Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) akan menjadi pusat kebutuhan bangsa, sehingga seluruh masyarakat, tak terkecuali anak-anak akan berbondong-bondong datang untuk menggali informasi tentang perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Hal itu dikatakan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Taufiq Effendi ketika meresmikan Diorama Perjalanan Sejarah Perjuangan Bangsa di ANRI tahap pertama, Kamis (26/2). ”Saya ingin melihat rakyat berbondong-bondong datang kemari, karena di sini ada sumur yang ditimba tidak habis-habis airnya,” ujar Menteri.
Ditambahkan, sumur itu sekarang ditumbuhi padang ilalang, semak belukar. Pekerjaan masih banyak, sulit dan panjang. Tetapi sumur itu harus jadi, dan bangsa kita nanti datang berbondong-bondong ke situ, menggali, menimba dan meniru sumur itu.
Hari ini, lanjut Menpan, kita kembali menanam pohon besar. Kita kembali menulis sejarah. Hari ini kita belajar dari sejarah. ”Ada ribuan pertanyaan ”MENGAPA?” yang belum terjawab, dan tidak terjawab, atau enggan, malu menjawab. Padahal seluruhnya itu harus dijawab,” tutur Menpan mengibaratkan.
Tidak terjawabnya pertanyaan-pertanyaan itu, membuat kita sebagai bangsa yang dungu dan pandir. Kita merasa tahu, paling arif, paling berjasa. Padahal kita bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa. Kita menjadi bangsa yang hanya pandai menyalahkan orang lain, tanpa merasa berdosa. Tidak berpikir manfaat dan mudharat,” tandasnya.
Dengan diorama, Menteri Taufiq Effendi ingin agar sejarah menjadi motivator. Bukan sejarah yang sekadar menghasilkan kebencian, kemarahan, balas dendam.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala ANRI Djoko Oetomo mengungkapkan, diorama itu berisi prolog sejarah perjuangan bangsa, mulai dari masa kejayaan nusantara, penjajahan, kebangkitan nasional, perjuangan kemerdekaan, menjaga keutuhan NKRI, era reformasi dan demokrasi. Di bagian ujung, pengunjung dapat menyaksikan film-film perjalanan sejarah perjuangan bangsa itu melalui teater mini.
Dikatakan, gagasan pembuatan diorama itu muncul ketika Menpan bersama kepala ANRI melakukan kunjungan ke Singapura untuk membuka secara resmi, seminar internasional yang diadakan di gedung Mahkamah Agung Singapura. Di sana ada pameran kecil, tentang kearsipan. ”Saat itu Pak Menteri , bertanya kepada saya, bisakah ANRI membuat seperti itu ? Saya jawab bisa,” tuturnya.
Untuk mewujudkan keinginan itu, diawali dengan perenungan yang cukup lama, kenapa lembaga-lembaga kearsipan di Indonesia ini kok kering. Apalagi belakangan ini orang kok sepertinya lupa, bahwa NKRI itu terbentuk melalui sejarah perjuangan yang panjang dan lama. ”Ini kan kebiasaan-kebiasaan buruk. Kami ingin tampilkan itu sehingga ada ikatan emosional. Mulai dari anak-anak kecil, termasuk yang belum sekolah, nanti datang ke ANRI, sehingga mereka memahami apa dan bagaimana lagu Indonesia raya, bendera merah putih, Garuda Pancasila dan sebagainya.
Ditambahkan, konsep diorama di luar negeri tidak ada, sementara yang ada di Monas, tetapi kecil sekali. Karena itu, diorama yang ada di Monas kita kembangkan di Gedung ANRI ini, sehingga menjadi tempat wisata edukatif. Kalau di Monas, pengunjung diharuskan membayar, di sini jangan sampai mbayar.
Untuk merealisasikan tugas tersebut, lanjut Djoko, dia berusaha melakukan perbandingan dengan model-model pengelolaan arsip-arsip yang ada di luar negeri. Motivasi bertambah kuat, mengingat di tanah air hanya ada di Monumen Nasional, sementara Depdiknas dan Depbudpar ternyata juga tidak mempunyai.
Kepala ANRI menambahkan, dengan segala keterbatasan, ANRI berusaha untuk mewujudkan Diorama Perjalanan Sejarah Perjuangan Bangsa ini melalui beberapa tahapan. Pembangunan tahap pertama telah selesai pada tahun 2008 silam. Untuk tahap II, dilakukan tahun ini, dan diharapkan bisa diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 Mei 2009, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional.
”Diorama tahap kedua nanti juga akan ditampilkan pengambilan sumpah, mulai dari Presiden pertama Soekarno sampai Presiden keenam, Susilo Bambang Yudhoyono,” ujar Djoko.
Diungkapkan juga, tidak lama setelah pelantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, ANRI langsung menyusun arsip tersebut. Arsip tentang Pilpres, Pemilu, termasuk sengketa pemilu, semuanya juga sudah tersimpan di ANRI.
ANRI juga mengarsipkan Pilkada, baik Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, maupun Walikota/Wakil Walikota. Arsip tersebut, dokumen aslinya disimpan di lembaga kearsipan setempat, dan soft copynya ada di ANRI Pusat. ”Ini sesuai dengan keinginan Pak Menpan, agar arsip-arsip itu disimpan. Ini juga menjadi cikal bakal pembentukan perpustakaan digital,” tambahnya.
Saat ini juga sedang diinventarisir berbagai perundang-undangan, maupun arsip-arsip kenegaraan lainnya. Selain itu, juga sedang dilakukan program pengarsipan sejarah kembalinya GAM ke pangkuan Ibu Pertiwi, yang dilakukan melalui wawancara langsung.
Seiring dengan pengangkatan Sekdes PNS, ANRI juga meluncurkan program Arsip Masuk Desa. Hal itu dilakukan menyusul dilakukannya survei ke pedesaan baik di Jawa, maupun di luar Jawa, khususnya Sumatera Barat, dan Papua, bahwa mereka memang membutuhkan kehadiran arsip. (HUMAS MENPAN)