Menteri PANRB Abdullah Azwar Anas saat menjadi narasumber pada acara Musyawarah Kerja (Musker) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di Pondok Pesantren Mojosari, Nganjuk, Jawa Timur, Sabtu (24/12).
NGANJUK – Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi keagamaan telah memberikan kontribusi yang besar pada pembangunan bangsa Indonesia. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas mengatakan kontribusi tersebut tidak terlepas melalui penyelarasan warga NU dengan sembilan Bintang Penjuru Kader NU untuk mencapai tujuan bangsa.
"Sembilan Bintang Penjuru Kader NU merupakan poin-poin penyelarasan dalam rangka kontribusi membangun negeri, kader-kader NU hebat bisa melalui dengan dahsyat," kata Menteri Anas saat menjadi narasumber pada sarasehan di acara Musyawarah Kerja (Musker) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di Pondok Pesantren Mojosari, Nganjuk, Jawa Timur, Sabtu (24/12).
Sembilan bintang penjuru tersebut yaitu penguasaan dunia digital, kemampuan teknokrasi dan kebijakan publik, pemahaman ilmu agama, semangat kemandirian ekonomi, menjadi warga dunia, berakar pada tradisi nusantara, duta moderasi beragama, aktivis sosial-pendidikan, serta penguasaan sains dan teknologi. Kesembilan hal tersebut menjadikan NU dapat bersaing di era globalisasi yg sangat kompetitif.
"Mudah-mudahan ini bisa menjadi perjuangan NU yang bisa dikembangkan bersama membangun negeri yang tentunya tidak terlepas dari doa-doa para kiai," ujar Menteri Anas.
Menurut Menteri Anas, NU telah kontribusi pada pemikiran-pemikiran tingkat dunia pada G20 Religion Forum (R20) atau juga dikenal Religion of Twenty. Forum ini merupakan pertemuan para pemimpin agama dan sekte sedunia, guna menyatukan pandangan dan mencari jalan keluar dari berbagai persoalan global. Dalam forum tersebut, NU memelopori bagaimana pemikiran-pemikiran keagamaan dunia yang menuju tasawuf, toleran, dan bisa diterima dengan berangkat dari tradisi nusantara.
Menteri Anas berharap dengan peran tersebut, NU dapat membantu pemerintah untuk mengantisipasi dan menjaga ASN dari paham radikalisme yang ditengarai menyebar di beberapa tempat. "Sudah saatnya NU mendidik melalui LDNU untuk menghasilkan lebih banyak dai yang kontekstual. Waktunya masjid di kantor-kantor pemerintah diisi dakwah-dakwah tasawuf, tasawuf, moderasi beragama, dan lainnya untuk mencegah paham radikalisme meluas," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Anas juga menambahkan agar warga NU, khususnya yang berkecimpung pada pemerintahan, dapat mendukung arahan Presiden Joko Widodo terkait birokrasi berdampak. "Presiden bilang pada saya, birokrasi ini kok ruwet. Sibuk tapi nggak jelas hasilnya. Jadi ASN berangkat pagi pulang malam tapi dampaknya nggak jelas. Maka gimana caranya sekarang ditarget birokrasi ini berdampak," jelasnya.
Menteri Anas menjelaskan bahwa salah satu cara untuk birokrasi berdampak adalah dengan digitalisasi dalam administrasi pemerintahan. Digitalisasi menjadi kunci untuk membawa aparatur sipil negara (ASN) keluar dari rutinitas untuk menuju budaya inovasi untuk meningkatkan kepuasan masyarakat.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam kesempatan yang sama menyampaikan terkait ketahanan ekonomi. Menurutnya, NU merupakan organisasi raksasa dan memiliki potensi sangat besar dalam membangun ketahanan ekonomi. "Dalam ketahanan ekonomi, NU sudah terbiasa karena sejak kecil diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW melalui aktivitas dagang, selain itu Islam sampai ke Nusantara juga melalui ulama-ulama yang menjadi saudagar. Tinggal dipoles sedikit dan didukung, potensi bisa cepat berkembang," ujar Zulkifli.
Ia menambahkan saat ini Kementerian Perdagangan mengembangkan empat pilar untuk mendukung ketahanan ekonomi. Pilar tersebut yaitu UMKM, ritel modern, perbankan (permodalan), dan marketplace. (HUMAS MENPANRB)