JAKARTA – Stunting dan kekurangan gizi merupakan masalah yang disebabkan oleh beragam faktor. Penyebabnya bukan hanya pada kekurangan asupan makanan dan penyakit infeksi, tapi juga disebabkan sanitasi yang buruk, ketahanan pangan, dan kondisi ekonomi sampai di tingkat rumah tangga, sarana dan prasarana kesehatan, kegagalan program keluarga berencana dan pendewasaan usia pernikahan, pola asuh, tingkat pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam pengasuhan anak.
Inovasi Gebrak Bimantika (Gerakan Bersama Kabupaten Bima Anti-Stunting, Kekurangan Gizi, dan Anemia) menghadirkan upaya lintas program dan lintas sektor dalam pencegahan dan penanggulangan stunting, kekurangan gizi, dan ibu hamil anemia. Caranya adalah dengan melibatkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di tingkat kabupaten sampai tingkat desa, termasuk masyarakat itu sendiri.
Menurut Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri, lahirnya gerakan Gebrak Bimantika adalah untuk memaksimalkan penurunan prevalensi stunting yang pada tahun 2017 mencapai 36 persen. “Setelah dua tahun pelaksanaan inovasi ini, prevalensi stunting di Kabupaten Bima menurun secara signifikan menjadi 32 persen,” ujarnya saat diwawancarai oleh Tim Humas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu.
Sementara itu, menurut inovator Gebrak Bimantika Tita Masitha, keistimewaan dari inovasi ini terletak pada pelibatan seluruh stakeholder pada penanganan stunting. Berbeda dengan sebelumnya yang masih bersifat sektoral dan lebih dominan dilakukan oleh sektor kesehatan.
“Ternyata, ketika upaya ini hanya dilakukan oleh satu sektor saja, hasilnya belum mampu untuk menurunkan stunting secara signifikan,” ungkap Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bima ini.
Kehadiran inovasi Gebrak Bimantika berperan penting dan diharapkan mampu menggiatkan peran di masing-masing program internal kesehatan dan lintas sektor dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stunting, kekurangan gizi, dan ibu hamil anemia di Kabupaten Bima. Sasaran program pencegahan dan penanggulangan stunting juga menjadi sasaran program yang ada di sektor lain, seperti sasaran program keluarga harapan (PKH) pada Dinas Sosial, sasaran desa mandiri pangan pada Dinas Ketahanan Pangan, sasaran peserta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada Dinas Pendidikan, sasaran Bina Keluarga Balita (BKB), sasaran program jambanisasi pada Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, serta sasaran peserta BPJS pada Dinas Sosial.
Dalam implementasinya, Gebrak Bimantika diawali dengan penentuan sasaran pada balita dan ibu hamil dengan memanfaatkan aplikasi pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM). Selanjutnya ditindaklanjuti melalui kelas gizi balita dengan berat badan kurang dan stunting, kelas gizi Ibu hamil dan anemia, Sarangge (balai-balai) gizi, Program Peduli Stunting (prolinting), dan Program 16.660 jamban yang difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Inovasi Gebrak Bimantika merupakan program yang sangat memungkinkan untuk direplikasi oleh daerah lain karena tidak memerlukan alokasi anggaran yang besar. Beberapa kegiatan pada inovasi ini seperti kelas gizi balita dan kelas gizi ibu hamil telah direplikasi oleh beberapa kabupaten/kota di Provinsi NTB dan Provinsi Papua. (rum/HUMAS MENPANRB)