JAKARTA – Terbatasnya Sumber Daya Alam (SDA) di Kota Cimahi menjadi motivasi pemerintah untuk terus berinovasi agar warga menjadi lebih sejahtera. Cimahi Technopark merupakan inovasi andalan dalam menggembleng pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Cimahi. Hasilnya, jumlah pelaku meningkat UMKM 15,3 persen, omzet meningkat 26%, tenaga kerja yang terserap 11,7%, dan kini tercatat ada 22 komunitas kreatif.
Di Gedung Cimahi Technopark, para pelaku usaha mendapat pelatihan, pendampingan, serta layanan konsultasi bisnis dan teknologi dari narasumber yang kompeten. “Cimahi Technopark merupakan Kawah Chandradimuka bagi para pelaku UMKM di Kota Cimahi,” ujar Walikota Cimahi Ajay M. Priatna, saat presentasi dan wawancara Top 99 Inovasi pelayanan Publik 2018 di Kementerian PANRB.
Inovasi ini tidak hanya dijalankan pemerintah, tetapi merupakan kolaborasi dari empat pilar, yakni akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, dan komunitas. Sejak dua tahun program ini berjalan, para pelaku UMKM dibantu hingga kegiatan promosi dan publikasi, baik itu yang dikemas dalam suatu festival maupun pameran.
Tahun 2017, ada lebih dari 300 kegiatan yang dilaksanakan di kawasan ini. Hanya sekitar 30 persen dilaksanakan oleh Pemkot Cimahi, sisanya dilaksanakan oleh akademisi, pebisnis, komunitas, maupun pemerintah pusat dan provinsi. “Bila divaluasi, kegiatan non-APBD itu nilainya mencapai 2,6 miliar rupiah per tahun,” jelas Ajay.
Gedung Cimahi Technopark merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari zona terkoneksi Kawasan Cimahi Technopark, yakni Gedung BITC (Baros IT Centre) yang letaknya cukup berdekatan. Gedung ini difungsikan sebagai pusat bisnis bagi para pelaku start up digital kreatif berbasis teknologi di Kota Cimahi. Kedua gedung itu milik Kota Cimahi yang memiliki fungsi berbeda namun memiliki konsep yang saling mendukung untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan kompetitif.
Walikota Cimahi Ajay M. Priatna, menyalami Ketua Tim Panel Independen JB Kristiadi, usai presentasi dan wawancara Top 99 Inovasi pelayanan Publik 2018 di Kementerian PANRB.
Dengan adanya gedung ini, masalah kesulitan perizinan usaha yang selama ini kerap menjadi momok bagi para start up diharapkan dapat terminimalisir, selain juga tentunya kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penyerapan tenaga kerja. “Semuanya free. Karena itu salah satu komitmen kami untuk mendorong mereka, dan juga untuk memotivasi mereka untuk maju,” tegas Ajay.
Berdasarkan data yang ada, sejak dikembangkannya konsep Cimahi Technopark ini pada awal tahun 2017 silam, saat ini telah terjadi peningkatan jumlah pelaku UMKM sebanyak 15,3 persen. Dari sisi omzet, terjadi peningkatan omzet dari para pelaku UMKM rata-rata kurang lebih 26 persen, serta peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap rata-rata kurang lebih 11,7 persen. Selain itu, program ini telah memicu lahirnya komunitas kreatif baru di wilayah yang berjuluk Kota Tentara ini. Semula, hanya ada tujuh komunitas, dan sekarang tercatat ada 22 komunitas kreatif.
Data mencatat, bahwa beberapa perguruan tinggi yang saat ini sudah mengikatkan diri untuk bekerjasama dengan Pemerintah Kota Cimahi dalam pengembangan Cimahi Technopark. Diantaranya Unjani, Unpad, SBM-ITB, Poltek TEDC, Politeknik Bandung, STIE Ekuitas, Telkom University, Itenas, Unikom, serta beberapa perguruan tinggi lainnya.
Inovasi yang masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2018 ini, menurut Ajay, sangat mudah untuk diterapkan di daerah lain yang memiliki keterbatasan SDA. Untuk mereplikasi inovasi ini, pertama adalah pentingnya penguatan komitmen antara pemerintah dan pihak terkait yang akan dilibatkan. Unsur kedua untuk menerapkan konsep ini adalah tersedianya dokumen perencanaan, pedoman kegiatan, dan regulasi yang dapat direplikasi sesuai potensi dan permasalahan di suatu kota/kabupaten.
Ajay mengaku, cukup banyak instansi pemerintah yang sudah melakukan kunjungan kerja untuk mempelajari konsep Technopark ini. “Pemkot Cimahi berkomitmen membuka diri dalam replikasi ke kota dan kabupaten lainnya,” pungkas Ajay. (don/HUMAS MENPANRB)