Jakarta, InfoPublik – Meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok membawa angin segar bagi perekonomian global. Kedua negara sepakat memangkas tarif, yang menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Namun, dampaknya bagi Indonesia tidak sepenuhnya tanpa risiko.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menjelaskan bahwa prospek global kini terlihat membaik setelah enam minggu dibayangi ketidakpastian. “Salah satu indikator penting adalah kenaikan harga minyak, yang mencerminkan ekspektasi pulihnya permintaan global,” kata Fakhrul, dalam keterangannya ke InfoPublik, Rabu (14/5/2025).
Meski begitu, kondisi ini menurutnya bisa menjadi pedang bermata dua bagi Indonesia. Di satu sisi, kenaikan harga minyak berpotensi memperburuk defisit transaksi berjalan. Di sisi lain, jika skenario resesi global gagal terjadi, peluang bank sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunga semakin kecil. Ini bisa menekan arus dana asing ke pasar keuangan domestik.
“Dampaknya bisa terlihat dalam tekanan jangka pendek terhadap nilai tukar rupiah, terutama jika indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS (UST bills) terus naik,” ujarnya.
Rupiah sempat menguat cukup signifikan dalam dua pekan terakhir. Namun, Fakhrul menilai koreksi menuju level Rp16.600 per dolar AS masih wajar dan bukan sinyal untuk buru-buru membeli dolar. “Secara fundamental, ruang penguatan rupiah masih terbuka menuju akhir tahun,” tegasnya.
Ia menambahkan, faktor terpenting dalam mendukung stabilitas rupiah tahun ini adalah penerbitan obligasi global (global bond) oleh pemerintah Indonesia. “Jika pemerintah menerbitkan lebih banyak global bond, baik dalam dolar AS maupun mata uang lain, ini akan memperkuat cadangan devisa dan mendukung nilai tukar,” ujar Fakhrul.
Meskipun kondisi global mulai stabil, para pelaku pasar diminta tetap waspada terhadap potensi volatilitas di pasar valuta asing dalam jangka pendek. Fundamental rupiah dinilai kuat, namun pengaruh eksternal tetap harus dicermati dengan cermat.