Menlu Retno Marsudi saat mengikuti rangkaian KTT ke-37 ASEAN, Sabtu (14/11), dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. (Foto: Biro Pers Setpres/Muchlis Jr)
Presiden Joko Widodo menghadiri rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-37 ASEAN yang diselenggarakan pada tanggal 12-15 November. Presiden menghadiri kegiatan tersebut secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang mendampingi Presiden di seluruh rangkaian acara mengungkapkan, dalam pertemuan Presiden secara konsisten menyampaikan sejumlah pesan. “Sebagai wrap up dari keseluruhan acara KTT ke-37 ASEAN dan KTT-KTT terkait lainnya, saya dapat menyampaikan beberapa hal. Secara konsisten Presiden menyampaikan tiga isu,” ujarnya.
Pertama, pesan mengenai pentingnya memperhatikan kerja sama di bidang kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu membangun ketahanan kesehatan kawasan dan dunia.
Pesan kedua, mendorong kerja sama untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi. “Kerja sama ini penting untuk terus dilakukan agar kondisi ekonomi dunia menjadi lebih baik, tentunya tanpa mengorbankan ketaatan pada protokol kesehatan,” ujar Menlu.
Pesan ketiga, mengenai pentingnya terus menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan dan dunia. “Hal ini terus ditekankan oleh Presiden, mengingat rivalitas antara kekuatan besar semakin menajam. Upaya untuk menangani pandemi dan dampak ekonomi akan terhambat, jika isu perdamaian dan stabilitas tidak terus dijaga,” ungkap Menlu.
Selain itu, imbuh Retno, isu sentralitas dan soliditas ASEAN juga secara konsisten disampaikan oleh Presiden selama KTT. Indonesia secara konsisten terus menjaga sentralitas dan soliditas ASEAN dan akan terus menjalankannya.
“But we can not do it alone, we need everyone on board. ASEAN harus terus memegang dan melaksanakan prinsip-prinsip yang sudah disepakati bersama, misalnya di ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, dan tidak membuka peluang negara manapun untuk menawar prinsip-prinsip tersebut. We have to walk the talk.” terang Menlu.
Pesan lain yang mengemuka, imbuh Menlu, adalah mengenai penghormatan hukum internasional termasuk UNCLOS 1982. “Pentingnya upaya memperkuat multilateralisme, juga mendapat penekanan di pidato Presiden. Multilateralism that delivers,” pungkas Menlu. (SLN/UN)