JAKARTA – Stigma terhadap penderita gangguan jiwa belum benar-benar hilang. Masih sering kita dengar sebutan 'orang gila' untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Tindakan diskriminatif pun sering dialami ODGJ dari penghinaan, pengusiran, sampai penganiayaan. Ada juga tindakan ekstrem seperti pemasungan, yang terkadang oleh keluarga sendiri.
Sejumlah pemangku kepentingan di Bantul berinisiatif merangkul para penderita gangguan jiwa untuk disembuhkan. Salah satunya Puskesmas Kasihan II Bantul, D.I Yogyakarta dengan membuat inovasi Gelimasjiwo (Gerakan Peduli Masyarakat Sehat Jiwo).
“Gerakan kepedulian terhadap ODGJ ini untuk mencegah kekambuhan, menurunnya kualitas hidup pasien dan keluarga, pemasungan, serta kesulitan mengakses pengobatan,” ujar Bupati Bantul Suharsono saat presentasi Top 99 dan 15 finalis kelompok khusus KIPP 2020 beberapa waktu lalu.
Suharsono mengatakan, inovasi Gelimasjiwo berhasil menghilangkan kebiasaan pasung yang terjadi di masyarakat. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul juga menempatkan enam orang psikolog pada 12 puskesmas di Bantul untuk membantu kesehatan jiwa masyarakat.
Keberhasilan dari Gelimasjiwo juga terlihat dari pemulihan ODGJ melalui rehabilitasi meningkat pesat sebesar 430 persen sejak inovasi ini berjalan pada 2017, dari hanya 20 orang menjadi 86 orang. “Langkah sukses ini juga diikuti dengan penemuan dan penanganan ODGJ yang melampaui target, kenaikan sebesar 80,39 persen dalam pengobatan ODGJ, serta berjalannya rujukan gawat darurat kejiwaan 24 siaga pada Puskesmas Kasihan II,” terangnya.
Suharsono menjelaskan, ada sepuluh pelayanan Gelimasjiwo, salah satunya berupa keterampilan pertanian. Para ODGJ diajak turun ke sawah dan bertani. Tanah milik Pemerintah Desa Ngestiharjo di wilayah Sutopadan seluas 400 meter persegi ditanami jagung, cabai, bayam, dan kangkung organik.
“Bertani sangat melatih kesabaran, melatih fisik, meningkatkan daya tahan daya tahan karena sekaligus berjemur dan berolahraga. Di masa pandemi Covid-19, ini merupakan salah satu upaya meningkatkan kekebalan tubuh,” ungkapnya.
Inovasi Gelimasjiwo, lanjutnya, dapat mengolaborasikan antara hati nurani, kepedulian, ilmu pengetahuan, dan sistem birokrasi pemerintahan menjadi layanan berjalan dengan baik, mewujudkan kehadiran negara untuk warga. Inovasi ini juga bisa direplikasikan wilayah lain karena struktur, sistem, dan pendanaan pemerintahan yang sama.
Sampai saat ini, terdapat beberapa kunjungan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di Indonesia hingga negara lain. Negara lain tersebut diantaranya Taiwan, Jepang, Malaysia, Yunani, Nepal, Singapura, Thailand, hingga Amerika Serikat. Sedangkan kunjungan dari pemerintah daerah berasal dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, 50 puskesmas di wilayah D.I Yogyakarta, Jawa tengah, Aceh, Kalimantan, dan tempat belajar lebih dari 30 calon psikiater seluruh Indonesia. (dit/ HUMAS MENPANRB)