Pin It

20230224 Diplomasi dan Negosiasi Bisa Akhiri Perang di Ukraina

Dubes Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menyampaikan sambutan dalam diskusi “Covering War in Ukraine: the View from Indonesian Journalists” yang diselenggarakan Pusat Kebudayaan Kedubes AS di Jakarta, Kamis (23/2/2023). (ANTARA/Yashinta Difa)

 

Jakarta, InfoPublik - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, menyatakan diplomasi dan negosiasi akan mengakhiri perang di negaranya, yang telah berlangsung hampir setahun akibat agresi Rusia. Negosiasi dapat terjadi jika tentara Rusia meninggalkan Ukraina, dan membebaskan seluruh wilayah yang mereka duduki.

Hal tersebut disampaikan DubesVasyl setelah acara diskusi “Covering War in Ukraine: the View from Indonesian Journalists” yang diselenggarakan Pusat Kebudayaan Kedutaan Besar Amerika Serikat, di Jakarta, Kamis (23/2/2023). “Dan jika bicara tentang diplomasi, menurut saya diplomasi sangat bagus, sangat efisien. Misalnya, mari kita undang para diplomat top dunia untuk mencoba membujuk Rusia atau mungkin mengancam Rusia,” katanya. Menurut Dubes Vasyl, diplomasi bisa bekerja untuk mencoba membujuk pihak yang agresif untuk berhenti menyerang. Dubes Vasyl menegaskan, bahwa Ukraina terbuka untuk melakukan perundingan damai, tetapi tidak demikian halnya dengan Rusia. Dia menyebut Perjanjian Minsk, sebuah upaya untuk mengamankan gencatan senjata antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di timur Ukraina, sebagai “buatan” Rusia. Perjanjian Minsk I, yang ditandatangani pada 2014 dan diperbarui dengan Perjanjian Minsk II pada 2015, juga menyusun tata cara pemilu di wilayah Luhansk dan Donetsk, serta rencana mengintegrasikan dua wilayah itu ke Ukraina. “Perjanjian itu tidak pernah dipenuhi dan dilaksanakan. Itu buatan. Jadi hasil dari delapan tahun negosiasi adalah agresi skala penuh Federasi Rusia di Ukraina,” kata Vasyl. Di lain pihak, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Perjanjian Minsk sudah tak lagi berlaku ketika Rusia mengakui Luhansk dan Donetsk, dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri, sebagai negara merdeka. Presiden Putin bersikeras bahwa pengakuan kemerdekaan atas Luhansk dan Donetsk dari Ukraina, dipicu oleh keengganan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian tersebut. (*)