Pin It

20250811 Sekolah Rakyat Program Pemutus Rantai Kemiskinan

Data Kemensos RI

 

JakartaInfoPublik - Pemerintah terus memacu transformasi pendidikan melalui Program Sekolah Rakyat, model sekolah gratis berasrama yang dirancang untuk memutus rantai kemiskinan sekaligus memperluas akses pendidikan setara di seluruh Indonesia.

Bukan sekadar menyediakan bangku sekolah, Sekolah Rakyat kini hadir dengan ekosistem digital yang mencakup E-Learning Sekolahku, Sistem Informasi Buku (SIBI), Talent DNA Mapping, hingga dashboard pemantauan aktivitas siswa. Digitalisasi ini menopang dua pilar utama: kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi, serta tata kelola administrasi yang transparan, efisien, dan melibatkan partisipasi orang tua.

"Sekolah Rakyat bukan hanya soal memberi pendidikan gratis, tetapi mempersiapkan generasi literat digital, terampil, dan siap menghadapi masa depan,” ujar Sekjen Kemensos Robben Rico dalam acara Kolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) lewat Indonesia.go.id Menyapa di Surabaya, dan dikutip Minggu (9/8/2025). 

Fasilitas Modern dan Ramah Inklusif

Setiap unit dilengkapi ruang kelas modern, laboratorium keterampilan, perpustakaan digital, lapangan olahraga indoor–outdoor, klinik kesehatan, asrama layak huni, kantin bergizi, dan kebun sekolah. Desain sekolah mengutamakan keberlanjutan dan target minimal 5 persen kuota untuk siswa berkebutuhan khusus.

Siswa tinggal di asrama, mendapatkan makan 3 kali sehari plus 2 snack, layanan kesehatan, perlengkapan belajar, dan laptop untuk pembelajaran berbasis LMS. Rekrutmen tanpa tes akademik, fokus pada kondisi sosial-ekonomi, serta pendampingan keluarga.

Menjangkau Seluruh Nusantara

Target 2025, akan ada 15.370 siswa di 159 lokasi sekolah, didukung 2.807 guru dan 4.442 tenaga kependidikan. Sekolah tersebar dari Sumatra hingga Papua, dengan target 200 sekolah baru tiap tahun. Bahkan, 53 unit siap diresmikan dalam waktu dekat, termasuk 30 sekolah yang diluncurkan pertengahan Agustus.

“Presiden tidak ingin kemiskinan diwariskan. Pendidikan adalah jalannya. Ini cara negara memberikan harapan dan membalik yang selama ini dianggap tidak mungkin,” tegas Sekjen Kemensos Robben Rico. 

Dia juga menjelaskan bahwa emua kebutuhan siswa, mulai dari seragam, makan, asrama, hingga peralatan sekolah, ditanggung sepenuhnya oleh negara. "Sekolah Rakyat tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga membangun karakter lewat pembinaan mental, layanan gizi dan kesehatan, serta pengasuhan asrama 24 jam," jelasnya. 

Lebih dari sekadar ruang belajar, Sekolah Rakyat juga menjadi wadah pembentukan generasi produktif dan mandiri. Program ini juga mendorong pemerataan pendidikan, terutama di wilayah terpencil, sehingga pertumbuhan ekonomi lokal ikut terangkat.

Bagi keluarga yang ingin mendaftarkan anaknya, pendaftaran dapat dilakukan secara daring melalui kanal resmi Kemensos. Syarat utamanya, calon siswa berasal dari keluarga prasejahtera (desil 1 atau 2 menurut Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Ekonomi Nasional/DTSEN), dengan prioritas bagi yang tinggal di sekitar lokasi sekolah.

Dukungan Publik yang Kuat

Survei nasional menunjukkan 94,4 persen masyarakat mendukung Program Sekolah Rakyat. Mayoritas yakin program ini akan: Menyetarakan kualitas pendidikan (82,2 persen), Menurunkan angka putus sekolah (83,9 persen), dan Mengatasi kemiskinan (76,6 persen). 

Trilogi nilai Sekolah Rakyat diusung untuk Memuliakan Anak, Menjangkau yang Tak Terjangkau, dan Mewujudkan yang Mustahil menjadi roh dari gerakan lintas kementerian ini.

Literasi Digital dan Narasi Positif

Program ini turut diperkuat Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) melalui portal Indonesia.go.id sebagai wajah digital Indonesia di mata dunia. Forum IGID Menyapa hadir di berbagai daerah, memadukan literasi digital dengan pelatihan jurnalisme publik. Forum IGID Menyapa sendiri merupakan inisiatif Kemkomdigi melalui portal informasinya, www.Indonesia.go.id.

Forum ini menjadi bagian dari strategi transformasi komunikasi publik, di mana pemerintah tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga memperkuat infrastruktur sosial berupa informasi yang partisipatif dan inklusif.

Direktur Informasi Publik Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media, Nursodik Gunarjo, menyampaikan bahwa IGID adalah wajah digital Indonesia di mata dunia. “Portal ini hadir bukan hanya untuk menyampaikan kebijakan pemerintah, tetapi juga untuk mendengar dan belajar dari masyarakat. Kami ingin konten yang dihadirkan membumi, kontekstual, dan mencerminkan semangat gotong royong bangsa,” ungkapnya.

IGID bertransformasi menjadi platform literasi digital nasional, dengan mengedepankan kolaborasi dari berbagai daerah. "Kami ingin membangun narasi bangsa yang inklusif dari masyarakat, untuk masyarakat. Dengan literasi digital yang kuat, masyarakat bisa lebih berdaya dalam menyuarakan kontribusinya terhadap pembangunan nasional,” ujarnya.

Sekolah Rakyat bukan sekadar bangunan sekolah, ini adalah gerakan sosial untuk mengubah hidup. Dari anak yang tak punya kesempatan, menjadi generasi yang berani bermimpi besar. Dengan filosofi "Cerdas Bersama, Tumbuh Setara”, negara berkomitmen menghadirkan pendidikan modern, inklusif, dan merata bagi seluruh anak bangsa. (*)