Pin It

Cover BERITA KHUSUS Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2020

 

JAKARTA – Kebutuhan untuk melakukan transfusi darah seumur hidup bagi penderita thalassaemia tidak jarang menimbulkan trauma tersendiri. Rutinitas ke rumah sakit tersebut mempengaruhi psikologis penyandang thalassaemia dan keluarganya karena biaya yang dibutuhkan juga besar. Melihat kenyataan tersebut, RSUD Dokter Soedarso yang berada di Pontianak, Kalimantan Barat, menghadirkan inovasi Rumah Sakitku Rumah Keduaku untuk memberikan pelayanan yang aman dan nyaman bagi penderita thalassaemia.

“Inovasi Rumah Sakitku Rumah Keduaku ini dibuat untuk memberikan pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi kepada penyandang thalassaemia, mudah urusan administrasi, serta akses ke rumah sakit yang aman, ramah, dan nyaman seperti di rumah sendiri,” jelas Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji dalam tahap wawancara dan presentasi Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2020, di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), beberapa waktu lalu.

Dengan layanan yang komprehensif, inovasi ini menghadirkan pelayanan kesehatan dengan menjadikan rumah sakit layaknya rumah sendiri bagi penyandang thalassaemia. Jaminan proses pengobatan dan tindakan klinis yang sesuai standar, profesional, tepat waktu, mudah, dan terjangkau menjadi hal yang diutamakan oleh RSUD Dokter Soedarso. Tidak hanya itu, aspek psikologis bagi penderita dan keluarganya pun mendapat perhatian dari RSUD ini.

Diakui Sutarmidji, penyandang thalassaemia mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan karena mayoritas rumah sakit berada di Kota Pontianak. Sementara, jumlah penyandang thalassaemia semakin meningkat setiap tahunnya dan tersebar di sebelas kabupaten/kota dengan 60 persen berdomisili di luar Kota Pontianak. “RSUD Dokter Soedarso tidak hanya melayani di rumah sakit tapi juga menyediakan rumah singgah di area rumah sakit bagi penyandang thalassaemia yang berasal dari luar Kota Pontianak,” ujarnya.

 

20200716 Rumah Sakitku Rumah Keduaku 1

 

Perlu diketahui, thalassaemia merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari orang tua yang menyebabkan pengidapnya mengalami gejala kurang darah atau anemia. Penyakit ini juga kerap diderita oleh anak-anak dan orang dengan usia produktif. Untuk itu, semua obat dan stok darah difasilitasi oleh rumah sakit dibantu oleh Perhimpunan Orang Tua Penyandang Thalassaemia (POPTI) dan PMI.

Sementara itu, biaya pengobatan yang mahal, faktor kejenuhan, trauma bagi anak-anak, serta keengganan para orang tua untuk mendampingi berjam-jam juga mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Adanya inovasi ini nyatanya memberikan pelayanan penuh kehangatan dan kekeluargaan dengan menghadirkan ruangan yang ramah anak dan menarik sesuai dengan usia penyandang thalassaemia. “Pembiayaan pengobatan ditanggung oleh pemerintah melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan pemerintah Provinsi Kalimantan Barat,” imbuh Sutarmidji.

RSUD Dokter Soedarso juga menyediakan tempat tidur yang berbeda dari tempat tidur pasien pada umumnya agar tidak membuat penderita merasa sebagai orang sakit. Program aktivitas di luar seperti berenang, menonton film, dan jalan-jalan ke pantai juga dilakukan secara berkala. Bagi keluarga yang mendampingi, disediakan bacaan dan hiburan. Jadwal konsultasi dan diskusi dengan dokter bisa dilakukan tiap hari dan juga terdapat pendampingan oleh rohaniawan.

Selain POPTI dan PMI, inovasi ini turut melibatkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan kelompok peduli thalassaemia. Kelompok masyarakat membentuk komunitas pendonor darah untuk penyandang thalassaemia serta menghimpun donatur dari yayasan atau lembaga masyarakat untuk melengkapi alat penunjang pelayanan transfusi darah. “Inovasi ini bermanfaat bagi masyarakat karena menurunkan angka kematian penderita thalassaemia dan penderita dapat beraktivitas seperti biasa berkat dukungan dari semua pihak yang terlibat,” pungkas Sutarmidji. (nan/HUMAS MENPANRB)