Deputi Pelayanan Publik Kementerian PANRB Mirawati Sudjono didampingi Direktur Pelayanan dan Fasilitas PT Angkasa Pura II Ituk Herarindri, staf Khusus Menteri PANRB Sri Rachma Chandrawati saat memberikan keterangan kepada wartawan di depan terminal 1A Bandara Soekarno Hatta, Rabu (18/11)
JAKARTA – Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melakukan evaluasi terhadap sejumlah fasilitas pelayanan publik di Bandara Soekarno Hatta, Rabu (18/11). Selain bertemu dengan jajaran manajemen, Tim Evaluasi yang dilakukan Deputi Pelayanan Publik Mirawati Sudjono dan Staf Khusus Menteri PANRB bidang Hukum dan RB Sri Rachma Chandrawati itu meninjau sejumlah fasilitas pelayanan publik di Terminal 1A.
Mirawati Sudjono mengatakan, evaluasi ini dilakukan bukan untuk mencari-cari kesalahan, tetapi ditujukan untuk memperbaiki pelayanan bandara tersibuk di Indonesia ini. Hal ini merupakan implementasi dari kebijakan Presiden Joko Widodo yang telah menetapkan bahwa tahun 2015 merupakan Tahun Pelayanan Publik.
Kebijakan Presiden tersebut ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri PANRB untuk melakukan evaluasi sejumlah bandara, baik yang ada di Pulau Jawa maupun di luar Jawa. “Bandara Soekarno Hatta merupakan salah satu dari tiga bandara pintu masuk terbesar penumpang dan investasi dari luar negeri,” ujar Mira, seraya menambahkan dua bandara lainnya adalah bandara Hang Nadim Batam dan Ngurah Rai di Denpasar, Bali.
Dikatakan, sebagian besar pelayanan di Soekarno Hatta sudah cukup bagus, terutama di terminal 2 dan 3. Apalagi Mira mengaku sering melalui terminal 2 dan 3. “Tetapi saya jarang sekali melalui terminal satu, dan tidak tahu banyak pelayanan apa saja yang ada di sana,” ujar Mira saat diterima Direktur Pelayanan dan Fasilitas PT Angkasa Pura II Ituk Herarindri.
Dalam kesmepatan itu, Ituk menjelaskan bahwa pihaknya tengah melakukan berbagai langkah perbaikan, mulai dari standar operating procedure (SOP), penyediaan fasilitas publik untuk memudahkan calon penumpang yang akan terbang maupun yang datang melalui Soekarno Hatta.
Meskipun bandara ini sering memperoleh penghargaan, namun diakui bahwa masih banyak hal yang perlu diperbaiki untuk mewujudkan pelayanan prima. “Saya rajin turun ke lapangan, termasuk ikut mengatur parkir,” tutur wanita yang mengaku belum setahun menjabat sebagai Direktur Pelayanan dan Fasilitas PT Angkasa Pura II ini.
Ituk juga menyambut positif dan mengapresiasi evaluasi yang dilakukan Kementerian PANRB ini, karena langkah itu sejalan dengan tugas dan fungsi PT Angkasa Pura II dalam meningkatkan pelayanan publik. “Kami juga siap untuk mengikuti kompetisi inovasi pelayanan publik tahun ini,” imbuhnya.
Saat masuk melalui gate yang digunakan penumpang terminal 1A, Mirawati dan Rachma tertuju pada salah satu counter yang tidak ada tulisan. “Counter apa ini, kenapa tidak ada tulisannya ?” sergah Mira.
Ternyata counter yang dimaksud adalah counter untuk pelayanan crew maskapai Lion Air. Menurutnya, Mestinya di sini ada tulisannya, sehingga orang tidak bertanya-tanya, dan pengunjung yang masuk langsung mengetahui kemana jalan yang dituju untuk keperluan penerbangannya.
Mirawati Sudjono berbincang-bincang dengan calon penumpang di rest area di Terminal 1A Bandara Soekarno Hatta
Namun Mira maupun Rachma tidak berkomentar terkait dengan pemeriksaan calon penumpang yang cukup ketat, yang harus melepas jam tangan sampai ikat pinggang. Dia menyoroti lorong di lantai 2 setelah naik yang tampak lengang. Dia pun menyarankan agar dibuat lebih indah, sehingga saat pengunjung melalui lorong itu merasa nyaman. Bisa juga dengan lukisan-lukisan yang menggambarkan keindahan pariwisata Indonesia, atau dipasangi pot berisi tanaman hias.
Namun Pertanyaan itu terjawab, karena sesuai rencana akan diisi dengan bangku-bangku di kanan kiri, yang dipersiapkan untuk calon penumpang yang menunggu.
Tak jauh dari situ, tampak adanya tulisan ruang untuk merokok dan tempat bermain anak. Mirawati menyayangkan, ada ruang merokok di taman, yang dikhawatirkan bisa merusak keindahan taman. “Sebaiknya menyatu dengan gedung terminal, tetapi disekat dan mendapat akses udara ke luar,” tambahnya.
