JAKARTA – Menteri PANRB, Yuddy Chrisnandi mengakui kinerja birokrat saat ini masih berjalan seperti mesin, yaitu masuk kantor setengah delapan, absen, dan melakukan tugas di kompartemen masing – masing. “Kami menangkap EMP ini bisa menjadi bekal bagi birokrat untuk melanjutkan kehidupannya, saat dia memutuskan apakah melanjutkan karir di birokrasi atau menentukan jalan sendiri,” kata Yuddy saat beraudiensi dengan mantan Menteri BUMN Tanri Abeng, di Jakarta, Selasa (01/09). Dalam kunjungan tersebut Tanri Abeng University menawarkan kerjasama dengan Kementerian PANRB melalui Entrepreneurial Management Program (EMP).
Menurut Yuddy, pihaknya juga membutuhkan orang yang cukup banyak di tingkat pimpinan yang miliki sifat entrepreneurship. Namun, karena kinerja birokrat yang masih seperti mesin, sangat sulit untuk mendapatkan sifat tersebut. “Kami baru paham, kenapa kalau orang mengirim surat, dan merasa sudah berhadapan dengan Presiden tapi jawabannya belum tentu satu tahun keluar. Begitulah alur birokrasi. Cara berpikir entrepreneur ini belum dimiliki jadi kami perlu agen perubahan,” kata Yuddy.
Yuddy mengatakan, pihaknya akan segera menindaklanjuti kerjasama ini. Namun menurutnya, Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang paling bertanggung jawab melakukan perubahan pola pikir pada tingkat top management. “Kami akan bicarakan lebih lanjut. Kami juga akan cek program-program pendidikan internal dari kementerian kami dan kementerian yang lain,” imbuh Menteri.
Tanri Abeng mengungkapkan, ada dua agenda yang ingin dilakukan dalam kerjasama ini yaitu terkait reformasi birokrasi dan perubahan pola pikir aparatur sipil. Menurutnya, saat ini diperlukan restrukturisasi kelembagaan sehingga akan mempermudah mengubah pola pikir birokrat.
Menurutnya, reformasi birokrasi membutuhkan pola pikir yang lebih inovatif. “Intinya, organisasi yang ingin melakukan perubahan harus memiliki inovasi – inovasi, tidak bisa hanya business as ussual. Jadi bagaimana kita mengubah pola pikir dari birokrasi yang normative administrates menjadi birokrasi yang kreatif dan inovatif untuk melakukan sesuatu,” kata Tanri.
Dalam kesempatan itu, Abeng menawarkan kerjasama melalui EMP. Program ini merupakan pembelajaran yang mengembangkan sistem e-learning dengan face to face. Menurutnya, sistem ini sangat interaktif, komprehensif, dan semua materi yang disampaikan berbahasa Inggris meskipun dalam prosesnya dilakukan menggunakan Bahasa Indonesia.
“Ada 2 basic, pertama yang equivalent dengan S1 tapi dibagi juga dalam modul – modul sehingga tidak perlu diambil semua bagi mereka yang sudah S1. Kedua, entrepreneurship yang equivalent dengan S2 tapi ada assurance of learning, ini lebih ketat dibanding yang standard lecturing,” kata Abeng.
Program ini, selain untuk belajar bersama dapat juga membangun perkembangan bangsa. Dia mengaku menginginkan birokrat yang mempunyai sifat dan karakteristik seorang pengusaha. “Para birokrat menjelang mau pensiun kalau sudah punya perspective of entrepreneur maka dia bisa menjadi pengusaha. Selain iti, dia bisa menciptakan lapangan kerja, jadi ada ekstra keuntungan individual dari bisnis ini. Muaranya yaitu public service management,” kata Abeng. (ns/HUMAS MENPANRB)