Tangkapan layar suasana Presentasi dan Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2023 pada hari ke-8, Senin (10/07).
JAKARTA – Penyelenggaraan presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2023 memasuki hari kedelapan. Kali ini sebanyak sembilan inovasi dari Provinsi Jawa Timur yang terdiri atas kelompok umum dan kelompok khusus unjuk kebolehan dihadapan Tim Panel Indpenden (TPI) secara virtual, Senin (10/07).
Kegiatan diawali dengan inovasi Duplikasi Keanekaragaman Hayati (Dukati) milik Kabupaten Bangkalan, yang dipresentasikan oleh Plt. Bupati Bangkalan Mohni. Dukati merupakan program menduplikasi dari pembuatan taman keanekaragaman hayati dalam skala yang lebih kecil karena luasan belum memenuhi persyaratan pembuatan taman keanekaragaman hayati. Program Dukati ini difokuskan pada kegiatan perlindungan dan pengembangan keberagaman keanekagaman hayati lokal.
Tahapan dalam menginisiasi inovasi Dukati dimulai dari inventarisasi data mulai dari pengumpulan identitas tanaman baik lokal maupun tanaman yang bisa beradaptasi di lokasi tapak. Tahapan selanjutnya menganalisa lokasi tapak agar dibuat suatu konsep taman dukati agar keberlangsungan tanaman yang berada di Dukati dapat terjaga kelestariannya. Setelah terkumpul data dan dianalisis maka dibuat suatu gambar desain taman Dukati.
“Program Dukati difokuskan pada kegiatan perlindungan dan pengembangan keberagaman keanekagaman hayati lokal dengan luas area sebesar 1.528m2. Tujuannya dengan adanya Program Dukati diharapkan bisa meningkatan ketersediaan dan keberagaman keanekaragaman hayati dan mendukung konservasi flora yang ada di Kabupaten Bangkalan,” katanya.
Kemudian dari Kabupaten Blitar dengan membawa inovasi Wlingi Emergency Medical Services (WINGS). Bupati Blitar Rini Syarifah menuturkan inovasi WINGS merupakan pelaksanaan dari Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu yaitu sistem penanggulangan pasien gawat darurat dengan berfokus pada pelayanan sebelum pasien dibawa ke rumah sakit. Dalam hal pelayanan kegawatdaruratan kepada masyarakat, WINGS memberikan pendidikan kesehatan, pelatihan kegawatan, serta deteksi dini risiko tinggi kegawatan maternal dan neonatal dengan koordinasi bidan wilayah.
Inovasi WINGS bertujuan untuk menurunkan angka kematian di IGD, menurunkan jumlah kematian ibu melahirkan dan bayi usia kurang dari satu bulan, meningkatkan kepuasan pasien di IGD, dan meningkatkan kunjungan di IGD. WINGS menjangkau layanan kegawatdaruratan di daerah terpencil dan pegunungan menggunakan sepeda trail sebagai ambulans pertama penanganan kegawatan, karena 65 persen wilayah Kabupaten Blitar merupakan wilayah pegunungan dan terpencil.
Selanjutnya dari Kabupaten Gresik dengan terobosan Akademi untuk Penderita TB Resisten Obat (Akademi Petir). Dalam presentasinya Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengatakan Inovasi Akademi Petir diciptakan karena rendahnya angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis resisten obat (TB RO) di RSUD Ibnu Sina Gresik. Nilai tambah dan keunikan inovasi Akademi Petir ini adalah mengatasi masalah TB RO dengan mengadaptasi kegiatan pembelajaran di universitas. Pembelajaran tersebut mencakup edukasi pasien tentang pengetahuan TB RO dan efek samping obat.
Akademi Petir adalah tatalaksana pengobatan pasien TB RO yang mengadaptasi proses pembelajaran mengenai pengetahuan umum TB RO dan efek samping pengobatannya. Pembelajarannya dikemas dalam bentuk kelas seperti yang dilakukan di sistem universitas. Tujuan dari inovasi Akademi Petir ini adalah meningkatkan pengetahuan pasien tentang TB RO. Selain meningkatkan pengetahuan, inovasi Akademi Petir juga bertujuan meningkatkan angka success rate menjadi 70 persen, menurunkan angka drop out dan angka pasien yang meninggal.
Inovasi dari Gresik yang kedua adalah Sistem Informasi Program Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (SIGAP-RTLH) dari kategori khusus. Dijelaskan Fandi SIGAP-RTLH merupakan sistem informasi berbasis web base dan Android yang berisi data dan informasi up to date tentang Rumah RTLH. Inovasi ini bertujuan untuk mempercepat proses identifikasi RTLH, mempermudah menghimpun dan mengelola database RTLH, mempermudah desa dan kecamatan dalam meng-input data RTLH secara mandiri, menyediakan data pilah calon penerima bantuan RTLH yang tepat sasaran, valid, terbaru dan memenuhi kriteria, dan mempercepat penyusunan usulan kegiatan penuntasan RTLH.
Peningkatan inovasi SIGAP-RTLH terlihat dengan adanya pemutakhiran serta penambahan data RTLH yang di-input secara mandiri oleh aparatur desa/kelurahan sehingga terjadi peningkatan program rehabilitasi RTLH pada tahun 2021 sebanyak 759 rumah, menjadi 2092 rumah yang tertangani ditahun 2022 melalui sumber pendanaan APBD, APBD Provinsi, APBN, dan CSR Habitat for Humanity berupa program bantuan 80 unit rumah pembangunan baru, 6 pusat sumber air bersih, dan berbagai macam pelatihan. Adanya anggaran digunakan untuk pengembangan dan pemeliharaan aplikasi SIGAP-RTLH.
