Tangkapan layar Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) hari kelima secara virtual, Rabu (05/07).
JAKARTA – Tujuh dari sembilan inovasi yang tampil pada presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) hari kelima tahun 2023 ini berfokus pada bidang kesehatan. Mulai dari penanganan stunting, tuberkolusis, hingga aplikasi kegawatdaruratan dipresentasikan di hadapan para Tim Panel Independen.
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar membuka presentasi dan wawancara KIPP hari ini, Rabu (05/07). Bupati Karanganyar Juliyatmono memperkenalkan inovasi Sistem Deteksi Dini dan Pemantauan tuberkolusis Mandiri, Terpadu dan Terintegrasi atau disebut dengan Si Demen Tomat Terasi.
“Sistem penanganan tuberkulosis yang memadukan dan mengintegrasikan antara aplikasi, pemberdayaan masyarakat, jejaring faskes pemerintah dan swasta belum dilakukan di tempat lain,” jelas Juliyatmono. Dampak adanya inovasi ini adalah meningkatnya penemuan kasus tuberkolusis, dari 440 kasus pada 2020, menjadi 770 kasus pada 2022.
Inovasi ini juga berdampak secara tidak langsung pada angka pengangguran. Tingkat mengangguran terbuka turun dari 5,96 persen pada 2020, menjadi 5,89 persen pada tahun 2021, dan 5,70 persen pada 2022. “Hal ini disebabkan salah satunya karena penderita yang sudah sembuh dapat bekerja kembali dan memperoleh penghasilan,” ungkap Juliyatmo.
Inovasi berikutnya dihadirkan oleh Puskesmas Kebumen II yang diberi nama Makanan Instan Cegah Kerdil dan Stunting (Mie Keriting). Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menjelaskan, Mie Keriting merupakan makanan instan yang dibuat dari bahan utama ganyong dan kelor, serta bahan lain yang dibutuhkan sesuai kampanye Isi Piringku. Secara umum, Isi Piringku menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein.
“Dampak inovasi dapat dilihat melalui menurunnya angka prevalensi stunting dari awal tahun 2020 sebesar 18,31 persen turun ditahun 2021 menjadi 12,03 persen dan turun kembali ditahun 2022 menjadi 9,15 persen,” jelas Arif.
Berikutnya adalah inovasi Semangat Bangun Desa Melalui Program Kampung Iklim atau Sembada Proklim yang diinisiasi Pemkab Sukoharjo. Bupati Sukoharjo Etik Suryani menjelaskan, Sembada Proklim diciptakan untuk mengurangi dampak emisi gas rumah kaca serta membangun desa dari segi lingkungan, ekonomi, maupun sosial.
Implementasi inovasi ini mampu menambah 30 lokasi kampung iklim baru sampai dengan tahun 2022. “Proklim mampu menurunkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan distribusi pengelolaan sampah organik yang dijadikan kompos. Inovasi ini juga mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia di sektor pertanian,” jelas Etik.
Presentasi berikutnya adalah Puskesmas Kedungbanteng Pemkab Tegal yang menampilkan inovasi Pemulihan Gizi Balita atau Rumah Pelita. Bupati Tegal Umi Azizah menerangkan, keunikan inovasi ini adalah kolaborasi antara Puskesmas Kedungbanteng dengan pemerintah desa dalam menangani kasus stunting yang tinggi di Kecamatan Kedungbanteng. Dana desa difokuskan untuk menurunkan angka stunting dengan berbagai kegiatan di desa.
Rumah Pelita berhasil menurunkan angka stunting di Kecamatan Kedungbanteng sebesar 49,2 persen dari 61 balita pada tahun 2020 di Desa Tonggara. Selain itu, angka stunting juga turun sebesar 39,4 persen dari 274 balita pada tahun 2021 di sembilan desa, serta sebesar 47,4 persen dari 116 balita pada tahun 2022 di lima desa lainnya.
Beralih ke peserta KIPP berikutnya, yakni Pemkab Wonosobo dengan inovasi yang diberi nama Kol Segar yang merupakan singkatan dari kolaborasi sekolah, tenaga ahli dan instansi terkait, alumni, dan orang tua. Inovasi ini diciptakan oleh SMPN 1 Wonosobo.
Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar menjelaskan, Kol Segar menekankan kolaborasi yang memadukan manajemen sekolah dan manajemen universitas untuk meningkatkan pelayanan pendidikan berbasis aset. “Kolaborasi yang dilakukan dengan memaksimalkan keahlian masing-masing mampu untuk mendongkrak perolehan prestasi sekolah,” ujar Albar.
Persentase murid yang melanjutkan ke sekolah jenjang berikutnya lewat jalur prestasi setelah pemberlakuan inovasi pada tahun pertama yaitu tahun ajaran 2020/2021 adalah 54,29 persen dari total lulusan. Mengalami peningkatan 16,4 persen dibanding tahun terakhir sebelum berlakunya inovasi. Dan pada tahun kedua yaitu pada tahun ajaran 2021/2022 adalah 56,64 persen dari total lulusan, mengalami peningkatan 2,35 persen dari tahun sebelumnya.
Inovasi berikutnya adalah Sistem Informasi Pencegahan Stunting Terintegrasi (Simpati) milik Pemkab Sumedang yang bekerja sama dengan Telkomsel. Seluruh kader posyandu dan kader pembangunan manusia yang ada di desa diberikan smartphone untuk melakukan update data.
Empat tahun berjalan, aplikasi Simpati telah memberikan dampak dalam meningkatkan efektivitas program intervensi gizi sensitif dan gizi spesifik. “Berdasarkan hasil Bulan Penimbangan Balita, prevalensi stunting Sumedang turun dari 32,2 persen pada tahun 2018 menjadi 10,99 persen pada tahun 2021 dan menjadi 8,27 persen pada tahun 2022,” jelas Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir.
Instansi berikutnya yang menampilkan inovasinya adalah Pemkot Tangerang dengan inovasi Lansia Sumringah. Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin menyampaikan inovasi ini melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan, senam bersama, pengenalan gizi, permainan interaktif, dan ketrampilan yang menstimulasi fungsi motorik sensorik lansia, serta pemberdayaan lansia sebagai kader kesehatan ibu dan anak.
“Bagi lansia yang memiliki keterbatasan dilakukan kunjungan rumah melalui program Cageur Jasa, sehingga lansia mendapatkan pelayanan secara individu yang akan berdampak pada kepercayaan lansia terhadap petugas kesehatan,” jelas Sachrudin.
Pemkot Bandung membawakan inovasi berikutnya, yakni Bandung Emergency Application Support (BEAS). Asisten Administrasi Umum Sekretaris Daerah Kota Bandung Tono Rusdiantono Hendroyono menjelaskan, ada keluhan masyarakat yang masih kesulitan menghubungi call center 119. Dengan aplikasi BEAS yang bisa diunduh via smartphone, masyarakat punya akses alternatif lain saat menghadapi situasi kegawatdaruratan.
Nilai tambah BEAS adalah mampu memberdayakan masyarakat, terhubung dengan aplikasi lain termasuk WhatsApp, serta masyarakat bisa memantau posisi ambulans secara real-time.
Pemkot Cimahi menutup hari kelima presentasi dan wawancara KIPP ini dengan inovasi Bidik Co-Space Opti. Gedung Baros IT Creative (BITC) yang merupakan aset daerah, disulap menjadi co-working space digital kreatif.
Inovasi ini merupakan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh para start-up digital kreatif yang membutuhkan ruang usaha yang terjangkau dan representatif, mendapatkan kemudahan perizinan usaha, serta dukungan program dan kegiatan penunjang digital kreatif yang tidak didapatkan oleh para pelaku start-up sebelumnya.
Plh. Wali Kota Cimahi Maria Fitriana menjelaskan, saat ini Co-working space Digital Kreatif BITC terdapat tenan sebanyak 21 perusahaan yang telah memiliki izin usaha industri di sektor telematika dan digital kreatif. “dengan jumlah serapan tenaga kerja sebanyak 202 orang yang mayoritas berdomisili di Kota Cimahi serta berafiliasi dalam program magang dengan SMK se-Kota Cimahi untuk menciptakan ekosistem digital kreatif yang kondusif,” pungkas Maria. (don/HUMAS MENPANRB)