Pin It

20221009 RBI 2Senior Associate Culture Measurement and Program Development Vina Muliana pada kegiatan Workshop Building A Collaborative Culture, Rabu (09/11).

 

JAKARTA – Makna kolaboratif terkait erat dengan semangat kerja sama yang memberi nilai tambah bagi organisasi dan memberi ruang kepada berbagai pihak untuk berkontribusi. Sejak diluncurkan pada 27 Juli 2021 lalu, penerapan core values BerAKHLAK terus diinternalisasi di setiap diri aparatur sipil negara (ASN).

“Keterampilan kolaboratif ini sangat penting sebagai bekal kita dalam bekerja dan juga masa depan organisasi yang kita cintai ini. Tanpa kolaborasi tidak akan bisa kita capai apa yang sudah ditargetkan,” ujar Sekretaris Kementerian PANRB Rini Widyantini saat membuka kegiatan Workshop Building A Collaborative Culture, Rabu (09/11).

Ditambahkan Rini, sikap kolaboratif ini penting karena saat ini semua harus saling berjalan bersama untuk mencapai satu tujuan. Maka sudah sepatutnya jika nilai-nilai core values, terutama pada aspek Kolaboratif, dapat diimplementasikan secara nyata pada pelaksanaan tugas sehari-hari.

“Kita sebagai insan-insan perubahan pada lembaga perumus kebijakan di bidang PANRB, sudah sepatutnya mampu menjawab tantangan di dunia yang cepat berubah ini, melalui aparatur negara yang terpercaya, yang bekerja dengan efektif, efisien, dan kolaboratif,” imbuhnya.

20221009 RBI 2

Workshop ini menghadirkan Senior Associate Culture Measurement and Program Development Vina Muliana sebagai narasumbernya. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan bahwa dalam membangun budaya yang kolaboratif, terdapat tiga hal yang harus dipahami, yakni terbuka terhadap ide baru dan perubahan, selalu menjunjung tinggi akuntabilitas, dan memahami human operating system.

Layaknya sebuah prosesor bernama Intel yang bertindak sebagai sistem operasi dalam perangkat komputer, di dalam diri manusiapun terdapat sistem operasinya sendiri. Terdapat empat prinsip dalam sistem operasi manusia (human operating system) yang disampaikan oleh Vina dalam kesempatan tersebut.

Pertama, energi. Ketika kita bisa menjaga energi kita seperti apa, kita bisa turut mengubah perasaan orang-orang yang terlibat di dalamnya. “Kedua, pahami bahwa setiap orang punya realitas terpisah. Peristiwa hidup, situasi, dan orang bisa tampak berbeda bagi tiap orang karena kita memiliki persepsi selektif, titik buta, ingatan unik, dan filter. Dan para agen perubahan harus dapat memahami itu,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa suasana hati dapat turut berpengaruh dalam diri manusia Ketika berinteraksi maupun saat melakukan pekerjaannya. “Sedangkan prinsip terakhir adalah kekuatan pikiran, karena pikiran mendorong perilaku, suasana hati, dan pengalaman hidup kita momen demi momen,” pungkas influencer (pemengaruh) yang aktif di sosial media membahas SDM ini. (nan/HUMAS MENPANRB)