Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB saat kunjungan kerja ke Puskesmas Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (11/09).
BANYUWANGI – Puskesmas Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur tidak berhenti menciptakan inovasi. Kini mereka memiliki Klinik Inovasi yang baru saja diresmikan Deputi bidang Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Diah Natalisa.
Beberapa inovasi yang ada di Puskesmas tersebut diantaranya adalah Mal Orang Sehat (MOS), Klinik Upaya Berhenti Merokok, Pojok Tuberculosis (poli batuk), area bumil pintar (KIA), dan sebagainya. Diah berpesan, Puskesmas Sempu dapat melahirkan inovasi-inovasi baru. "Dimana inovasi-inovasi tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat setempat," ungkap Diah, saat kunjungan kerja ke Puskesmas Sempu, Jawa Timur, Jumat (11/09).
Puskesmas Sempu juga memiliki inovasi Stop Angka Kematian Ibu Hamil dan Melahirkan Anak atau disebut Sakina. Inovasi tersebut didasari angka kematian ibu hamil yang cukup tinggi. Tak mau peristiwa itu terulang, akhirnya Puskesmas Sempu menciptakan Sakina. Inovasi ini pernah meraih Top 35 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2015.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Kecamatan Sempu itu berkaitan erat dengan tiga faktor. Pertama, secara geografis Kecamatan Sempu berada di wilayah pegunungan yang terpencil.
Curah hujannya pun tinggi, sehingga akses jalan sulit dilalui. Warga akhirnya lebih memilih menggunakan jasa dukun beranak, karena lebih mudah ditemui di wilayah mereka. Sebagian warga juga masih percaya bahwa dukun lebih sabar dan telaten dibanding tenaga kesehatan.
Faktor kedua, adalah angka pernikahan dini yang melibatkan gadis usia dibawah 20 tahun relatif tinggi di Kecamatan Sempu. Kondisi ini menyebabkan kehamilan dengan risiko tinggi meningkat. Para ibu muda tersebut belum cukup matang secara fisik maupun psikis untuk mempunyai anak. Namun kondisi ini sepertinya sulit diubah. Sebab, Undang-Undang No. 1/1974 tentang Perkawinan mengizinkan wanita menikah pada usia 16 tahun.
Kemudian faktor ketiga adalah kepedulian suami terhadap istri yang sedang hamil masih sangat rendah. Hal ini berkaitan erat dengan tingkat pendidikan suami. Rata-rata mereka tidak tamat SD, sehingga tidak banyak akses pekerjaan layak yang dapat dimasuki. "Selain itu, pemahaman mereka tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan dan persalinan di fasilitas kesehatan juga kurang," ungkap Hadi, Kepala Puskesmas Sempu.
Tak hanya itu, pemda juga membuat rumah singgah di tepi hutan untuk ibu-ibu hamil yang sudah mendekati hari kelahiran. Dari situ, Laskar Sakina akan melaporkan ke ambulans 'layanan jemput ibu' (Laju).
Tidak kalah penting, adalah peran masyarakat terutama para kader posyandu dan Laskar Sakina yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Peran suami memiliki dampak langsung dan signifikan, terutama secara psikis dan dalam hal komunikasi dengan istri mereka yang sedang hamil, serta pembuatan keputusan terkait pelayanan sebelum, saat, dan setelah persalinan.
Diah mengapresiasi ragam inovasi yang diciptakan Puskesmas Sempu. "Semoga inovasi dari Puskesmas Sempu bisa diterapkan di puskesmas lain," ujar Diah. (don/HUMAS MENPANRB)