Pin It

Cover BERITA KHUSUS Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2020

 

JAKARTA – Buruknya pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tidak jarang menimbulkan beragam masalah. Polusi lingkungan di sekitar TPA sehingga terlihat kumuh, berbau tidak sedap, serta banyak lalat sehingga sering kali memunculkan gesekan dengan masyarakat sekitar.

Gerah dengan permasalahan tersebut, pada tahun 2009 Kabupaten Malang melahirkan sebuah inovasi yang dikenal dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Wisata Edukasi Talangagung Kepanjen. Ide dasarnya adalah membangun tempat pemrosesan akhir sampah yang memenuhi aturan perundang-undangan sekaligus memberikan manfaat lebih bagi banyak orang.

“Dulu di Malang setiap TPA pasti didemo karena baunya yang sangat menyengat, jalan masuknya ditutup. Sekarang semua wilayah berebut karena ingin merasakan manfaat dari pengolahan sampah di TPA Wisata Edukasi,” ujar Bupati Malang H. M. Sanusi dalam presentasi Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2020 di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) beberapa waktu lalu.

Sebelum tahun 2009, TPA Sampah Talangagung di Kabupaten Malang masih dioperasikan secara terbuka (open dumping), dimana sampah ditimbun begitu saja tanpa ada perlakuan apapun. Setelah inovasi TPA Sampah Wisata Edukasi Talangagung Kepanjen muncul, model pengelolaan TPA Sampah Wisata Edukasi yang dioperasikan.

Model pengelolaan sampah tersebut menggunakan sistem controlled landfill atau lahan uruk yang merupakan peningkatan dari open dumping. Untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan, sampah ditimbun dengan lapisan tanah setiap tujuh hari. Dalam operasionalnya, untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA, maka dilakukan juga pemerataan dan pemadatan sampah.

 

20200710 Tempat Pemrosesan Akhir TPA Sampah Wisata Edukasi Talangagung Kepanjen Kabupaten Malang 1

 

Inovasi yang telah ditetapkan Top 25 Inovasi Pelayanan Publik 2015 ini membuktikan bahwa pengelolaan sampah yang baik dapat membawa beragam dampak positif bagi masyarakat. TPA Sampah Wisata Edukasi Talangagung Kepanjen memberikan pelayanan edukasi/pembelajaran untuk peduli sampah, pemberi pelayanan edukasi pengembangan teknologi pengelolaan persampahan, melayani pemanfaatan energi (gas methane) untuk masyarakat sekitar TPA, serta mengedukasi dan mengajak daerah lain yang berkunjung untuk mengelola TPA di daerahnya sesuai undang-undang yang berlaku.

“Inovasi pelayanan TPA Sampah Wisata Edukasi Talangagung Kepanjen disamping sebagai sarana untuk melayani kebersihan kota, juga sebagai tempat wisata pembelajaran bagi anak-anak usia dini untuk membentuk karakter masyarakat Indonesia yang peduli sampah, peduli pada lingkungan hidup untuk membangun keberlanjutan kelestarian Indonesia,” imbuhnya.

TPA ini juga terus mengembangkan diri dengan melengkapi dengan alat timbangan yang dapat mencatat volume/berat sampah yang masuk ke TPA dan pemasangan CCTV yang dapat mengontrol serta memantau kegiatan di TPA. Pembaruan kelengkapan peralatan dan dukungan teknologi ini diharapkan dapat menjadi upaya efisiensi untuk tenaga operator TPA, khsususnya tenaga pengawasan selama operasi TPA sampah.

Bupati Malang berharap, inovasi pengelolaan sampah ini juga dapat dikembangkan dan diadaptasi di daerah lain. “Sudah sekitar 111 instansi pemerintah yang sudah melakukan kunjungan kesini untuk studi banding dan melakukan replikasi. Harapannya ya bisa diterapkan di seluruh Indonesia,” pungkasnya. (rum/HUMAS MENPANRB)