannya untuk mendekatkan pelatihan dan sumber daya, baik SDM maupun SDA, efisiensi dan efektivitas waktu pelaksanaan diklat bagi pelaku usaha,” ungkap Staf Ahli bidang Komunikasi Kementerian Perindustrian Masrokhan, saat wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), beberapa waktu lalu.
Tujuan lain inovasi ini adalah efisiensi anggaran diklat, serta menciptakan pengusaha baru dan membuka peluang kerja bagi masyarakat pesisir. Dengan Ikan Dori, anggaran pelaksanaan diklat lebih efisien 90,31 persen pada bantuan biaya transportasi, dan efisiensi 25 persen pada bantuan konsumsi, serta efisien 14,28 persen untuk bantuan uang harian.
Masrokhan menjelaskan, saat ini mayoritas telah bekerja, memiliki usaha, atau membentuk kelompok usaha bersama. “Inovasi Ikan Dori terbukti mampu memunculkan wirausaha baru di daerah pesisir dan membuka kesempatan kerja bagi sumber daya manusia industri masa depan,” jelas Masrokhan.
Ide munculnya inovasi ini didasarkan pada nilai produksi rumput laut dan ikan yang meningkat setiap tahun, tidak dibarengi dengan kompetensi SDM. Akibatnya, komoditas tersebut berakhir dengan ekspor dalam bentuk bahan mentah, bahkan tidak sedikit yang akhirnya tidak terolah dan membusuk.
Sebelum adanya inovasi Ikan Dori, alumni hanya mempekerjakan tiga sampai empat orang dengan rata-rata penghasilan 2 hingga 4 juta rupiah. Setelah inovasi ini lahir, alumni diklat mempekerjakan lima hingga 10 orang dengan penghasilan rata-rata 5 sampai 10 juta rupiah per bulan.
BDI Makassar telah bekerja sama dengan 59 industri kecil menengah (IKM) dan kelompok usaha bersama pada tahun 2018. Kerja sama itu bertambah pada tahun 2019 yang berhasil merangkul 171 IKM dan kelompok usaha bersama.
Ikan Dori telah berlangsung selama dua tahun, dengan jumlah alumni sekitar 1.600 orang. Inovasi ini telah dilaksanakan di Kab. Bone, Mempawah, Nunukan, Pontianak, Takalar, serta Sekadau. Inovasi ini juga mampu diimplementasikan pada komoditas lain seperti kakao. Sebab, kakao tidak hanya dihasilkan di Sulawesi, namun juga di wilayah lain seperti Bali, Jawa, Sumatra, dan Papua. (don/HUMAS MENPANRB)