Suasana sosialisasi dan sharing knowledge dengan pendampingan keikutsertaan Indonesia pada OECD, secara virtual, Senin (22/01).
JAKARTA – Inovasi pelayanan publik Indonesia akan kembali bersaing di kancah internasional yang diadakan oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Sebagai langkah awal, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) melakukan pembinan kepada inovator yang akan mengikutsertakan inovasinya pada ajang kompetisi kancah global tersebut.
Asisten Deputi Koordinasi dan Fasilitasi Strategi Pengembangan Praktik Terbaik Pelayanan Publik Kementerian PANRB Ajib Rakhmawanto, menyampaikan bahwa kompetisi tersebut merupakan bentuk dari penyebarluasan inovasi. “Pada tahun 2023, OECD kembali mengadakan kompetisi inovasi tingkat internasional. Sehingga kami merasa perlu mendorong partisipasi inovasi Indonesia sebagai bagian dari penyebarluasan praktik baik inovasi pelayanan publik,” ujarnya pada sosialisasi sekaligus sharing knowledge dengan pendampingan keikutsertaan Indonesia pada OECD, secara virtual, Senin (22/01).
Hal ini juga selaras dengan arahan Menteri PANRB Abdullah Azwar Anas untuk melakukan pemerataan terhadap berbagai inovasi yang telah dibuat oleh Kementeian/Lembaga/Pemerintah Daerah agar inovasi terbaik bisa direplikasi dan scaling up dalam skala yang lebih luas dan di berbagai daerah sehingga dapat dirasakan nyata oleh masyarakat.
Menteri anas dalam berbagai kesempatan juga terus mendorong instansi pemerintah untuk menghasilkan inovasi melalui gerakan One Agency, One Innovation. Ia juga menegaskan bahwa bukan berarti satu inovasi melahirkan satu aplikasi.
Lebih lanjut Ajib mendorong agar inovator dapat berpatisipasi secara aktif dengan mendaftarkan inovasinya sebelum ditutup pada 31 Januari 2024 (waktu Paris) mendatang. Diharapkan, informasi-informasi terkait inovasi ini juga dapat mendukung dampak yang sangat signifikan di kancah internasional.
“Kami berharap Bapak-Ibu nanti bisa menanyakan langsung terkait persyaratan-persyaratan apa yang perlu dipenuhi, serta sistematika apa yang mungkin nanti sebagai persyaratan atau terkait proposal, dan lain sebagainya,” tutur Ajib.
Sebagai informasi, sejak 2015, beberapa inovasi Indonesia telah mendapatkan prestasi di tingkat internasional seperti inovasi Penanganan Penyakit Malaria melalui Sistem EDAT dari Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni, Kemitraan Dukun Beranak dengan Tenaga Medis Dalam Rangka Mengurangi Kematian Bayi dan Ibu Melahirkan dari Kabupaten Aceh Singkil, dan inovasi PetaBencana.id yang digagas oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana bekerja sama Yayasan PetaBencana.id.
Dalam kesempatan itu, Advisor Nasional USAID-ERAT Redhi Setiadi menegaskan bahwa deadline menjadi salah satu kendala yang ditemui saat meng-submit inovasi. Untuk itu diperlukan manajemen waktu yang baik untuk memanfaatkan waktu yang tersisa sebelum pendaftaran di tutup.
Redhi menjaskan, meskipun kompetisi ini diselenggarakan pada 2023, namun deadlinenya di 2024. Adapun yang menjadi fokus dari kompetisi tersebut adalah masyarakar/warga sebagai titik tolak dan tujuan inovasi. Dikatakan, inovasi harus lahir dari kebutuhan masyarakat dan melibatkan mereka mulai dari desain, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
“Semakin besar partisipasi/kolaborasi maka inovasi akan bernilai tinggi,” tuturnya.
Redhi menyampaikan ada beberapa prasyarat/kriteria inovasi pada kompetisi yang diselenggarakan oleh OECD tersebut diantaranya yaitu, terdapat aspek kebaruan pendekatan, metode, atau proses; sudah diimplementasikan meskipun baru pada tahap awal; mempunyai daya ungkit/dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat dan meningkatkan kepercayaan public pada institusi pemerintah; serta kolaborasi antaraktor/sector dalam hal desai, pelaksanaan, dan monev.
“Inovasi ini tidak dilaksanakan secara sendirian, tetapi inovasi ini dilaksanakan dengan melibatkan multiaktor, jadi semakin banyak Bapak/Ibu melakukan kolaborasi dalam mendesain, melaksanakan, maupun monev inovasi maka inovasi itu akan bernilai lebih tinggi,” pungkasnya.
Redhi menambahkan, bagi inovasi yang pernah diikutsertakan dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP), hal ini merupakan modal karena nantinya yang akan diisi hampir 95 persen jawaban sudah ada di proposal saat men-sumbmit di KIPP. Untuk diketahui, inovator dapat mendaftar melalui dua cara, pertama, dengan melakukan register di https://oecd-opsi.org. Kemudian, yang kedua dengan mengisi informasi inovasi di OECD Digital Form. (fik/HUMAS MENPANRB)