BANJARBARU – Wamen PANRB Eko Prasojo mengatakan, perlu dilakukan perubahan budaya organisasi. “Budaya bangsa kita belum berubah,” ujarnya ketika memberikan pengarahan dalam seminar reformasi birokrasi di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Sabtu (6/04).
Dalam kesempatan tersebut, Wamen memberikan paparan tentang Startegi Reformasi Birokrasi dan membangun Budaya organisasi. Dia memberikan beberapa contoh, bahwa masih banyak budaya bangsa kita yang belum berubah dalam 25 tahun.
Salah satunya aalah sopir metro mini di Jakarta, yang sejak dulu masih menurunkan penumpang seenaknya, berhenti di tengah jalan, masih ugal-ugalan. Contoh lain, waktu mau mengurus paspor di Kantor Imigrasi Jakarta, Eko Prasojo mendapat pengalaman lain. Setelah paspor jadi, petugas Imigrasi menanyakan, “Ada yang lain yang bisa dibantu ?”, ujarnya menirukan petugas dimaksud.
Wamen PANRB yang waktu itu masih kuliah dan mendapat bea siswa dari Pemerintah Jerman, paham maksudnya, petugas Imigrasi ini minta uang rokok. Sebagai mahasiswa, Eko yang kantongnya pas-pasan tetap ingin memebri uang rokok. Dikasihlah beberapa lembaran ribuan, karena sebagai mahasiswa hanya punya uang recehan.
Anehnya, kata Wamen PANRB, petugas Imigrasi itu menerimanya. Bahkan menurut laporan, sampai sekarang masih ada oknum di Imigrasi seperti itu, walaupun tidak banyak. “Dari dua contoh tersebut menandakan bahwa mental bangsa kita masih rendah. Hal itu juga menandakan budaya kita belum berubah,” ujar Guru Besar UI itu.
Wamen membadingkan dengan pengalamannya setelah beberapa hari tinggal di Jerman. Wamen PANRB mau mengundang istri dan anaknya ke Jerman atas biaya Pemerintah Jerman.
Dijelaskan, ada 2 negara bagian, yang satu tempat tinggal, dan yang satu lagi Negara bagian tempat berkas atau data pribadi Eko Prasojo. Hebatnya, dalam waktu lima menit dua negara bagian dimaksud sudah dapat memutuskan, bahwa dia dapat diberi undangan untuk membawa istri dan anaknya ke Jerman.
Di sini terlihat, ujar Wamen, budayanya yang tidak menghambat, siapapun orangnya, pelayanan publik diutamakan.
Tidak berhenti sampai di situ. Eko mengaku merasa bersimpati terhadap pelayanan yang diterimanya, sehingga dia bermaksud akan member kain batik dari Yogya kepada petugas di negara bagian tersebut sebagai tanda terima kasihnya. Tetapi petugas negara bagian tersebut ternyata menolaknya.
Kata Petugas itu, bila dia menerima, sanksinya dia dipecat dari pekerjaannya. “Ini merupakan contoh dari negara yang sudah maju. Ke depan, diharapkan Bangsa Indonesia dapat seperti itu,’ ujar Wamen Eko Prasojo.
Dalam hal ini, Eko menyoroti pentingnya peran SDM aparatur sebagai pengungkit utama reformasi birokrasi.Hal itu dimulai dari perlunya seleksi CPNS yang ketat, Promosi PNS secara terbuka, yang diharapkan dapat mengubah pola pikir dan budaya kerja PNS.
Arahnya, lanjut Eko Prasojo, akan tercipta kesadaran disiplin PNS, adanya etika, adanya pengukuran kinerja agar terbentuk profesionalisme PNS. Pada gilirannya, hal itu akan meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan publik, yang diperkuat budaya pelayanan prima. “Selain itu juga peningkatan transparansi dan akuntabilitas aparatur,” tambah Wamen. (sya/HUMAS MENPAN)
Budaya Unggul
Integritas
|
Terpuji, Konsiten, dan disiplin
|
Profesional
|
Pelayanan Prima,
Inovatif,
Kerjasama
|
Akuntabel
|
Terpercaya,
Bekinerja tinggi,
Perbaikan Berkesinambungan
|