JAKARTA - Proses penyembuhan pasien luka akut sampai kronik membutuhkan waktu lama, dan berakibat pada biaya yang besar. Hal ini dikarenakan pasien harus rawat inap ditambah metode perawatan menggunakan Vacuum Assisted Closure (VAC) yang harganya cukup tinggi.
Metode perawatan luka menggunakan VAC atau Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) dinilai mempercepat penyembuhan luka. VAC merupakan teknologi perawatan bermacam-macam kondisi luka. Terapi luka dengan menggunakan tekanan negatif ini bekerja dengan cara menginisiasi kaskade reaksi biologi yang akhirnya mempercepat penyembuhan luka.
Efektivitas penggunaan VAC pada penanganan luka sudah diakui oleh banyak klinis. Namun selama ini penggunaan VAC memakan biaya yang tinggi dibandingkan dengan rawat luka biasa. Harga 1 mesin VAC cukup mahal. Selain itu, pemasangan alat ini akan memaksa pasien untuk tinggal lebih lama di rumah sakit.
Direktur Utama RS Sardjito Darwinto (tengah) saat presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2019 di Kementerian PANRB.
Untuk menekan mahalnya biaya, KSM Orthopedi RSUP dr. Sardjito menciptakan sebuah mesin VAC yang mempunyai fungsi yang sama dengan VAC pabrikan. Mesin VAC buatan RSUP dr. Sardjito mempunyai biaya pengadaan yang relatif lebih murah, sehingga dapat diproduksi dalam jumlah banyak sesuai kebutuhan jumlah pasien atau rumah sakit. "Kita mempunyai suatu inovasi yaitu perawatan luka yang bisa menekan harga, salah satunya pasien tidak usah dirawat di RS terlalu lama," ujar Direktur Utama RSUP dr. Sardjito Darwinto saat presentasi dan wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2019 di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
Bekerja sama dengan Laboratorium Fisika UGM, KSM Orthopedi RSUP dr. Sardjito mengembangkan mesin VAC yang diberi nama Gama VAC. Gama VAC dapat dibawa pulang ke rumah oleh pasien sehingga akan menurunkan angka Length of Stay (LoS) pasien di rumah sakit. Hal ini berdampak pada keringanan beban biaya pasien. "Jika dulu habis sekitar 5 sampai 6 juta, sekarang hanya 300 ribu. Inilah bagaimana inovasi ini kita jalankan," ujarnya.
Dengan alat ini, pasien hanya perlu datang untuk mengganti vacuum dressing setiap tiga hingga empat hari sesuai dengan keadaan lukanya. Darwinto mengatakan sebelum Gama VAC ditemukan, penyembuhan luka memakan waktu sampai 90 hari. "Tapi setelah alat ini kita temukan, hanya kisaran tiga hari," ujarnya.
Saat ini, mesin GAMA VAC telah dipergunakan secara luas oleh pasien rawat inap di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dan memberikan hasil yang baik pada kesembuhan luka pasien. Selain itu, karena bentuknya yang tidak terlalu besar, mesin ini juga sudah dipergunakan pada pasien poliklinik. (rr/HUMAS MENPANRB)