Pin It

20190808 Cover Berita KIPP

 

JAKARTA – Kasus pernikahan remaja, khususnya di Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, terbilang cukup tinggi, dimana tahun 2013 tercatat ada sembilan pernikahan, dan persalinan remaja sebanyak 20 kasus. Kehamilan remaja dibawah 20 tahun menjadi salah satu penyebab stunting.

Tercatat, Kecamatan Gedangsari menjadi penyumbang angka stunting tertinggi di Kabupaten Gunungkidul, dimana tahun 2017 mencapai angka 37,41 persen, angka tersebut jauh diatas standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO), yakni kurang dari 20 persen.

Dengan kondisi tersebut, UPT Puskesmas Gedangsari II beserta lintas sektor menciptakan inovasi Ayunda Si Menik Makan Sego Ceting, yakni Ayo Tunda Usia Menikah Mengawali Semangat Gotong Royong Cegah Stunting. Bermula dengan Ayunda si Menik untuk menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas.

Bupati Gunungkidul Badingah mengatakan mulai remaja, masyarakat terbebas anemia, terpapar pengetahuan reproduksi sehat, mendapatkan bimbingan dan pembinaan tentang keluarga sehat dan bahagia. Harapannya saat persalinan usia ibu cukup, kondisi sehat dan melahirkan bayi sehat, bisa merawat dan mendidik anak menjadi generasi bangsa yang berkualitas.

“Sementara Gerakan Sego Ceting, yaitu mengawal pertumbuhan bayi sejak dalam kandungan sampai usia dua tahun (1000 Hari Pertama Kehidupan). Bertujuan untuk pendampingan pola asuh, pola hidup, pola pikir keluarga dan masyarakat sehingga tercipta lingkungan sehat dan kondusif,” jelas Badingah saat kegiatan presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2019, di Kantor Kementerian PANRB.

 

20190808 Ayunda Si Menik Makan Sego Ceting

Bupati Gunungkidul Badingah (tengah) saat mempresentasikan Ayunda Si Menik Makan Sego Ceting dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2019 di Kementerian PANRB.

 

Dijelaskan, tahun 2013 Puskesmas Gedangsari bersama lintas sektor (Camat, Puskesmas, Desa, Dukuh, Koramil, Polsek, KUA, MUI, dan sekolah) membuat MoU sebagai upaya menekan angka pernikahan remaja. Kegiatan bersama diantaranya adalah kursus catin, KRR dengan outbond, penanganan bersama korban kekerasan terhadap anak, dan lainnya.

Untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi, diadakan agenda Gedangsari Award sebagai apresiasi kepada desa yang bisa menekan angka pernikahan dini nol (0) selama minimal dua tahun berturut turut. Ajang ini sekaligus bisa menjadi motivasi bagi Desa yang belum melaksanakan, untuk dapat menerapkan inovasi tersebut.

Inovasi Ayunda Si Menik membuahkan hasil dimana ada penurunan angka pernikahan dini yang signifikan. Pada tahun 2013 sebanyak sembilan kasus, di tahun 2014 ada enam kasus, tahun 2015 sebanyak dua kasus, dan tahun 2016 tidak ada kasus. Sementara kegiatan Sego Ceting diharapkan bisa menampung keterlibatan semua unsur untuk mendukung upaya mencegah stunting dan menyiapkan generasi yang berkualitas. Hasil dari upaya yang dilakukan terjadi penurunan angka stunting, yaitu dari tahun 2017 di angka 37,16 pesen menjadi 21,3 persen persen di tahun 2018. (byu/HUMAS MENPANRB)