JAKARTA – Angka stunting serta angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Banggai masih terbilang tinggi. Pemerintah setempat berupaya menghadirkan solusi atas masalah tersebut.
Solusi dihadirkan melalui Posyandu Prakonsepsi, sebuah terobosan pelayanan kesehatan untuk perbaikan gizi yang dimulai saat prakonsepsi (sejak menjadi pengantin) kepada wanita usia reproduksi/wanita prahamil. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi dan perilaku ibu pada saat hamil yang dapat menimbulkan risiko bagi ibu dan bayi, dapat diidentifikasi dan dikelola agar dapat terdeteksi sejak awal kehamilan.
“Sebelum adanya Posyandu Prakonsepsi, program kesehatan hanya fokus kepada ibu hamil. Program ini hadir sebagai upaya untuk memberikan pendampingan kepada wanita prakonsepsi untuk meningkatkan asupan gizi calon ibu dan ibu hamil guna menekan penyebab kematian ibu,” ujar Bupati Banggai Herwin Yatim saat diwawancarai dengan Tim Humas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu.
Penyebarluasan informasi terkait kebutuhan asupan gizi bagi calon dan ibu hamil ini melibatkan stakeholder dari berbagai sektor. Mulai dari peran petugas puskesmas, bidan desa, kader posyandu, KUA, hingga camat, lurah, dan kepala desa, turut berpartisipasi untuk keberhasilan program ini.
“Kunci keberhasilan Posyandu Prakonsepsi adalah optimalisasi peran lintas sektor dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan wanita sebelum hamil yang memungkinkan calon pengantin wanita dan yang ingin memiliki anak, didampingi untuk mendapatkan pelayanan perbaikan kesehatan dan gizi sebelum hamil (prakonsepsi),” ucapnya.
Selain itu, inovasi ini juga melibatkan pihak Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memberikan konseling melalui kelas Wanita Prakonsepsi sebagai syarat untuk mendapatkan rekomendasi izin menikah. Kelas ini ditujukan untuk mengedukasi pentingnya kesehatan reproduksi sejak masa prakonsepsi. Rekomendasi ini nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan kesehatan di puskesmas.
Tercatat, setidaknya 22.017 wanita prakonsepsi sudah berpartisipasi dalam program ini di sepanjang tahun 2017-2019. “Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan dan partisipasi masyarakat untuk mendukung program ini sebesar 74 persen,” tutur Herwin.
Program yang tercetus dari disertasi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai ini telah menampakkan kontribusi positif. Hal ini ditandai dengan penurunan angka kematian ibu pada tahun 2019 sebesar 56/100.000 kelahiran hidup, penurunan angka kematian bayi sebesar 8/1.000 kelahiran hidup, dan penurunan prevalensi stunting sebesar 28 persen.
Di sisi lain, adanya program ini tidak hanya menurunkan angka kematian ibu dan anak serta angka stunting, tapi juga mengubah pola pikir di masyarakat untuk tidak menganggap sepele persoalan kesehatan reproduksi kesehatan wanita dan perencanaan kehamilan. “Selain itu, jumlah pasangan (pihak laki-laki) yang mempunyai kebiasan merokok dapat diminimalisasi karena dalam kelas prakonsepsi diwajibkan untuk tidak merokok selama mengikuti program ini,” pungkasnya.
Melihat keberhasilan program ini, salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) luar negeri yang berfokus pada peningkatan kesehatan ibu dan anak, turut berkontribusi memberikan vitamin angels kepada para wanita prakonsepsi. Vitamin ini berguna untuk meningkatkan kesehatan organ reproduski mereka.
Tidak hanya itu, Posyandu Prakonsepsi kini sudah diterapkan di 23 kecamatan dan 291 desa di Kabupaten Banggai. Program tersebut juga menjadi objek studi tiru oleh beberapa daerah seperti Kabupaten Mamuju, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Tojo Una-una, dan Kabupaten Kutai Kartanegara, dan akan diadopsi oleh negara Haiti. (nan/HUMAS MENPANRB)