JAKARTA – Pada tahun 2016 lalu, terdapat satu kasus dalam angka kematian ibu (AKI) dan sembilan kasus dalam angka kematian bayi (AKB) di wilayah Puskemas Banjarmangu 1, Banjarnegara. Kejadian ini mendorong lahirnya inovasi Elite Baby Save Bunda pada tahun 2017 untuk mengurangi hal serupa terulang kembali.
Wakil Bupati Banjarnegara Syamsudin menjelaskan bahwa program ini merupakan pengembangan dari inovasi Save Bunda yang berfokus pada upaya penurunan AKI. Melalui Elite Baby, fokus diperlebar menjadi pengendalian kematian bayi dan pendampingan bayi oleh kader.
“Inovasi yang melibatkan kader untuk pengendalian AKI dan AKB ini dilakukan dengan tiga fokus dan dimulai dari memberikan gelang kendali kepada ibu hamil dengan usia kandungan kurang lebih tiga minggu sebelum hari perkiraan lahir (HPL). Gelang tersebut juga memiliki warna sesuai dengan risiko yang ditandai dengan stiker Save Bunda,” jelas Syamsudin saat wawancara Bersama Tim Humas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) belum lama ini.
Pemberian gelang ini dilakukan oleh kader serta bidan sebagai upaya pemantapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Gelang kendali ini dikenakan oleh ibu sampai proses melahirkan selesai.
Tidak hanya sampai dengan pemberian gelang, langkah selanjutnya adalah dengan penindaklanjutan yang dilakukan oleh tim emergensi jika terjadi kegawat daruratan obstetri dan neonatal di Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jika terdapat ibu hamil yang mengenakan gelang berwarna merah, maka Petugas PONED akan siap siaga untuk menghubungi tim emergensi dalam rangka menyiapkan penanganan kegawat daruratan atau komplikasi pada ibu dan bayi yang terjadi saat proses kelahiran.
Kemudian, langkah terakhir adalah dengan pendampingan bayi yang dilakukan oleh kader yang berada di wilayah terdekat. Kegiatan pendampingan bayi ini dilakukan dalam kurun waktu satu tahun dengan jadwal kunjungan dari petugas kesehatan sehingga kesehatan bayi terus terpantau.
Adanya inovasi ini juga untuk mengentaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi. “Faktor tersebut sering dikenal dengan istilah 3T, yakni terlambat deteksi bahaya dini, terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapat pelayanan kesehatan. Elite Baby Save Bunda hadir untuk mengeliminasi faktor-faktor ini,” lanjut Syamsudin.
Tiga langkah yang dilakukan melalui Elite Baby Save Bunda ini memiliki beberapa tujuan. Pertama, untuk mengendalikan kematian bayi. Kedua, untuk mempersiapkan dan memberikan pemberitahuan kepada ibu hamil tiga minggu sebelum HPL. Kemudian, membentuk tim emergensi kegawat daruratan obstetri dan neonatal di PONED dan terakhir, untuk memberdayakan kader dalam melakukan pendampingan bayi.
Kader yang dimaksud dalam program Elite Baby Save Bunda ini merupakan masyarakat yang diberdayakan sebagai mitra petugas kesehatan. Untuk memudahkan kegiatan pendampingan oleh kader, terdapat lembar pemantauan untuk diisi oleh kader. Terdapat lima hal yang dipantau dalam lembar tersebut, yakni jadwal pemeriksaan neonatal, deteksi faktor risiko pada bayi, tumbuh kembang bayi, pemberian imunisasi pada bayi, serta komitmen pemberian ASI eksklusif.
Program yang telah berjalan selama tiga tahun ini terbukti telah berhasil menurunkan AKB di wilayah Puskesmas Banjarmangu 1. Dari sembilan kasus kematian bayi pada tahun 2016, menurun drastis menjadi tiga kasus kematian bayi pada akhir tahun 2019. Selain itu, inovasi juga telah meningkatkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan. (ald/HUMAS MENPANRB)