Peserta Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) CPNS Kementerian Hukum dan HAM, Denny Agustinus Marbun (25)
JAKARTA – Sistem rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun ini menekankan transparansi dan obyektif. Selain itu, seorang peserta Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) CPNS Kementerian Hukum dan HAM bernama Denny Agustinus Marbun (25) menganggap bobot pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penguji sangat menantang.
“Bobotnya pertanyaannya sangat menantang. Sehingga kalau tidak belajar ya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut,” ujar Denny, di lokasi SKB KemenkumHAM, Jakarta, Rabu (18/10).
Denny yang merupakan lulusan dari sebuah universitas swasta di Jakarta ini melamar sebagai analis keimigrasian pertama. Sebelum tes wawancara berbasis teknologi ini, Denny mengaku tidak bisa tidur karena grogi. Bahkan ia tidak bisa tidur pada malam sebelumnya. “Grogi, kebetulan ini sudah mau final, saya merasa grogi ini dari semalam tidak bisa tidur,” katanya melanjutkan cerita.
Denny adalah salah seorang peserta yang sudah lolos tahap SKB dan bersiap untuk tes tahap berikutnya. Setelah ini ia akan menghadapi tes kesamaptaan, termasuk tes kesehatan fisik dan psikologis.
Ia berkisah, memiliki kesan sendiri mengenai sistem tes CPNS tahun 2017 ini. Sebelumnya saat mengikuti Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) di Badan Kepegawaian Negara (BKN), ia terkesan karena monitor real time yang langsung menampilkan hasil dari apa yang sudah ia kerjakan. Hasil yang langsung bisa dilihat itu dinilai sebagai sistem yang sangat transparan dan kompetitif. Sistem ini juga menghilangkan adanya calo atau oknum dalam perekrutan PNS.
Ada dua hasil tes yang bisa langsung dilihat oleh peserta, yaitu hasil yang ditampilkan di monitor dan hasil yang sudah dicetak. “Pertama kali tes di BKN tes langsung keluar hasilnya. Kami turun ke bawah dan hasil sudah ada di televisi dan diprint. Kita melihat itu sangat transparan,” pungkasnya. (don/HUMAS MENPANRB)