Pin It

20190426 GNRM BANDUNG 2

Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa saat membuka Gathering Positif Bermedia Sosial di Bandung, Rabu, (24/04).

 

BANDUNG – Berita bohong atau hoaks menjadi persoalan cukup serius di Indonesia. Di era digital ini, berita hoaks tersebar sangat cepat baik melalui media sosial maupun di aplikasi chatting.

”Kami berharap generasi muda bisa turut proaktif dan konsisten dalam menyebarkan konten-konten membangun yang positif melalui media sosial,” ujar Sekretaris Daerah Jawa Barat, Iwa Karniwa yang mewakili Gubernur Provinsi Jawa Barat, Ridwan Kamil saat membuka Gathering Positif Bermedia Sosial di Bandung, Rabu, (24/04).

Lebih lanjut, Iwa mengatakan bahwa berita hoaks sangat meresahkan masyarakat. Untuk itu, generasi milenial diharapkan dapat membantu mengurangi suburnya penyebaran berita bohong.

Data statistik menunjukkan pengguna media sosial di Indonesia sekitar 150 juta orang, sementara 16,4 juta berada di Jawa Barat dan kota Bandung merupakan pengguna aplikasi Facebook terbesar se-Jawa Barat.

Laporan terbaru yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Teknopreneur, ada 143,26 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2017 atau sekitar 54,68% dari total populasi Indonesia. Masyarakat Indonesia juga senang mengonsumsi berita secara online.

“Hampir 4 jam rata-rata penduduk Jawa Barat membaca berita secara online, tetapi yang kita sayangkan 4 jam ini, informasi yang dikonsumsi adalah informasi hoaks, yang kurang menguntungkan kita semua” jelasnya.

Indonesia termasuk lima besar pengguna smartphone di dunia, namun tingkat literasinya kedua terbawah setelah Botswana di Afrika. Hasil riset World’s Most Literate Nation yang dipublikasikan tahun 2016, menunjukkan Indonesia berada pada posisi ke-60 dari 61 negara yang dilibatkan dalam studi tersebut untuk urusan minat baca. Hal ini berdampak pada pengguna internet di Indonesia yang cenderung menyebarkan informasi kepada orang lain tanpa memeriksa terlebih dahulu kebenarannya.

Gathering Positif Bermedia Sosial yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK) ini bertujuan untuk mengimplementasikan secara langsung nilai-nilai dalam program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui penggunaan media sosial yang baik telah diselenggarakan untuk ketiga kalinya, setelah di Jakarta dan Surabaya. Pemilihan kota Bandung sebagai tempat digelarnya acara ini dikarenakan kota Bandung telah mengadopsi penggunaan teknologi digital dan teknologi informasi dalam upaya pelayanan kepada masyarakat, seperti desa digital dan pelayanan kesehatan yang berbasis teknologi dan informasi.

Masalah yang terjadi pada hari ini adalah memilah informasi yang benar, bukan sulitnya mencari informasi. Oleh sebab itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menghadirkan Jabar Saber Hoaks yang diharapkan dapat menjawab keresahan masyarakat di era digital terhadap maraknya penyebaran berita bohong yang meresahkan.

 

20190426 GNRM BANDUNG 2

 

Acara gathering yang diisi oleh berbagai narasumber ini membahas mengenai aksi nyata GNRM, strategi memviralkan konten positif di media sosial, serta strategi menghindari berita hoaks. Berbagai pembahasan tersebut diisi langsung oleh Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental, Facebook Indonesia, Jabar Saber Hoaks, dan Komunitas Informasi Masyarakat Jawa Barat.

Anggota Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental, Rumadi menjelaskan revolusi mental pada intinya adalah upaya untuk melakukan perubahan. Pertama hal yang diubah adalah cara berpikir (mindset) karena merubah peradaban dimulai dari merubah cara berpikir, cara bekerja, dan cara hidup yang lebih baik. Dan kedua, membangun karakter yang berintegritas.

“Gerakan revolusi mental itu pada dasarnya adalah gerakan hijrah. Hijrah dari masyarakat yang pasif, pesimis, malas, mudah menyerah, individualis, menjadi masyarakat yang aktif, optimis, giat, ulet, kolaboratif, mau berkolaborasi, bukan hanya berkompetesi dengan orang lain, tetapi mau bekerjasama dengan orang lain,” ujar Rumadi.

Senada dengan yang dikatakan oleh Rumadi dari Gugus Tugas Nasional Revolusi Mental, Tim Saber Hoaks Jawa Barat, Alfianto juga menjelaskan mengenai dua jenis informasi tidak benar, yakni mengenai misinformasi dan disinformasi. “Misinformasi adalah informasi yang tidak benar, namun orang yang menyebarkannya itu percaya bahwa informasi tersebut benar namun tanpa bermaksud membahayakan oranglain. Sementara, untuk disinformasi adalah informasi yang tidak benar dan orang yang menyebarkannya juga tahu kalau itu tidak benar, namun informasi ini merupakan kebohongan dan sengaja disebarkan untuk menipu bahkan membahayakan pihak lain,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, perwakilan Facebook Indonesia, Valdryno menjelaskan mengenai strategi memviralkan konten positif di media sosial. Dijelaskan bahwa aspek sosial dari konten itu harus lebih diperhatikan dibanding aspek medianya. “Konten sosial yang baik itu harus bisa menimbulkan percakapan dan masyarakat bisa ikut merasa kepentingan konten, dan yang kedua cerita dari konten harus menarik dan tidak terlalu panjang,” tuturnya.

Tak hanya dihadiri oleh admin sosial media kementerian/lembaga serta generasi milineal yang berasal dari Purna Paskibra Indonesia, Duta Genre, dan Pramuka, hadir juga komunitas relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Jawa Barat. Di akhir acara, peserta gathering juga berkesempatan field visit ke Museum Gedung Sate yang merupakan museum pertama di Jawa Barat yang memanfaatkan high technology untuk mengenalkan kekayaan budaya Jawa Barat dan mendorong ekonomi kreatif dengan pemanfaatan kopi lokal. (ndy/fik/HUMAS MENPANRB)