Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Badung, I Putu Eka Merthawan.
BADUNG – Pariwisata sebagai sektor utama yang menopang ekonomi masyarakat Pulau Bali, terutama Kabupaten Badung, tak lepas dari masalah sampah. Kantong-kantong plastik banyak ditemui di sepanjang garis pantai hingga jalanan. Namun dari tangan seorang I Putu Eka Merthawan, Pemerintah Kabupaten Badung berusaha ‘membersihkan diri’ dari jerat sampah plastik.
“Tahun 2011 kami membuat suatu inovasi yakni Gelatik, Gerakan Berkelanjutan Anti-Sampah Plastik,” ungkap Eka, yang kini menjabat Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Badung.
Inovasinya terkait pembersihan sampah plastik tak berhenti di situ. Eka kemudian menginisiasi inovasi Gojek Sampah Plastik atau Gotik. Gotik adalah program penjemputan sampah plastik dari sumbernya, baik secara pribadi maupun kolektif.
Gotik dilakukan dengan kolaborasi swasta, yakni perusahaan ojek online, hingga melibatkan masyarakat. Bahkan pemulung juga ikut dirangkul untuk mengimplementasikan inovasi ini.
Inovasi Gotik menjadi yang berkesan bagi Eka selama kariernya sebagai aparatur sipil negara. “Pemulung awalnya dilecehkan. Tetapi semenjak adanya Gotik, pemulung menjadi seorang pahlawan. Dia dihargai, dan itu adalah salah satu komponen penting bagaimana kami meningkatkan derajat pemulung,” jelas Eka.
Penanganan sampah plastik juga diperluas dengan inovasi Badung Anti Kantong Plastik atau Batik. Batik adalah program yang dilakukan Pemkab Badung untuk mengurangi sampah kantong plastik.
Inovasi ini berbasis kearifan lokal dan melibatkan berbagai elemen, seperti lembaga adat, masyarakat adat, dan komunitas yang tergabung dalam Generasi Anti Kantong Plastik.
Kini dengan jabatan barunya di bidang perindustrian dan tenaga kerja, Eka juga menginisiasi inovasi UCOK, singkatan dari Universal Coverage Ketenagakerjaan. Pemkab Badung memberikan oerlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan kepada 35.ooo pekerja rentan dari berbagai sektor informal lewat APBD tahun 2024.
“UCOK fokus pada penanganan masalah sosial, khususnya yang mem-backup tenaga kerja rentan yang bergerak pada bidang lingkkungan tadi. Jadi nyambung antara Gotik, Batik, dan Universal Coverage Ketenagakerjaan,” jelas Eka.
Falsafah asli masyarakat Bali, yakni Tri Hita Karana, menjadi pedoman Eka dalam melahirkan setiap inovasi. Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber dari keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan sesama.
Dalam membumikan seluruh inovasi itu, Eka tidak sendiri. Sebagai pemimpin ia membangun tim yang memahami permasalahan hingga akarnya. “Kami berikan pandangan yang terukur dan teratur, dan tentu yang paling penting ketulusan. Inilah yang kami sebut dream team,” ujar Eka.
Atas kerja keras dan dedikasi Eka Merthawan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) memberikan Piala Adhigana dalam ajang Anugerah ASN. Eka terpilih menjadi Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama Terbaik dalam ajang itu.
Ia berpesan kepada seluruh timnya serta seluruh ASN secara umum, untuk tetap mengabdi dengan tulus seperti employer branding ASN, yakni Bangga Melayani Bangsa.
“Pesan saya, tetaplah kita berkarya. Tetaplah kita berada di jalur ketulusan. Tetaplah kita berinovasi, karena inovasi itu tidak dibatasi ruang dan waktu,” pungkas Eka. (don/HUMAS MENPANRB)