Pin It

20211028 KSSK Pemulihan Ekonomi Nasional Berlanjut

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Foto: Biro KLI Kemenkeu RI)

 

Jakarta, InfoPublik - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menilai pemulihan ekonomi nasional berlanjut, didukung oleh keberhasilan penanganan COVID-19. Kasus harian COVID-19 terus menunjukkan penurunan sejak awal Agustus 2021.

"Perkembangan tersebut mendorong pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sehingga aktivitas ekonomi mengalami pemulihan bertahap," kata kata Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, saat Konferensi Pers KSSK: Perkembangan Makro Ekonomi & Sektor Keuangan Triwulan III Tahun 2021 pada Rabu (27/10/2021).

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terdiri dari Menteri Keuangan sebagai Ketua/Koordinator, Gubernur Bank Indonesia (BI) Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Selaku Ketua KSSK, Menkeu menambahkan, pulihnya aktivitas ekonomi tercermin pada perkembangan beberapa indikator dini hingga September 2021 yang menunjukkan perbaikan, antara lain Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur kembali berada pada zona ekspansif di level 52,2, meningkatnya mobilitas penduduk, indeks belanja masyarakat, penjualan kendaraan bermotor, penjualan semen, serta konsumsi listrik sektor industri dan bisnis.

Sementara itu, laju inflasi terkendali di level 1,60 persen (year on year/yoy). Dari sisi eksternal, surplus neraca perdagangan terus berlanjut di bulan September 2021, mencapai USD4,37 miliar atau secara akumulatif Januari–September telah mencapai USD25,07 miliar. Posisi cadangan devisa berada pada level USD146,87 miliar, atau setara dengan 8,9 bulan impor barang dan jasa.

Demikian halnya dengan perekonomian global. Menurut Menkeu, pemulihan ekonomi global berlanjut, namun menghadapi risiko terjadinya gelombang baru COVID-19 dan global supply disruption. Munculnya varian baru masih menjadi faktor risiko terbesar di tengah ketimpangan distribusi vaksin global.

Di sisi lain, global supply disruption yang lebih panjang dari perkiraan dan kenaikan harga energi akibat keterbatasan suplai mulai memicu tekanan inflasi di sejumlah negara.

Inflasi AS tercatat berada di kisaran 5,4 persen dalam empat bulan terakhir dan laju inflasi Uni Eropa juga dalam tren meningkat (September 2021: 3,4 persen). Permasalahan supply disruption yang lebih panjang dan masih tingginya ketidakpastian perkembangan COVID-19 mendorong OECD dan IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2021.

OECD memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2021 ke level 5,7 persen (yoy) (proyeksi Mei: 5,8 perseb), sementara IMF di level 5,9 persen (proyeksi Juli: 6,0 persen).

Hasil asesmen dalam rapat KSSK selengkapnya dapat dilihat pada Siaran Pers Bersama KSSK(*)