Pin It

cover kipp 2019

 

JAKARTA - Kasus penyakit Coccidiosis atau para peternak lebih mengenalnya dengan sebutan jambang darah, adalah penyebab kematian anak sapi di Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Jambang darah adalah Bahasa Bugis yang berarti buang air besar (BAB) berdarah. Selain jambang darah, permasalahan lain yang sering menyerang hewan ternak adalah keguguran akibat penyakit Brucellosis. Pemerintah Kota Parepare tak tinggal diam atas masalah yang dihadapi peternak. Pemkot membuat program pengendalian Coccidiosis salah satunya melalui media layanan telepon darurat terbukti efektif menekan angka kematian pedet atau anak sapi.

Peternak menjadi lebih antusias melaporkan setiap kejadian penyakit pada ternaknya, sehingga nomor telepon darurat Cocidiosis beralih menjadi tempat melaporkan setiap kejadian penyakit ternak yang ditemukan. Program itu dinamakan CallNak Centre atau Call Ternak Centre.

Wali Kota Parepare Taufan Pawe menjelaskan, CallNak Centre memiliki tagline Lawan Dan Libas Habis (Layanan Kesehatan Hewan dan Layanan Inseminasi Buatan Hanya Berselang Lima Belas Menit). “Tujuannya untuk menyemangati petugas CallNak Centre untuk melayani tidak hanya berorientasi pada kuantitas, tapi juga berkualitas,” jelas Taufan, dalam kegiatan presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2019, di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) belum lama ini.

Pada tahun 2013, angka kematian ternak sapi sangat tinggi yaitu 524 ekor, atau sekitar 11,4 persen di Kota Parepare. Sementara pertumbuhan populasi hanya sebesar -6,3 persen. Sedangkan target pertumbuhan populasi di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 6-7 persen. Permasalahan utamanya adalah penyakit Coccidiosis pada anak sapi yang sangat mematikan. Akibatnya, peternak sering apatis dan beresiko memperluas wabah.

 

20190705 KIPP HARI KE 4 SESI 2 3

Wali Kota Parepare Taufan Pawe saat mempresentasikan inovasi CallNak Centre dalam presentasi dan wawancara Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2019 di Kementerian PANRB.

 

Taufan mengatakan, penyakit Coccidiosis, dan Bucellosis merupakan kasus tertinggi kedua di Kota Parepare berdasarkan hasil uji laboratorium Balai Besar Veteriner Maros. Hal ini erat kaitannya dengan posisi Kota Parepare sebagai kota pelabuhan tempat transit ternak sebelum diantarpulaukan.

Terobosan penting CallNak Centre adalah pencegahan melalui vaksinasi dengan kunjungan door to door memungkinkan cakupan vaksinasi lebih tinggi. Vaksinasi yang dulunya dilakukan secara massal, menyisakan ternak yang tidak memenuhi syarat untuk divaksin. Misal ternak bunting, sakit atau belum cukup umur. Resiko penyakit menular dari hewan ke manusia seperti Anthrax dan Rabies kepada masyarakat sekitar peternakan juga dapat diminimalisir.

Taufan menjelaskan pengguna inovasi CallNak Center terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 1178 layanan, ditahun 2016 meningkat jadi 1527 layanan. Kemudian tahun 2017 terdapat 1640 layanan, dan pada tahun 2018 tercatat 1760 layanan. Selain itu jenis layanan juga bertambah dari hanya melayani ternak/hewan sakit menjadi lebih dari lima jenis layanan yaitu pengobatan, pencegahan, pemeriksaan status kesehatan untuk usaha peternakan, inseminasi buatan, asuransi ternak dan administrasi peternakan.

 

 

CallNak Centre berkembang menjadi sistem terpadu dalam rangka menentukan intervensi penanganan kasus (integratif sistem) untuk mewujudkan akuntabilitas pelayanan dibidang Peternakan dan Kesehatan Hewan baik ternak maupun hewan kesayangan. “Layanan terpusat dan terjadwal secara bergantian mengatasi persoalan efisiensi petugas dan efektifitas waktu,” jelasnya.

Vaksinasi berdampak pada kelompok rentan, yaitu mengurangi potensi penyakit reproduksi atau Brucellosis yang spesifik dapat menular dari ibu hamil ke janin. Inovasi yang dicanangkan pada tahun 2014 ini membangun pelayanan terpusat dan terintegrasi dengan seluruh unit layanan peternakan dan kesehatan hewan. Inovasi ini juga membenahi sistem pelayanan yang dulunya berjalan sendiri-sendiri dan sering didapati program yang menghalangi tujuan program lainnya.

Inovasi milik Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Kota Parepare ini selaras dengan tujuan SDGs ke 16 yaitu menguatkan masyarakat inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan dan membangun kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif disemua tingkatan. Tepatnya tujuan 16.6, yakni mengembangkan lembaga yang efektif, akuntabel dan transparan disemua tingkat. (byu/HUMAS MENPANRB)