Menteri PANRB Abdulah Azwar Anas saat memberikan sambutan pada pembukaan Kongres Nasional APWI di Jakarta, Selasa (20/09)
JAKARTA – Widyaiswara sebagai pengajar pada lembaga pendidikan dan pelatihan pemerintah dituntut untuk beradaptasi cepat dengan berbagai perubahan yang ada. Jika sistem pelatihan bagi aparatur sipil negara (ASN) tidak mengikuti perubahan, maka berdampak pada kompetensi ASN yang akan ketinggalan dan tidak relevan.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas menyampaikan bahwa widyaiswara tidak boleh terjebak dengan kesuksesan di masa lalu, yang mengakibatkan tidak berubahnya sistem pembelajaran bagi ASN. Hal ini dikarenakan tantangan yang senantiasa berubah dan berbeda dari sebelumnya.
“Inovasi atau mati. Pilihannya hanya itu saja sekarang ini. Maka widyaiswara tidak boleh terjebak dalam memori kesuksesan masa lalu, karena tantangannya sudah berubah,” ungkap Menteri Anas dalam pembukaan Kongres Nasional Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia (APWI) di Jakarta, Selasa (20/09).
Menteri Anas mencontohkan seperti salah satu merk telepon seluler yang dulu sangat laris manis, namun saat ini dapat dikatakan telah mati. Pemiliknya masih terjebak dalam memori kesuksesan masa lalu, sehingga inovasi yang diciptakan pun masih mengacu pada tantangan-tantangan yang sudah berlalu, hingga akhirnya gagal rilis di pasar dan kini pun mati.
Mantan Bupati Banyuwangi ini juga menceritakan pengalamannya waktu mengikuti pelatihan dari Harvard University. Dirinya mengaku terkesan dengan durasi pelatihan yang singkat, namun widyaiswara dari Harvard University dapat memberikan banyak materi yang kaya akan data.
“Hal ini menunjukkan bahwa widyaiswara di Harvard University mempersiapkan materi dengan baik, sehingga terdapat kesinambungan antara materi yang diajarkan dengan tantangan aktual yang terjadi di lapangan, dan dapat dengan mudah diimplementasikan bagi peserta pelatihan,” imbuh Anas.
Anas berharap widyaiswara tidak hanya memandang profesinya sebagai pengisi waktu senggang, namun lebih dari itu, profesi widyaiswara merupakan ladang amal untuk berbagi dalam meningkatkan kompetensi ASN yang merupakan peserta pelatihan. Dirinya juga meminta agar widyaiswara untuk terus mengobarkan semangat belajar dan tidak menjadikan usia sebagai penghalang.
“Widyaiswara harus jadi profesi yang dapat mencerdaskan ASN, mampu menggali metode-metode pembelajaran yang baru dalam menghadapi tantangan yang terus berubah, serta tidak pernah lelah untuk belajar dan mengajar. Mudah-mudahan, adanya APWI dapat menjadikan widyaiswara di Indonesia menjadi lebih berkualitas,” pungkas Menteri Anas.
Kongres Nasional APWI pertama ini diselenggarakan bertepatan dengan perayaan HUT APWI ke-2 yang merupakan forum musyawarah tertinggi yang bertujuan untuk menyempurnakan AD ART APWI. Adapun kegiatan ini mengambil tema Peningkatan Profesionalisme Widyaiswara melalui Digitalisasi Pengembangan Kompetensi dalam Mewujudkan ASN Merdeka Belajar untuk Indonesia Pulih Lebih Cepat – Bangkit Lebih Kuat. (ald/HUMAS MENPANRB)