Dilanjutkan dengan inovasi Gerbang Layanan Informasi Terpadu dan Terintegrasi (GAYATRI) dari Kota Mojokerto yang masuk kategori khusus. Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menceritakan GAYATRI adalah solusi integrasi data pelayanan kesehatan, yang memberikan kemudahan akses informasi dan koordinasi lintas sektor, serta memudahkan pemangku kebijakan untuk menetapkan kebijakan strategis pembangunan bidang kesehatan.
“Aplikasi GAYATRI merupakan upaya nyata Pemerintah Kota Mojokerto dalam memberikan wadah peran serta masyarakat untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pemantauan kesehatan perorangan dan kesehatan keluarga (melalui Family Folder),” jelasnya.
Pemantauan kesehatan lingkungan, pengawasan pelayanan kesehatan melalui pengaduan masyarakat, sehingga diharapkan berdampak pada peningkatan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, transparan, akuntabel, professional, dan digunakan dalam penetapan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan dengan pemanfaatan teknologi informasi.
Presentasi selanjutnya masih dari Pemerintah Kota Mojokerto dengan inovasi Cegah Stunting, Gerak Unggul Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto (Canting Gula Mojo). Ika mengatakan Canting Gula Mojo bertujuan menurunkan angka stunting di Kota Mojokerto melalui peningkatan akses pelayanan kesehatan, makanan bergizi, dan informasi bagi keluarga berisiko stunting dan keluarga yang memiliki balita stunting dengan metode pemberdayaan masyarakat unggul.
Terobosan mengawal percepatan penurunan stunting terintegrasi dari hulu ke hilir dengan cara pemeriksaan hemoglobin dan pemberian tablet tambah darah pada remaja putri, pemberian tablet suplemen dan pemeriksaan kesehatan calon pengantin di Poli Laduni, pemberian gelang penanda ibu hamil risiko tinggi dan balita stunting, serta pemberian makanan bergizi pada balita stunting dan kurus melalui pemberdayaan 12 kelompok UPPKA yang sudah diberikan pelatihan memasak menu bergizi bagi balita sesuai standar Kementerian Kesehatan.
Presentasi dilanjutkan inovasi Sistem Layanan dan Pendampingan Warga Surabaya (Sayang Warga) dari Kota Surabaya. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan inovasi Sayang Warga mengintegrasikan data kesehatan faktual tiap warga, sehingga respons terhadap persoalan di lapangan bisa lebih tepat sasaran. Inovasi ini melibatkan Kader Surabaya Hebat dan Tim Pendamping Keluarga untuk mengunggah informasi secara real-time, dengan demikian intervensi yang diberikan bisa akurat dan optimal.
Keunikan dari program ini adalah dalam proses pendataan dan pelaporan masalah masyarakat di bidang kesehatan berbasis aplikasi. Pengunggah tidak hanya ASN di kelurahan/kecamatan yang punya tugas keliling wilayah atau outreach. Para Kader Surabaya Hebat atau KSH dan Tim Pendamping Keluarga diajak berkolaborasi dan diberi akses untuk melaporkan secara langsung kondisi di wilayahnya.
Selanjutnya dari Kabupaten Banyuwangi melalui Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Laboratorium Lingkungan (SIMPLING). Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjelaskan SIMPLING merupakan transformasi digital pelayanan UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi untuk membantu mengendalikan kerusakan lingkungan secara preventif.
SIMPLING dilaksanakan dengan sinergi seluruh sektor, melalui kebijakan Pemkab Banyuwangi yang mewajibkan pemeriksaan limbah secara berkala untuk seluruh perusahaan di Banyuwangi, peningkatan mutu hasil pemeriksaan dan perluasan akses penerimaan contoh uji laboratorium dari seluruh dunia, digitalisasi layanan dan pemberian edukasi lintas sektor agar tidak sampai terjadi kondisi yang membahayakan lingkungan.
SIMPLING bertujuan untuk mengendalikan kerusakan lingkungan secara preventif melalui kewajiban untuk melakukan pemeriksaan berkala limbah perusahaan, kemudian pemberian layanan konsultasi dan edukasi untuk seluruh hasil uji di atas baku mutu lingkungan. Setelah itu juga untuk mewujudkan transformasi digital pelayanan Laboratorium, dan memperluas akses layanan, meningkatkan jumlah pelanggan, dan contoh uji sehingga menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kontribusi pengendalian kerusakan lingkungan.
Masih dari Kabupaten Bayuwangi, inovasi kedua adalah Layanan Inklusif Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dengan Pendekatan Hati (LEBUR SEKETI). Ipuk menyampaikan terobosan tersebut yang diimplementasikan di SMP Negeri 3 Banyuwangi ini memberikan pelayanan optimal kepada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) dengan berbagai jenis ketunaan. Inovasi tersebut meliputi layanan bersosialisasi, pelatihan kecakapan hidup, pendampingan belajar, dan bimbingan spiritual.
LEBUR SEKETI bertujuan memberikan pelayanan optimal untuk PDBK dengan berbagai jenis ketunaan tanpa diskriminasi, menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi oleh PDBK seperti perundungan dan lainnya. Selanjutnya memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada semua anak PDBK untuk dapat bersosialisasi, serta menciptakan sistem pendidikan yang beraneka ragam tanpa diskriminatif.
“Guru Pembimbing Khusus (GPK) memberikan Layanan Inklusif pada PDBK yaitu layanan bersosialisasi, layanan pendampingan belajar, layanan life skill, dan layanan bimbingan rohani dan keagamaan,” jelasnya. (byu/HUMAS MENPANRB)