Sementara di tempat bermain anak, Mira dan Rachma menyayangkan lantaran yang menggunakan justeru banyak orang tuanya, yang terlihat tiduran, sementara anaknya berlari-larian di luar tempat bermain. Menurutnya, di tempat ini harus diawasi oleh petugas, dan orang tua tidak boleh masuk.
Mirawati mengapresiasi salah satu fasilitas yang disebut rest area di terminal 1 A tersebut. Di situ calon penumpang dapat menunggu pesawat sambil tiduran dan menonton televisi. “Saya apresiasi fasilitas ini. Kami fair, kalau bagus kami apresiasi,” tegasnya.
Namun saat masuk ke ruang tunggu sebelum boarding pesawat Lion Air, Deputi melihat beberapa persoalan. Mulai dari meja di depan pintu masuk yang kosong, gallon air minum yang kurang difungsikan dnegan baik, sampai tempat menaruh bacaan dari sebuah lembaga negara yang tidak ada isinya. “Ini kalau tidak kosong mendingan dipindahkan, karena merusak pemandangan,” ucapnya.
Demikian juga ketika melihat adanya counter dari Balai Karantina Pertanian yang dibiarkan kosong, di dekat tempat pengambilan bagasi. Mirawati menyarakan kalau memang ada fasilitas itu mestinya ada yang bertugas, bukan dibiarkan kosong seperti ini.
Bahkan Mira sempat berdialog dengan calon penumpang yang merasa kurang puas dengan pelayanan dari pihak maskapai. Abdullah salah seorang calon penumpang pesawat Asal Jambi mengatakan, kadang penumpang bingung ketika di loket tidak ada petugas. Mira dan Rachma bahkan mencoba menempati loket tersebut, dan bertindak seolah-olah menjadi petufgas dari maskapai swasta tersebut.
Fasilitas lain yang disorot adalah papan pengumuman jadwal kedatangan pesawat di terminal kedatangan, yang meliputi jadwal kedatangan di terminal 1, 2 maupun 3. Sebenarnya fasilitas ini diakui sudah bagus, tetapi tampilannya kurang jelas karena warnanya atau bahannya yang terlihat silau saat siang hari.
Direktur Airport Services and Fasilities PT Angkasa Pura II Ituk Herarindri, menambahkan pihaknya meyambut baik apa yang disarankan Kementerian PANRB. Dalam pertemuan tersebut dikatakan Ituk ada dua hal yang menjadi perhatian, yakni efisiensi pelayanan, baik dari segi manusianya maupun dari segi Sistem.
Saat ini, Angkasa Pura mengelola 13 bandara yang ada di wilayah barat Indonesia. “Peningkatan pelayanan menjadi hal penting untuk perkembangan Angkasa Pura,” ujarnya.
Peningkatan pelayanan dimaksud mulai dari cara berkomunikasi petugas kepada costumer, penjagaan kawasan agar tetap bersih. Untuk sistem, Angkasa Pura II terus mengacu benchmarking bandara yang lebih maju. Tidak kalah penting adalah mengenai tanda penunjuk arah, yang memudahkan pengunjung bandara cukup membaca, tidak perlu bertanya-tanya untuk seluruh keperluannya di fasilitas publik ini.
"Intinya kita menerima dengan baik saran dari Kementerian PANRB," ujarnya.
Pengumuman ini terpasang di depan tempat pemeriksaan calon penumpang
Enam Indikator
Dalam melakukan evaluasi bandara, Kementerian PANRB mengacu pada enam indikator, seperti yang diatur dalam Permenhub no. Pm 38/2015.
Enam indikator dimaksud adalah :
- Keselamatan penumpang di bandara;
- Keamanan penumpang di bandara, antara lain adanya CCTV, tersedia petugas keamanan, adnaya informasi pengaduan penumpang terhadap gangguan keamanan;
- Kehandalan pelyanan bandara. Antara lain pemeriksaan terhadap calon penumpang dan bagasi, ketenuan waktu chek in counter, adanya ketentuan batas waktu lama menunggu check in, batas wktu boarding;
- Kenyamanan penumpang di bandara. Ini dilihat dari tersedianya toilet yang bersih, tempat ibadah, ruang merokok, pelayanan saat penerbangan tidak normal;
- Kemudahan bagi penumpang, info visual atau audio, info gangguan penerbangan, fasilitas transit, fasiliats pengaduan.
- Kesetaraan pelayanan penumpang, antara lain fasilitas kemudahan bagi penumpang berkebutuhan khusus, pelayanan pendampingan penumpang berkebutuhan khusus, ruang menyusui. (SK Dirjen Perhubungan Udara SKEP/284/X/1999)
- Pelayanan tambahan penumpang dari dan ke luar negeri. Imigrasi keberangkatan, kedatangan, Bea Cukai, serta penyerahan bagasi.
(ags/HUMAS MENPANRB)