Pin It

20160224 ACCF 3

Menteri Yuddy menerima cinderamata dari Pendiri ESQ Ary Ginanjar pada acara Asean Corporate Culuture Forum (ACCF) di Menara 165 Jakarta, Rabu (24/02). (Foto : rr)

JAKARTA - Corporate culture (budaya perusahaan/organisasi) adalah fondasi bagi keberhasilan sebuah bangsa maupun organisasi dalam mengarungi dinamika tantangan global.

Demikian disampaikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birorkasi (PANRB), Yuddy Chrisnandi, saat menjadi keynote speaker di hadapan sekira 100 orang peserta Asean Corporate Culuture Forum (ACCF) di Menara 165 Jakarta, Rabu (24/02). Menurutnya, budaya kerja dilakukan mulai dari menggali dan menetapkan nilai-nilai, menginternalisasi nilai-nilai dan mengimplementasikannya, serta memantau dan mengevaluasi penerapatan atas nilai-nilai tersebut.

Dalam acara yang bertema Strongest by Best People, Depelop Great Leaders and Strong Culture, Yuddy mencotohkan pengalaman berbagai negara maju dalam mencapai kesuksesan.

"Kenapa Amerika menjadi negara adidaya, kenapa Jepang yang tahun 1945 luluh lantak tapi hanya dalam waktu 20 tahun bisa bangkit, kenapa Korea sekarang menjadi macan Asia, kenapa China saat ini bisa menjadi naga perekonomian dunia ?. Kuncinya mereka memiliki corporate culture yang kuat," ujar Yuddy. Ditambahkan, tahun delapan puluhan Uni Emirat Arab itu gurun pasir, tapi keadaannya sekarang jauh berubah luar biasa. "Negara kita yang berada di khatulistiwa yang dibalut nilai nilai religiusitas, harusnya lebih hebat dari mereka," ungkap Yuddy. Indonesia tidak akan menjadi kuat dan hebat apabila para pemimpin dan aparatur negaranya tidak mempersatukan diri dan tidak mengembangkan kebaikan. SDM Indonesia menjadi baik apabila dikelola oleh sumber daya aparatur yang bersatu dan baik. Demikian juga di dunia usaha, tambahnya, kita mengenal perusahaan Honda, Toyota, Samsung dan yang lainnya berhasil meraih kesuksesan karena corporate culture. "Saat mereka membuat sepeda mereka membayangkan motor, saat mereka membuat motor mereka membayangkan mobil. Saat mereka mengembangkan e-government, mereka membayangkan mobile government. Semua kini dalam genggaman mereka," ungkapnya. Corporate culture untuk menyemai kebaikan harus dikembangkan pula dalam kebijakan maupun kepemimpinan. "Kebijakan yang kita ambil bukan hanya menyelesaikan persoalan kekinian, tapi memperhatikan dampaknya bagi masa depan. Bahkan seorang pemimpin harus berani mengambil risiko untuk memastikan kebaikan dan kemanfaatan di masa depan," kata Yuddy. Menurutnya, kepemimpinan yang baik harus memiliki nilai spiritual. Ini adalah nilai budaya untuk melaksanakan sesuatu dengan penuh kesadaran.

Menurut Yuddy, Indonesia tidak akan menjadi kuat dan hebat apabila para pemimpin dan aparatur negaranya tidak mempersatukan diri, dan tidak mengembangkan kebaikan. SDM Indonesia menjadi akan baik apabila dikelola oleh sumber daya aparatur yang bersatu dan baik.

Demikian juga di dunia usaha, tambahnya, kita mengenal perusahaan Honda, Toyota, Samsung dan yang lainnya berhasil meraih kesuksesan karena corporate culture. Saat mereka membuat sepeda, mereka membayangkan motor. Saat mereka membuat motor mereka membayangkan mobil. Saat mereka mengembangkan e-government, mereka membayangkan mobile government. “Semua kini dalam genggaman mereka," ungkapnya.

Corporate culture untuk menyemai kebaikan harus dikembangkan pula dalam kebijakan maupun kepemimpinan. "Kebijakan yang kami ambil bukan hanya menyelesaikan persoalan kekinian, tapi memperhatikan dampaknya bagi masa depan. Seorang pemimpin harus berani mengambil risiko untuk memastikan kebaikan dan kemanfaatan di masa depan," kata Yuddy.

Menurutnya yuddy, kepemimpin yang baik harus memiliki nilai spiritual. Ini adalah nilai budaya untuk melaksanakan sesuatu dengan penuh kesadaran. Di sisi lain, siapa yang lebih unggul adalah yang memiliki visi masa depan serta mampu membangun sistem dan SDM agar siap bertarung di masa depan. "Itulah corporate culture," pungkas Yuddy. (rr/HUMAS/MENPANRB)