Sekretaris Kementerian PANRB Dwi Wahyu Atmaji saat membuka Indonesian City Government PR Summit di Bandung, Kamis (04/10).
BANDUNG - Humas memiliki peran penting dalam membentuk citra. Pengelolaan citra kota dibangun melalui komunikasi yang baik antara pemerintah dan publik.
"Pranata humas kabupaten/kota semakin dituntut untuk terus berkreasi agar informasi yang disampaikannya bisa menarik publik untuk mengenal dan datang ke daerahnya," ujar Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Dwi Wahyu Atmaji saat mewakili Menteri PANRB membuka acara Indonesian City Government PR Summit di Bandung, Kamis (04/10).
Acara tersebut dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana dan seluruh pranata humas kabupaten/kota seluruh Indonesia.
Dikatakan, pengelolaan citra kota merupakan fenomena global di era persaingan saat ini. Citra kota yang kuat akan mempermudah penempatan suatu kota dalam bersaing di pasar global.
Para pengusaha dan warga dunia bisa pergi ke belahan dunia mana saja, oleh karenanya suatu kota yang mempunyai karakteristik yang unik dan mudah dikenali menjadi sangat penting untuk menarik investor dan wisatawan. City branding tidak hanya ditujukan untuk eksternal melainkan juga untuk pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan warga kota itu sendiri.
"Peran masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam pembentukan citra kota yang baik," ujarnya.
"Pranata humas kabupaten/kota semakin dituntut untuk terus berkreasi agar informasi yang disampaikannya bisa menarik publik untuk mengenal dan datang ke daerahnya"
Citra daerah yang baik diwujudkan dalam pelayanan publik yang baik, tata kelola pemerintahan yang akuntabel, kinerja ASN yang professional, pengelolaan sistem yang transparan, dan kebijakan publik yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. "Tantangan kita adalah bagaimana menempatkan warga kota sebagai pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pengembangan citra kota," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menegaskan bahwa humas harus tahu siapa dirinya dan paham menyampaikan pesan untuk siapa. Ia menekankan bahwa karakter setiap masyarakat berbeda. “Orang Indonesia itu malas membaca dan menulis. Jadi jangan menulis yang panjang-panjang,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa humas memiliki tiga tugas, antara lain memberitakan berita baik, kontrol terhadap berita buruk, dan pemimpin daerah adalah wajah daerah. Menurutnya, dalam mengabarkan berita baik, harus setiap hari. Jika ada berita bohong, ia menyarankan agar tidak lebih dari delapan jam dalam merespon. “Nanti bisa berubah jadi persepsi fakta padahal keliru,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Kang Emil ini juga mengatakan kepala daerah harus melek teknologi. City branding akan muncul jika humas dan pemimpin daerah tidak gagap teknologi. “Warganya melek digital, pemimpin juga harus kekinian,” katanya. (HUMAS MENPANRB)