Pin It

20230726 Nilai Tukar Rupiah Terkendali

Foto: Tangkapan Layar Kanal YouTube BI

 

Jakarta, InfoPublik - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan nilai tukar Rupiah terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia.

Nilai tukar Rupiah secara year to date tercatat menguat 3,63 persen ptp dari level akhir Desember 2022, lebih kuat dibandingkan dengan apresiasi Peso Filipina, Rupee India, dan Baht Thailand masing-masing sebesar 1,78 persen, 1,11 persen, dan 0,42 persen.

"Ke depan, dengan akan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, Bank Indonesia memprakirakan nilai tukar Rupiah akan menguat ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik, dan dampak positif dari implementasi PP 36/2023 tentang DHE SDA," kata Perry di Gedung BI, Selasa (25/7/2023).

Ia menambahkan, persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia juga menguat, tecermin pada peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat R&I, dari stabil menjadi positif, dengan level rating tetap terjaga pada BBB+ (dua notch di atas level terendah investment grade).

"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui triple intervention dan twist operation untuk memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global," ujar Perry.

Terkait inflasi, Perry menuturkan bahwa inflasi kembali ke dalam sasaran lebih cepat dari prakiraan. Inflasi IHK pada bulan Juni 2023 tercatat 3,52 persen (yoy) sehingga berada di dalam sasaran 3,0±1 persen. Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok.

Inflasi inti Juni 2023 tercatat 2,58 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,66 persen (yoy) dipengaruhi oleh stabilnya nilai tukar, turunnya harga komoditas global, rendahnya dampak lanjutan dari inflasi volatile food, dan terkendalinya ekspektasi inflasi.

Inflasi kelompok volatile food tercatat 1,20 persen (yoy), turun dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,28 persen (yoy). Inflasi kelompok administered prices juga menurun dari 9,52% (yoy) menjadi 9,21 persen (yoy). Kembalinya inflasi ke dalam sasaran sebagai hasil positif dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi pangan antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah.

"Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1 persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024," pungkas Perry. (*)