Oleh: Suwardi (Pranata Humas Madya Kementerian PANRB)
Sistem belajar kreatif yang diterapkan Akhamd Ritaudin berhasil mendongkrak prestasi siswa.
Memiliki anak yang tengah belajar di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) kerap membuat orang tua cemas. Apalagi bila ujian akhir yang dikenal dengan nama Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan segera dihadapi anak kesayangan. Ini, biasanya menjadi momok yang cukup menakutkan. Orang tua pun bingung ketika harus mempersiapkan anak menghadapi ujian itu.
Ketakutan dan keluhan itu pun sampai ke telinga para guru. Seorang guru yang kreatif pun berinovasi untuk mencoba membantu permasalahan ini. Mencoba memberi solusi, guru kelas 6 SDN Percobaan 03 Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Akhmad Ritaudin, menggagas sebuah inovasi program belajar bertajuk sedekah ilmu.
Sedekah Ilmu
Program belajar untuk mempersiapkan siswa kelas 6 menghadapi USBN ini diselenggarakan di rumah salah satu orang tua atau wali murid secara kolektif. Hasilnya langsung terlihat nyata. Pada tahun pertama penyelenggaraannya, yaitu pada 2015 lalu, SDN Percobaan 03 langsung meraih peringkat 1 USBN tertinggi se-Kabupaten Sleman. Tahun berikutnya juga berhasil mengulang meraih prestasi yang sama. “Padahal sebelum-sebelumnya, SDN Percobaan 03 belum pernah meraih prestasi seperti itu,” ucap Akhmad Ritaudin.
Namun, tujuan penyelenggaraan program sedekah ilmu yang digelar dari sehabis maghrib sampai jam 8 malam ini tak hanya itu. Menurut Akhmad, program ini juga ingin mendorong murid untuk mau tetap belajar di “jam belajar masyarakat” atau di luar jam belajar sekolah. Itu sebabnya, kegiatan belajar diselenggarakan di luar lingkungan sekolah, yakni di rumah salah satu orang tua murid. Sekaligus, memberi suasana belajar yang berbeda dan lebih rileks bagi siswa.
Tak hanya itu. Sedekah ilmu ternyata juga membuat rekan sesama guru dan tenaga pendidik tertarik untuk ikut membantu, sebagai relawan atau volunteer. Memasuki tahun ketiga dan keempat, program sedekah ilmu yang diikuti siswa kelas 6 ini sudah melibatkan delapan orang relawan, sesama rekan guru. Para relawan membantu memfasilitasi belajar siswa dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga siswa bisa mendapat bimbingan lebih intens.
Dengan bantuan relawan, program sedekah ilmu yang bersifat sosial ini semakin meroket pencapaiannya. Di tahun ketiga penyelenggaraannya, SD Percobaan 03 Pakem Sleman ini berhasil menjadi juara pertama nilai rata-rata USBN di tingkat Provinsi DIY. Tak tanggung-tanggung, predikat itu diraih selama dua tahun berturut-turut.
Kesuksesan program ini sangat membantu, karena siswa kelas 6 inilah output sebuah sekolah, dan akan dilihat dan dinilai oleh masyarakat luas. Prestasi yang tinggi pada nilai USBN setidaknya memperlihatkan kualitas sekolah.
Serangan Fajar
Selain itu, Akhmad juga berhasil menjawab keluhan lain dari orang tua/wali murid, dengan program inovasi yang lain. Sebelumnya, orang tua mengeluh bahwa anak-anak mereka sangat sulit untuk bangun pagi, dan bersiap untuk berangkat sekolah tanpa harus terdesak waktu. Agar anak-anak mau bangun pagi, Akhmad pun membuat inovasi bertajuk “Serangan Fajar”.
Memanfaatkan teknologi mobile yang ada, Akhmad membentuk grup WhatsApp paguyuban orang tua yang beranggotakan para orang tua/wali murid. Dengan bantuan teknologi itu, Akhmad men-share tugas atau PR ke grup WhatsApp paguyuban orang tua, tepat menjelang waktu adzan Subuh. Kemudian jam 7 pagi tugas yang disampaikan di grup WA itu di bahas dikelas. Siswa yang mengerjakan tugas dengan baik mendapatkan reward.
