JAKARTA – Tingginya pencari kerja dapat diatasi melalui jalur pendidikan nonformal untuk mendapatkan keterampilan. Namun, karena lulusannya dianggap tidak menghasilkan sesuatu yang nyata, pendidikan nonformal seringkali dianggap sebelah mata. Masalah tersebut kemudian bisa diselesaikan dengan inovasi yang dinamakan Bidik Normal Jurus Cofit, ciptaan Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Bidik Normal Jurus Cofit adalah singkatan dari Bidang Pendidikan Nonformal Menuju Wirausaha Berorientasi Profit. Bupati Batang Wihaji menjelaskan bahwa, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang mengeluarkan strategi inovasi untuk menguatkan pendidikan nonformal yang terdiri dari Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), organisasi mitra, serta kelompok belajar.
Pendidikan nonformal dikuatkan agar peserta memiliki produk unggulan yang dapat menjadi devisa usaha untuk menopang kegiatan lembaga. “Melalui strategi ini, pendidikan nonformal menargetkan agar alumni dapat berwirausaha,” jelasnya saat wawancara dengan Tim Humas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) belum lama ini.
Saat ini, Kabupaten Batang memiliki lembaga pendidikan nonformal sebanyak 26 LKP dan 19 PKBM. Dengan adanya Bidik Normal Jurus Cofit, mampu menciptakan berbagai pendampingan menuju kewirausahaan yang membantu meningkatkan ekonomi dari berbagai lini kehidupan, baik untuk mereka yang menjalani maupun keluarga dan masyarakat rentan di sekitarnya. Jenis wirausaha yang dijalani oleh para alumni antara lain pada bidang menjahit dan konveksi, kerajinan tangan, agrikultur, boga, serta jasa.
Wihadji melanjutkan bahwa program ini dilakukan dengan berbagai strategi dan langkah nyata dengan memaksimalkan 5M, yakni Man, Material, Methods, Money, dan Market. Strategi pertama, adalah bekerja sama dengan Google School Indonesia (Gooshi) untuk melaksanakan sosialisasi serta lokakarya kewirausahaan dan digital marketing bagi Lembaga serta peserta. Selain melaksanakan, Gooshi juga berperan aktif untuk mendampingi peserta dalam membuka usahanya.
Kemudian, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan selaku inisiator bukan saja mengeksekusi program ini, tapi juga turut andil dalam penguatan dan pendampingan bagi lembaga pelaksana pendidikan nonformal. Strategi selanjutnya adalah membuat pasar daring atau marketplace melalui situs https://dibatang.com/ sebagai tempat untuk menjajakan usahanya serta sebagai wadah interaksi bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kabupaten Batang.
Strategi terakhir adalah melakukan kerja sama dengan dinas terkait untuk dapat meningkatkan kualitas kewirausahaan yang dihasilkan. Salah satu dinas yang bekerja sama adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Batang yang ikut andil dalam melakukan pelatihan manajemen untuk memperkuat terbentuknya wirausaha baru.
Pelaksanaan inovasi ini dilaksanakan dengan optimal dengan mempertimbangkan tiga aspek, yakni sosial, ekonomi, dan lingkungan, dimana juga berdampak terhadap tiga aspek ini. Dalam aspek sosial, adanya keterlibatan semua unsur dan angka pengangguran menurun, bahkan dapat membuka lapangan pekerjaan.
Aspek ekonomi memiliki keberlanjutan dari adanya peningkatan finansial yang dirasakan oleh lembaga, organisasi mitra, serta masyarakat. Terakhir, aspek lingkungan dimana terdapat beberapa jenis usaha yang bergerak dibidang pengolahan limbah.
Wihaji mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang ditempuh melalui Bidik Normal Jurus Cofit telah membuahkan hasil yang manis. Beberapa produk usaha yang dihasilkan sudah bermain ke ranah internasional serta dalam telah membentuk 77 usaha baru. “Selain bermanfaat bagi masyarakat Batang, inovasi ini juga turut membantu mewujudkan misi Kabupaten Batang untuk menciptakan 1000 wirausaha baru,” pungkas Wihaji. (ald/HUMAS MENPANRB)