Inovasi ini ternyata sangat efektif. Karakter positif pun tumbuh dengan baik di kalangan siswa. Anak-anak menjadi rajin bangun pagi dan tidak malas lagi. Apalagi, tugas yang diberikan pada program serangan fajar ada dua jenis. Yang pertama, tugas akademis yang bersifat kognitif. Sedangkan yang kedua bersifat afektif. Tugas yang satu ini bentuknya berbeda. Misalnya siswa diminta untuk melipat selimut, merapikan tempat tidur, shalat berjamaah, dan bahkan diminta untuk membuatkan teh hangat untuk orang tua mereka.
Tak berhenti di sana. Akhmad juga menggagas inovasi program unik yang menggabungkan kegiatan penguatan karakter siswa, dengan kegiatan literasi atau kemampuan menulis. Namanya program “Carian Semutlis”. Kependekan dari Catatan Harian Sepuluh Menit untuk Lingkungan Sekolah.
Jadi, siswa diminta berkreasi melakukan kegiatan yang membantu lingkungan sekolah. Seperti, membersihkan sampah, menanam tanaman, merawat tanaman dan sebagainya. Lalu, siswa juga diminta mencatatkan ke buku harian mereka, apa saja kegiatan untuk lingkungan sekolah yang baru saja mereka lakukan. “Jadi kami sinergikan antara penguatan karakter dengan kemampuan literasi,” kata Akhmad, menjelaskan.
Pelestarian Budaya Yogya
Kreativitas inovasi Akhmad untuk kegiatan belajar mengajar tidak hanya itu. Ia juga menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler inovatif yang dinamakan “Ekskul Mataraman”. Intinya, kegiatan yang digelar sebulan sekali ini memperkenalkan kembali dan melestarikan permainan atau dolanan asli Yogya tempo dulu. Antara lain dakon, kubuk, cuthit, ganepo, boiboinan, cublak-cublak suweng dan lain sebagainya. “Yang penting siswa bisa dulu melakukan permainan ini,” ucap Akhmad.
Bahkan Akhmad yang punya latar belakang pengalaman di bidang seni komedi atau dagelan ini juga memperkenalkan siswa ke berbagai program seni lainnya. Mulai dari pantomim, sampai seni komedi atau dagelan Mataram. Siswa yang terlihat punya bakat melawak dan melakukan dagelan, disalurkan bakatnya untuk beraksi dalam dagelan Mataram. Hasilnya, SDN Percobaan 03 Sleman berhasil memenangkan lomba dagelan Mataram di tingkat Provinsi DIY. Begitu pula di bidang seni pantomim. Murid murid Akhmad, mampu meraih juara 1 lomba pantomim tingkat kabupaten.
Hal itu tak terlalu mengherankan, mengingat Akhmad sendiri sempat menjuarai lomba stand up comedy berbahasa Jawa. Ia juga sukses sebagai sutradara lomba vlog anak Kuis Ki Hajar, berhasil meraih vlog terbaik SD tingkat nasional. Akhmad juga aktif sebagai instruktur nasional, pengajar diklat guru untuk mengembangkan potensi guru.
Ia juga memanfaatkan Youtube sebagai media upload video pembelajaran dan penampilan siswa di sekolah sebagai sarana komunikasi kepada wali murid. Program ini bertujuan agar wali murid bisa leluasa melihat beragam bentuk pembelajaran yang dilakukan di sekolah.
Selain itu, Akhmad juga menciptakan inovasi konsep belajar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, melalui gerakan sederhana dari tarian jaranan diiringi lagu Jaranan. Inovasi ini juga dapat dilihat di Youtube.
Pelaksanaan berbagai program inovasi yang berbasis edutainment ini juga menghadapi tantangan. Tantangannya, menurut Akhmad, adalah kemampuan untuk terus konsisten menjalankan program secara berkesinambungan. Jangan sampai berhenti di tengah jalan. “Jadi perhatian ke anak-anak harus total,” katanya.
Nama : Akmad Ritaudin
Tempat Tanggal Lahir : Bantul, 8 April 1985
Pendidikan : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Nasional Yogyakarta
Jabatan : Guru Pertama SD Negeri Percobaan 3 Pakem Pemerintah Kab. Sleman, DI Yogyakarta